Abyan, Pejuang Cerebral Palsy Cilik (Bag.4)

Abyan dan Abi di Darajat
Abyan dan Abi di Darajat
Bagikan

Abyan, Pejuang Cerebral Palsy Cilik (Bag.4)

Oleh: Tri Handayani Wijayanti, S.Si (Editor: Muhyidin, SKM)

Perjalanan Terapi Abyan di Indigrow

Abyan mulai melakukan terapi di Indigrow pada tanggal 15 Oktober 2018. Saat itu kondisi Abyan lehernya belum kuat terangkat, belum bisa berguling sendiri apalagi duduk. Dr.Purboyo menyarankan agar Abyan melakukan terapi fisio dan terapi wicara 3x seminggu untuk mengejar ketertinggalannya.

Abyan terapi fisio 3x seminggu dengan tante Risa sebagai terapisnya. Kuberanikan diri mengambil schedule terapi sekosongnya waktu terapi tante R*** walaupun risikonya pulang ke Garut sore hari karena waktu tante R*** yang kosong di jam siang hari. Sekedar informasi bahwa untuk melakukan terapi, kita harus melihat jadwal yang kosong dari terapi yang ada. Terkadang harus masuk dalam waiting list untuk dimasukkan dalam jadwal terapi yang diinginkan karena banyaknya pasien dan terbatasnya jumlah terapis. Contohnya untuk terapi wicara untuk Abyan kami harus masuk waiting list beberapa pekan lamanya.

Program awal terapi Abyan adalah memperkuat otot lengan & leher karena otot lengannya lemah sehingga tidak mampu menopang tubuhnya ketika posisi tengkurap (hipotonus). Selain itu Abyan belajar berguling dengan bantuan dipegang di bagian pahanya dan salah satu tangannya ke arah kepala sehingga ia bisa berguling sendiri.

Kurang lebih selama 2 bulan Abyan fokus belajar menumpu untuk menguatkan otot lengan & lehernya. Selain latihan di tempat terapi, Abyan juga sering kulatih di rumah apa yang diajarkan oleh terapisnya. Abi membelikan peralatan untuk terapi Abyan di rumah, seperti matras atau alas busa dan bola besar untuk terapinya.

Matras ini berfungsi sebagai alas, jadi ketika latihan berguling di rumah tidak terasa sakit badannya. Mirip dengan yang ada di Indigrow. Termasuk ketika latihan menopang tangannya sambil dipegang tegak lurus dalam posisi tengkurap, terkadang Abyan menangis histeris dan terkadang ia menjatuhkan tubuhnya ke bawah.

Perlahan tapi pasti, Abyan mulai bisa beradaptasi dan mau belajar sesuatu yang baru yang diajarkan oleh terapisnya. Akhirnya setelah 2 bulan terapi & latihan di rumah, Abyan mampu berguling sendiri dengan lengannya dan mampu menumpu ketika tengkurap.

Pemeriksaan Tes BERA

Di tengah masa terapi berlangsung, saat kontrol sebelumnya Abyan diminta oleh dr.Purboyo untuk memeriksakan matanya ke dokter spesialis mata anak di RS Cicendo. Dr.Purboyo memberikan rujukan untuk periksa ke rekan sejawatnya yaitu dr.F***, Sp.M (K), seorang ahli di bidang spesialis mata anak yang pernah gabung dalam satu tim dengan dr.Purboyo dalam menangani anak berkebutuhan khusus.

Pemeriksaan mata ini dilakukan untuk memastikan apakah ada kelainan / gangguan pada penglihatan Abyan karena saat diperiksa mata oleh dr.Purboyo, mata Abyan kurang responnya. Termasuk ketika di stimulasi dengan mainan dan cahaya senter, Abyan tidak meresponnya.

Bayi yang normal biasanya akan merespon jika mainan atau cahaya senter digerakkan ke arah ke kanan, kiri, atas atau bawah, maka kepala dan mata bayi akan mengikuti arah mainan dan cahaya senter tersebut. Saat diperiksa mata Abyan tidak meresponnya.

Selain itu dr.Purboyo juga menyarankan agar Abyan melakukan tes BERA untuk mengetahui seberapa jauh fungsi pendengaran Abyan. Sebetulnya Abyan pernah melakukan tes OAE beberapa hari setelah kelahirannya. Hanya saja ketika diperiksa oleh dr.Purboyo, Abyan kurang merespon jika di stimulasi dengan bunyi mainan atau bunyi lainnya.

Untuk bayi normal, ketika diberikan stimulasi suara mainan ke arah kanan bayi, maka bayi tersebut akan menengok ke arah kanan. Begitu juga ketika dipindahkan ke arah lain maka bayi akan otomatis menoleh mengikuti arah suara tersebut. Tes OAE Abyan terbilang bagus hasilnya, dr.Purboyo meminta untuk dilakukan tes lanjutan yaitu tes BERA.

Pada tanggal 15 Oktober 2018, setelah terapi dengan tante Risa, kami langsung menuju RS Cicendo untuk periksa kondisi mata Abyan. RS ini merupakan RS khusus mata rujukan nasional. Jaraknya pun tidak terlalu jauh dari Indigrow.

Periksa Mata di RS Cicendo & Tes BERA

Setelah sampai di RS Cicendo, kami langsung daftar ke bagian registrasi. Sebelumnya Abi melakukan pendaftaran secara online dan mendapatkan jadwal dr.F*** di sore hari. Setelah menunggu beberapa jam lamanya, bahkan sempat makan siang dan sholat Zhuhur + Ashar dijamak disana. Tibalah saatnya giliran Abyan dipanggil ke ruang pemeriksaan mata anak.

Di ruang periksa anak, Abyan dicek matanya, termasuk ditetesi cairan untuk melihat respon matanya. Setelah pemeriksaan tersebut, beberapa waktu kemudian kami dipanggil ke ruangan dokter. Disana Abyan diperiksa lebih detail matanya, di cek menggunakan senter, alat pengukur, dan lain sebagainya yang aku pun tak paham detailnya. Setelah diperiksa semua, ternyata mata Abyan dinyatakan normal dan matanya hanya mengalami development delayed (lambat pertumbuhan). Dokter meminta kami kontrol ulang 6 bulan kemudian untuk memeriksakan perkembangan mata Abyan.

Pada tanggal 20 Oktober 2018, kami membawa Abyan ke RS Santosa untuk bertemu dengan dokter spesialis THT anak. Dengan membawa surat rujukan dari dr.Purboyo, kami menemui dokter spesialis THT yang ada disana. Setelah bertemu dokter THT, kami ceritakan kondisi Abyan, kemudian dokter menjadwalkan Abyan untuk dilakukan tes BERA tanggal 3 November 2018. Ternyata tes BERA itu tidak bisa langsung diadakan di hari tersebut. Kita harus daftar terlebih dahulu setelah sebelumnya diperiksa oleh dokter spesialis THT.

Tibalah saatnya, di tanggal 3 November 2018 kami kembali lagi ke RS Santosa untuk melakukan tes BERA. Tes ini harus dilakukan ketika Abyan dalam kondisi tertidur. Jadi kami malam sebelumnya harus mengkondisikan Abyan untuk “begadang” dengan harapan keesokan harinya ia mengantuk saat di tes.

Saat tes BERA selesai, hari itu juga hasil tesnya keluar. Setelah melakukan pembayaran dan mengambil hasil tes, kami menemui dokter specialist THT lagi untuk konsultasi. Setelah diperiksa dokter, Alhamdulillah pendengaran Abyan dinyatakan dalam kondisi baik dan normal serta tidak ada masalah dalam pendengaran.

Target Bisa Duduk Sendiri

Setelah Abyan bisa berguling sendiri, serta otot leher dan lengannya cukup kuat. Terapis kami memberitahukan bahwa target Abyan berikutnya adalah bisa duduk sendiri. Untuk bayi normal, tahapan belajar duduk mungkin tidak terlalu sulit, tapi bagi penderita CP, tahapan ini perlu dilalui dengan latihan yang rutin dan pantang menyerah agar bisa duduk sendiri.

Dengan alat bantu bola besar dan latihan rutin di atas matras, Abyan dilatih pola duduk, ingat ya, ini baru pola duduknya, masih tahapan awal. Di atas matras, Abyan dilatih dari porsi terlentang lalu salah satu tangan ditarik untuk diarahkan duduk. Sedangkan di atas bola besar, Abyan dilatih duduk kemudian dimiringkan ke kanan dan ke kiri untuk melatih keseimbangannya. Latihan ini dilakukan berulang baik di Indigrow maupun di rumah.

Alhamdulillah dalam waktu 2 bulan Abyan mampu memahami pola duduk yang diajarkan dan dapat bertahan di posisi duduk dengan lengan menumpu walaupun belum bertahan lama. Awal-awalnya ketika posisi duduk, tidak berapa lama lagi langsung tumbang. Seolah-olah seperti tidak ada kekuatan dan hilang keseimbangan saat duduk. Tapi lama kelamaan akhirnya ia bisa duduk dengan durasi yang semakin lama.

Abyan saat latihan pola duduk di rumah
Abyan saat latihan pola duduk di rumah

Secara Tidak Sengaja Ganti Mobil

Karena jam terapi Abyan di siang hari yaitu jam 1 atau jam 2 siang sehingga tak jarang Magrib kami baru sampai di Garut setelah perjalanan dari Bandung. Di rumah, ke-3 anakku yang lain sudah ku kondisikan , bahwa setiap mereka pulang sekolah pada hari Senin, Rabu dan Jum’at maka hanya ada Bibi yang menyambut mereka karena aku harus mengantar Abyan terapi di Bandung.

Dalam 1 minggu bolak-balik Garut-Bandung pulang pergi dengan menyetir mobil sendiri dalam kondisi mobil yang tipe manual membuat kakiku sering sakit terutama kaki sebelah kiri yang digunakan untuk menginjak dan melepaskan kopling. Awalnya Cuma iseng-iseng kami pergi ke show room mobil di jalan Papandayan, Garut untuk tanya-tanya dan melihat mobil bekas yang dijual disana.

Kami lihat-lihat mobil bekas yang terpajang disana sambil bertanya kepada pemiliknya. Terutama kami tanyakan mobil dengan jenis MPV (multipurpose vehicle) kapasitas di atas 5 orang. Maklum, jumlah anggota keluarga kami ada 6, yaitu aku, Abi dan 4 orang anakku termasuk Abyan. Bayangkan kalau kupilih mobil yang jenis city car, pasti anak-anak pada berantem rebutan tempat duduk. Mobil yang sekarang kupakai saja, kadang mereka masih berebutan dan berantem masalah tempat duduk, apalagi kalau mobil jenis city car, tambah pusing deh, he…he…

Mobil bekas yang dipajang disana kutanya harga jualnya berapa? Ada yang jual 180 juta ada yang 160 juta, rata-rata harganya di atas 150 juta untuk mobil MPV bekas yang usia kendaraannya 5 tahunan. Mobilku yaitu Suzuki APV tahun 2012 yang sudah berusia 6 tahun dihargai 80 jutaan. Harga pasaran dari beberapa showroom yang kutanyakan harga nya sekitar segitu.

Ketika kami hendak pulang, pemilik showroom menawarkan ada mobil Nissan Serena tahun 2012 yang baru saja masuk, belum dicuci, dan akan dijual. Langsunglah kami lihat-lihat mobil tersebut, mulai dari body luar, interior dalam, fungsi mobil dan lain sebagainya. Kami tanya berapa harga mobil Serena ini? Pemilik showroom menjawab 120 juta.

Tukar Tambah Mobil

Setelah kudiskusikan dengan Abi, melihat berapa tabungan yang ada, dan kebutuhan mobil jenis matic yang kuinginkan akhirnya kami sepakat tukar tambah antara mobil lamaku (APV) dengan mobil di showroom (Serena). OK deal, siang itu juga kami langsung berikan DP nya sebagai tanda jadi. Besoknya kami datang lagi untuk melunasinya.

Alhamdulillah, akhirnya mobil APV manual dapat kami tukar dengan mobil Serena matic. Allah berikan kemudahan, selisih harganya pun tidak terlalu besar. Kalau harga barunya, mobil Serena ini hampir 2x lipat dari harga mobil APV, tapi kami mendapatkannya dengan harga yang murah dengan kualitas mobil yang sangat nyaman menurut kami. Kaki sebelah kiriku pun saat ini tidak sakit lagi saat harus pulang pergi Garut-Bandung dan perjalanannya menjadi lebih nyaman. Ini rezekinya Abyan supaya dimudahkan terapi ke Bandung dengan lancar. Rizki yang datang tidak diduga-duga sebelumnya.

Kontrol Lanjutan Kedua

Karena Abi tidak bisa cuti dadakan. Hari itu pun ketiga anakku yang lain sedang libur sekolah, jadi aku pergi ke Bandung membawa keempat anakku sendiri tanpa Abi. Kuputuskan menginap di hotel dekat Indigrow sehingga aku dan anak-anak bisa istirahat dan pulang ke Garut di hari berikutnya. Maklum, konsultasi dengan dokternya malam hari, dan keesokan harinya Abyan juga ada jadwal terapi.

Pada kontrol kali ini dr.Purboyo melihat bahwa kejang Abyan sudah tidak muncul lagi, dan juga gerakan involunteernya sudah tidak ada lagi. Dosis obat Depakene Abyan dikoreksi menjadi 2,5 ml karena berat badan Abyan naik dari 9 kg menjadi 9,8 kg. Hasil periksa mata dari dokter spesialis mata anak dan tes BERA dari dokter spesialis THT Abyan juga kuserahkan ke dr.Purboyo di malam tersebut.

Alhamdulillah, menurut dr.Purboyo hasil tes BERA nya bagus, artinya telinga Abyan tidak ada masalah dalam pendengarannya. Hasil pemeriksaan mata Abyan harus kontrol lagi. Sebetulnya syarat pada mata Abyan bagus tapi bisa jadi ada kerusakan di system syaraf otak atau hanya sekedar delay/terlambat pertumbuhannya saja. Semoga hanya delay saja do’aku selalu kepada Allah.

Pertemuan dengan dr.Purboyo selalu membuatku semangat. Sejauh ini Abyan selalu ada kemajuan yang ditunjukkannya selama terapi disana. Sistem multidisiplin ilmu dalam 1 pintu yang Indigrow terapkan sangat memudahkan orang tua dan pasien dalam melakukan terapi secara lebih sistematis.

Dokter dan terapis langsung memantau perkembangan pasien secara bersama-sama. Alhamdulillah ya Allah, setelah perjalanan panjang dari RS di Jakarta dan Bandung, dari dokter yang satu ke dokter yang lain, dari terapis yang satu ke terapis yang lain, akhirnya disinilah, di Indigrow lah aku merasa sangat sreg dengan program terapi yang dijalani. Semoga ini menjadi wasilah Abyan bisa memiliki kehidupan yang jauh lebih baik ke depannya.

Termin Terapi Kedua

Di Indigrow, untuk program terapi dibagi menjadi beberapa termin. Termin adalah jangka waktu pasien mengikuti terapi, dimana satu termin terdiri dari 12 minggu atau kurang lebih 3 bulan. Setiap termin pasien harus membayar booking fee termin. Manfaat adanya aturan termin disini, jadi selama periode 12 minggu tersebut jadwal yang telah disepakati menjadi hak pasien dan tidak akan diisi oleh pasien lain meskipun pasien tersebut tidak hadir terapi.

Dengan membayar booking fee, orang tua diharapkan memiliki rasa tanggung jawab, semangat dan merasa terikat untuk hadir mengikuti seluruh sesi terapi selama 1 termin. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi kemajuan pasien. Aku sangat setuju dengan aturan tersebut, karena kadang ada orang tua yang tidak konsisten mengikuti terapi sehingga perkembangan anaknya menjadi terhambat. Dengan program ini, jadwal terapi bisa lebih fokus dan orang tua juga terlibat di dalamnya.

Pada termin kedua terapi Abyan ditambahkan dengan terapi wicara. Hal itu karena rahang Abyan belum cukup kuat untuk menghisap dot susu. Ketika makan pun, Abyan belum bisa mengunyah dengan baik, masih sering dilepeh/dikeluar-keluarkan makanannya.

Akhirnya Abyan mendapatkan jadwal terapi wicara dengan Bu Diah. Dalam 1 bulan pertama terapi dengan Bu D***, Alhamdulillah Abyan bisa lancar menghisap dot susunya. Abyan juga belajar minum dengan sedotan.

Tekstur makanan Abyan pelan-pelan mulai ditingkatkan. Yang tadinya masih bubur Alhamdulillah setelah 1 bulan terapi wicara Abyan bisa mengunyah nasi dan opor ayam yang disuwir-suwir kecil ayamnya. Itu menu makanan pertama yang berhasil Abyan makan dengan tekstur nasi. Biasanya hanya dalam bentuk bubur saja.

Ganti Terapis Wicara

Bu D*** sangat perhatian dan detail sekali melatih otot-otot mulut Abyan. Tapi tidak lama pertemuan Abyan dengan Bu D*** karena beliau harus pindah ke Solo. Kemudian terapi wicara Abyan dilanjutkan oleh Bu A*** di bulan Juni 2018.

Tetapi Bu A*** pun tidak lama menangani Abyan untuk terapi wicaranya. Hanya beberapa kali pertemuan saja dengan Bu A***. Abyan kini berganti untuk terapi wicaranya dengan Bu E*** full 3x seminggu. Awalnya ada 2 terapis Abyan, yaitu Bu D*** dan Bu E***, lalu Bu A*** dan Bu E*** sekarang hanya Bu E*** saja.

Bu E*** punya gaya dan pendekatan terapi yang berbeda dengan Bu D*** & Bu A***. Bu E*** lebih banyak melatih Abyan untuk Bahasa reseptif dibandingkan melatih otot-otot mulut Abyan untuk memproduksi suara (terapi oral). Tak apa walaupun titik tekannya berbeda dengan Bu D*** tapi ini juga bagian penting dalam tahapan membangun pemahaman wicara Abyan.

Usia 1 Tahun

Di usia Abyan yang tepat 1 tahun, kondisinya masih belum mampu bertahan lama ketika diposisikan duduk dengan lengan menumpu ke lantai. Sehingga aktifitas Abyan masih lebih banyak tiduran.

Di hari ulang tahunnya yang pertama diperingati dengan memberikan santunan kepada anak yatim. Ku percaya bahwa do’a anak yang sholeh-sholehah terlebih lagi anak yatim akan langsung didengar oleh Allah SWT. Maka kubawa Abyan dengan membawa sedikit makanan untuk dibagikan kepada anak-anak yatim di Panti Asuhan Yasabira, Margawati, Garut.

Tangis tak terbendung ketika Abi menyampaikan harapan dan doa-doa kami untuk Abyan. Kuyakin doa yang mengalir dari mulut-mulut mungil mereka bisa menjadi wasilah perkembangan Abyan yang makin pesat.

Kontrol Lanjutan Ketiga

Pada jadwal kontrol dokter yang ketiga ini, Alhamdulillah Abi bisa menemaniku. Kali ini dokter sudah benar-benar yakin kejang Abyan sudah tidak muncul lagi dan terhitung sejak 13 Desember 2018 selama 2 tahun ke depan, Abyan harus mengkonsumsi Depakene agar kejang di dalam otaknya tidak muncul lagi.

Pada kontrol kali ini juga dr.Purboyo terakhir kali meresepkan obat Haloperidol karena gerakan involunteer Abyan sudah tidak pernah muncul lagi. Sekitar pukul 9 malam kami sudah selesai konsultasi dengan dokter. Kami langsung pulang lagi ke Garut malam itu juga.

11 Maret 2019 – Abyan Sakit

Dengan wajah pucat, demam tinggi dan sering mencret, kubawa Abyan ke RS Intan Husada untuk diperiksa ke dr.G***, Sp.A. Karena demam Abyan sudah 3 hari dan kondisi yang memburuk, maka dokter menyarankan Abyan untuk dirawat di RS agar mendapatkan pengobatan yang lebih terjaga dan terkontrol oleh dokter.

Total 5 hari Abyan di rawat disana dan sempat mendapatkan tranfusi darah karena Abyan ternyata sakit anemia juga. Ternyata sejak Abyan cek darah di RS Hermina Pasteur sudah ada indikasi anemia tapi tidak kami sadari.

Terlebih kondisi Abyan yang belum memiliki gigi sehingga Abyan kesulitan mengkonsumsi daging merah. Sejak itu, asupan daging sapi dan hati ayam untuk Abyan kuperbanyak di menu makannya.

Abyan saat dirawat karena anemia
Abyan saat dirawat karena anemia

Bisa Duduk Sendiri

Pada bulan April 2019, Alhamdulillah Abyan sudah bisa duduk sendiri walaupun masih membungkuk dan masih mencari sandaran di belakangnya. Latihan yang diberikan saat terapi terus ku ulang-ulang di rumah agar posisi duduk Abyan bisa lebih stabil dan lebih lama. Abyan tipe anak pembelajar cepat, aku bisa merasakan bagaimana iya sangat semangat belajar, bahkan sampai dia seperti berteriak seolah-olah ingin mengeluarkan semua tenaganya ketika latihan yang cukup berat.

Abyan saat bisa duduk sendiri
Abyan saat bisa duduk sendiri

Kontrol Ulang ke Dokter Spesialis Mata Anak

Pada tanggal 7 Mei 2019 kami melakukan kontrol lagi ke dr.Purboyo ditemani Abi. Dosis obat Depakene Abyan dikoreksi menjadi 3 cc dan Abyan diarahkan untuk kontrol lagi ke dr.F*** untuk periksa mata. Untuk pendengaran, dokter menyatakan hasil tes BERA Abyan sudah bagus dan tidak perlu diulang.

Bukan hal yang mudah untuk bertemu dengan dr.F*** karena beliau sangat sibuk dan hanya praktek di hari Senin sore saja sedangkan pasiennya sangat banyak. Untuk bisa mendaftarkan Abyan, aku harus mendaftar lewat SMA atau WA ke nomor pendaftaran pasien dr.F***.

Setelah mendapat nomor nomor antrian dari SMS / WA itu maka pada hari pemeriksaan harus mendaftar ulang di loket pendaftaran RS Cicendo yang baru buka pukul 14:00, Padahal kami tiba disana sekitar jam 12 siang. Loket baru menerima pendaftaran jam 14:00. Jadi kami harus menunggu lama sampai akhirnya dokter tiba karena banyaknya urusan beliau.

Tak jarang, sampai lepas Magrib baru selesai urusan kami disana. Walau lelah tapi hasil pemeriksaan Abyan menunjukkan hasil yang bagus sehingga membuat lelah kami terbayarkan sudah, plong rasanya mendengar penjelasan dokter tadi.

Pantas saja dr.Purboyo ingin sekali kami bertemu dengan dr.F***. Menurut dr.Purboyo, pasti dr.F*** akan surprise melihat perkembangan Abyan saat ini. Pada pertemuan awal dengan dr.F***, Abyan tidak merespon apapun ketika ada mainan di depannya. Abyan juga tidak mencari sumber cahaya (senter) ketika lampu ruangan dokter dimatikan.

Tapi pada pertemuan kedua ini dengan dr.F***, respon Abyan terhadap mainan di depannya sangat antusias. Tangan Abyan langsung menggapai mainan tersebut dan matanya sibuk mengikuti sumber cahaya ketika lampu dimatikan.

Berkali-kali dr.F*** menyatakan bahwa dr.Purboyo beserta tim sangat baik dalam memberikan treatment sehingga syaraf-syaraf otak Abyan sekarang mampu menerjemahkan dengan baik apa yang dilihatnya. Jadi syaraf otak Abyan selama ini delay dalam merespon apa yang dilihat mata.

Alhamdulillah dugaan gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran pada Abyan tidak ada. Sekarang Abyan tinggal melanjutkan program terapi yang diberikan oleh terapisnya.

Pembuatan Sepatu Terapi

Hari ini tanggal 29 Mei 2019 Abyan dijadwalkan untuk melakukan pengukuran kaki untuk pembuatan sepatu terapinya. Saat ini Abyan sedang belajar merangkak. Sepatu terapi tersebut diperlukan untuk Abyan dalam proses belajar agar kakinya mampu berdiri dengan tegak.

Sepatu ini didesain untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Pembuatannya pun unik untuk masing-masing anak dengan kebutuhannya masing-masing. Untuk anak yang mengalami spastisitas (kekakuan) di kaki maka sepatu akan dibuat dari bahan fiber  tebal agar kuat melawan spastisitas pada kaki anak dan diharapkan dapat mengkoreksi bentuk kaki sesuai bentuk yang normal sesuai  harapan.

Alhamdulillah Abyan tidak ada spastisitas di kaki sehingga sepatunya dibuat dari kulit layaknya sepatu pada umumnya. Hanya saja ditambahkan besi pada kaki kanan dan kiri sepatu bagian mata kaki untuk membantu kaki ketika berdiri dan menopang badannya.

Catatan:

Bagi yang belum paham apa itu tes OAE dan BERA, berikut ini perbedaannya. Tes OAE (Otoacoustic emission) ini dilakukan untuk mengukur gelombang suara di telinga bagian dalam. Berbagai macam kabel ditempelkan ke kepala Abyan untuk merekam respons telinga terhadap bunyi. Pada RS yang besar, biasanya tes OAE ini dilakukan pada semua bayi yang lahir disana. Bahkan di negara maju, pemeriksaan OAE ini diwajibkan bagi semua bayi yang baru lahir.

Sedangkan tes BERA (brainstem evoke response audiometry) dilakukan untuk memeriksa saraf suara ke otak. Pemeriksaan ini untuk menentukan tipe kelainan apakah konduktif atau sensorineural, tingkat ambang dengar, dan hilangnya pendengaran dari anak.

Artikel sebelumnya: Abyan, Pejuang Cerebral Palsy Cilik (Bag.4)

Artikel berikutnya: Abyan, Pejuang Cerebral Palsy Cilik (Bag.5)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: