Abyan, Pejuang Cerebral Palsy Cilik (Bag.3)

Kontrol ke Indigrow
Ilustrasi foto: rs-jih.co.id
Bagikan

Abyan, Pejuang Cerebral Palsy Cilik (Bag.3)

Oleh: Tri Handayani Wijayanti, S.Si (Editor: Muhyidin, SKM)

11 Oktober 2018 – Tumbuhnya Optimisme

Alhamdulillah tepat 1 minggu setelah pendaftaran di Indigrow – Child Development Center via telepon, akhirnya Abyan mendapat panggilan untuk bertemu dengan dr.Purboyo Solek, Sp.A (K). Sebelumnya dapat informasi bahwa Abyan harus masuk daftar waiting list 9 bulan ke depannya. Ini pasti pertolongan Allah kataku di dalam hati. Allah mempercepat Abyan bertemu dengan dr.Purboyo Solek untuk berobat ke dokter yang lebih tepat.

Hari Kamis, 11 Oktober 2018 adalah awal pertemuanku dengan dr.Purboyo. Beliau memang hanya ada praktek disana hari Selasa dan Kamis. Awalnya Abi keberatan aku mencari second opinion di Indigrow karena dokter tidak praktek di hari Sabtu dan selalu praktek sore. Kalau hari kerja, berarti Abi harus cuti kerja dulu untuk menemaniku dan tidak bisa dadakan cutinya kecuali ada kondisi darurat.

Bismillah aku beranikan diri berangkat kesana bersama Abyan, Zahra, dan Bibi Nengsih. Sengaja ku berangkat dari rumah setelah Zhuhur agar ada waktu agak lebih luang karena belum tahu lokasi Indigrow tersebut.

Alhamdulillah jam 3 sore kami sudah sampai di Indigrow, di jalan Haruman No.35, Malabar, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung. Kami menunggu dokter di mushola karena dokter dijadwalkan praktek jam 5 sore. Setelah menunggu cukup lama akhirnya dr.Purboyo Solek tiba di Indigrow dan aku dipersilahkan masuk ke ruang prakteknya bersama Abyan.

Konsultasi Pertama dengan dr.Purboyo

Pertama kali masuk ke ruangan dokter, kulihat pemandangan tidak biasa, tak ada ranjang untuk periksa pasien disana dan di dalam ruangan juga ada sekitar 8 orang asisten dokter yang ternyata mereka adalah para terapis disana.

Aku merasa seperti akan di sidang saat itu. Mirip-mirip lah ketika aku sidang skripsi dulu, agak grogi juga karena itu pertama kali ku alami. Aku duduk berhadapan dengan dokter sambil memangku Abyan. Kuceritakan dari awal Abyan mulai mengalami kejang-kejang dan kubawa semua hasil pemeriksaan EEG dan CT Scan sebelumnya.

Baru kali ini aku begitu merasa sangat puas bertemu seorang dokter yang mau mendengarkan semua perjalanan penyakit Abyan dari awal dan mau menjelaskan dengan detail diagnosa yang dokter baca dari hasil EEG dan CT Scan. Baru kali ini juga aku bertemu dokter yang siap menjawab semua pertanyaan dan keingintahuanku tentang kondisi Abyan.

Ini dia dokter yang kucari selama ini. Tak terasa hampir 2 jam aku berkonsultasi dengan dr.Purboyo, dari mulai masuk ruangan jam 17:30 aku baru keluar hampir jam 20:00 WIB, dipotong istirahat sholat maghrib untuk dokter dan tim terapisnya. Alhamdulillah rukhshoh jama qashar untuk musafir jadi aku bisa melakukan jama takhir Magrib dan Isya.

Syndrome Lennox Gastaut

Selama di ruangan Abyan diperiksa respon mata, respon telinga, juga diukur lingkar kepala, berat badan dan lain-lain. Ketika berhadapan dokter itulah, dr.Purboyo memberitahu bahwa Abyan sedang kejang padahal sudah kujelaskan bahwa Abyan terakhir kejang tanggal 25 Juli 2018.

Tapi menurut dr.Purboyo, kejang dialami Abyan ini merupakan syndrome Lennox Gastaut yang merupakan peralihan dari sindrom Ohtahara dan sindrom West yang beralih sesuai bertambahnya usia. Sindrom-sindrom itu bisa dikenali dari pola (grafik) EEG nya. Abyan ketika di tes EEG di usia 5 bulan jadi masa peralihan dari sindrom West ke sindrom Lennox Gastaut dan merupakan sindrom tingkatan epilepsy yang paling parah. Karena epilepsy itu Abyan juga mengalami kerusakan di bagian otaknya yang menyebabkan keterlambatan motorik, yaitu dikenal dengan Cerebral Palsy (CP) atau lumpuh otak.

Ternyata bentuk kejang dari Lennox Gastaut bermacam-macam dari cuma sekedar bengong dan kedipan mata saja. Aku sebagai orang awam baru tahu informasi ini yang ternyata Abyan masih mengalami kejang. Karena yang kutahu, kejang sebelumnya disertai dengan kekakuan tubuh dan tangisan yang sangat kencang seakan merasakan sakit yang luar biasa. Rasanya ada rasa tercekat di leher ini, kutahan lelehan air mata yang memaksa ingin keluar.

Karena dr.Purboyo melihat masih ada kejang pada diri Abyan, akhirnya dosis obat Depakene Abyan dikoreksi yang tadinya 2×2 ml menjadi 2×2,4 ml perhari. Abyan pun harus diterapi 3x dalam 1 minggu di Indigrow agar lebih mudah untuk dr.Purboyo mengontrol perkembangan Abyan dari terapis-terapisnya.

Begitu detail dan lengkap penjelasan dr.Purboyo hingga tak terasa 2 jam waktu berlalu. Inilah dokter yang selama ini kucari. Dokter yang mampu dan mau menjawab segala gundah gulanaku. Dalam otakku penuh dengan semua penjelasan dokter tadi dan ingin langsung kuceritakan pada Abi.

Perjalanan malam Bandung-Garut ini baru pertama kulalui sendiri, menyetir mobil sendiri tanpa Abi. Ya, tanpa Abi, karena memang jadwal dokter cuma ada di hari kerja yaitu Selasa & Kamis di Indigrow dan dijadwalkan periksa jam 17:00. Jadi Abi tidak bisa menemani karena baru pulang kerja jam 17:00.

Kembali ke Garut

Alhamdulillah biidznillah, Abi masih belum tidur ketika kami sampai Garut kurang lebih jam 22:30.

Pecah tangisku saat itu.

Kuceritakan semua penjelasan dokter ke Abi.

Hatiku remuk redam, bercampur segala rasa.

Marah dengan dokter kandungan yang tidak menginformasikan dengan detail dari awal Abyan terlilit dan risiko yang menyertainya.

Kesal dengan Abi yang menyebut usaha kita yang sudah maksimal ketika di Jakarta & Bandung (RS Hermina Kemayoran, RS Al Islam Bandung, dan RS Hermina Pasteur).

Menyesal karena baru sekarang Abyan dibawa berobat ke dr.Purboyo karena dokter berharap dapat bertemu Abyan di usia kurang dari 6 bulan agar intervensi dapat lebih dini dilakukan,

Aaaarrghhh…segala macam rasa ini kutumpahkan dengan tangisan malam ini.

Sampai 3 hari suaraku serak karena menangis.

Namun seiring waktu, kucoba merenung dan meresapi semua kejadian ini dan satu kata yang kudapat.

QADRATULLAH….Ya, semua terjadi karena ketetapan takdir dari-Nya. Seberapa besarpun usaha kita menjaga masa kehamilan, sebagus apapun RS tempat melahirkan, secanggih apapun alat deteksi kandungannya, tapi kala Allah sudah menentukan harus demikian yang terjadi maka terjadilah. Kun Fayakun….Jadilah! Maka terjadilah ia. Kalau Allah sudah berkendak, tak ada satupun makhluk yang dapat menghalangi kehendak Allah SWT.

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia”. (QS Yasin ayat 82).

Gerakan Involunteer

Saat berkonsultasi dengan dr.Purboyo, beliau juga melihat adanya gerakan involunteer (gerakan tak beraturan) pada Abyan yang harusnya gerakan ini sudah menghilang di usia 9 bulan. Gerakan tak beraturan ini ada pada bayi usia 0-3 bulan dan menghilang seiring bertambahnya usia dan kemampuan bayi. Tapi Abyan masih ada gerakan tak beraturan ini, terutama pada tangan dan kakinya.

Dr.Purboyo akhirnya memberikan resep obat Haloperidol 0,1 mg untuk mengontrol dan mengobati gerakan tak beraturan tersebut. Aku pun meminta Abi untuk mencarikan obat ini di beberapa Apotek di Bandung. Akhirnya obat ini pun bisa didapatkan.

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah: 5-6).

Masa-Masa Paling Berat

Inilah masa-masa paling berat dalam hidupku. Ya Allah, maafkanlah hamba-Mu yang bodoh dan penuh keluh kesah ini.

Butuh waktu beberapa lama, butuh proses pemikiran sangat dalam bagiku sampai akhirnya diri ini menyadari bahwa Allah mendatangkan ujian kepada hamba-Nya  sebagai bentuk cinta-Nya kepada hamba tersebut.

Allah rindu dengan rintihan dan tangisan hamba-Nya. Bisa juga Allah hadirkan ujian kepada hamba-Nya sebagai cara “mudah” untuk menghapus dosa hamba-hamba-Nya jika ikhlas menerima ujian tersebut.

Jika kita kesal dengan ujian-Nya maka Allah akan murka, tetapi jika kita ridho maka Allah pun akan ridho. Dan ridho Allah ini adalah segalanya bagi kita. Karena dengan ridho Allah ini maka surga-Nya akan kita dapatkan, insya Allah. Ketika kita ridho, maka Allah akan mudahkan urusan-urusan kita. Serahkan saja semuanya kepada Allah, tugas kita hanya berusaha dan berdoa. Tak ada seorangpun yang dapat merubah takdir-Nya. Namun kita bisa membuat takdir-Nya menjadi sesuatu yang lebih indah dengan menjalaninya dengan riho dan mengharap hanya bimbingan dari-Nya.

Artikel berikutnya: Abyan, Pejuang Cerebral Palsy Cilik (Bag.4)

Artikel sebelumnya: Abyan, Pejuang Cerebral Palsy Cilik (Bag.2)

You may also like...

4 Responses

  1. Pasirwangi says:

    MasyaAllah closing nya juara sie ini..

    Al Munawi mengatakan,
    “Jika seorang mukmin diberi cobaan maka itu sesuai dengan ketaatan, keikhlasan, dan keimanan dalam hatinya.
    Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
    Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya..

    Barakalloh, Pasangan Hampir&CumLaude tambah naik tingkat lagi ini, :), kami makin ketinggalan niieh..

    Alhamdulillah banyak belajar dari keluarga Pak Muhyi dan Mba Yanti.

    Regards,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: