Tafsir Surat Al Maun Ayat 3

Tafsir Surat Al Maun ayat 3
Ilustrasi foto: beritaislam.org
Bagikan

Tafsir Surat Al Maun Ayat 3

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ

dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Imam Ar Razi berkata kenapa Allah berfirman “dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin” dan tidak berfirman, “dan dia tidak memberi makan orang miskin ?” Jawabnya jika dia tidak memberikan hak anak yatim lalu bagaimana dia bisa memberikan hartanya untuk orang miskin ? Dia kikir akan harta orang lain sehingga ia tidak mengimbau orang tersebut untuk memberikan makan orang miskin. Inilah puncak kehinaan dan menjadi bukti hati yang keras dan tabiat yang hina.

Orang kikir dengan harta miliknya sendiri tidak aneh karena banyak kita jumpai. Orang kikir adalah aib dalam persahabatan, modalnya cuma mulut doang. Benar2 benalu kehidupan. Yang lebih parah adalah orang yang kikir dengan harta orang lain. Lho bagaimana bisa ? Ayat ini menjelaskan tipe manusia yang tidak rela harta orang lain habis karena memberi makan orang miskin. Itu sebabnya dia tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.  Itulah manusia paling kikir

Abu Hayyan menegaskan ayat “dan tidak menganjurkan” menunjukkan bahwa dia tidak memberi makan padahal mampu. Di sisi lain dia juga mendorong orang lain untuk tidak memberi makanan karena kikir.

Iya… begitu kikirnya dia sampai perbuatan menghimbau kebaikan dilarang, memasang pamflet, spanduk yang berisi ajakan bersedekah dilarang, menyebarkan proposal santunan yatim dan dhuafa ditakut2i. Ini orang keluar harta gak mau, mendukung pun ogah. Inilah sekikir2nya manusia.

Jangan Jadi Penentang Kebaikan

Kita itu jika tak mampu berbuat baik, janganlah jadi penentang kebaikan. Jangan seperti kepala daerah yang melarang pawai Ramadhan dan pemotongan hewan kurban di tempat ibadah. Ujung2nya dia nyungsep dijorokin warga. Ex teman saya di hotel Sofyan cerita direksi sebelumnya bubarin Rohis dan meniadakan kegiatan hari2 besar Islam. Nasib mereka tragis, dijatuhkan oleh seluruh karyawan. Yang sekarang lagi viral dukungan untuk membubarkan FPI. Salah apa FPI terhadap mereka ? Tidak ada, sama halnya salah apa pawai Ramadhan dan potong kurban terhadap kepala daerah tersebut ? tidak ada.

Kenapa mereka melarang orang berbuat baik ? kikir tingkat dewa.

Ada 2 tipe manusia yang mendapat kecaman dalam surah ini yakni penghardik anak yatim dan yang tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Dalam surah al Fajr ayat 17-18 juga dijelaskan :

كَلَّا ۖ بَل لَّا تُكْرِمُونَ ٱلْيَتِيمَ وَلَا تَحَٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِين

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,

Masalah yatim dalam surah al fajr disebut tidak memuliakan sedang di surah ini disebut menghardik. Pengertiannya yatim seharusnya dimuliakan bukan didiamkan apalagi dihardik yang menyinggung perasaannya. Tidak memuliakan yatim adalah sebuah kesalahan, sebagaimana disinggung dalam surah al Fajr karena berarti ia menyia2kan kebaikan. Bersedekahlah walau dengan sebutir kurma, kata Nabi ﷺ. Masa segelas air kita gak punya di rumah, masa sepotong baju kita gak punya, masa selembar uang tidak ada di dompet, masa paket data 1MB buat share proposal santunan yatim kita gak punya ?

Muliakan Anak Yatim

Muliakan yatim walau cuma dengan hal2 sepele.

Masalah memberi makan orang miskin, dalam surah al Fajr menggunakan kata tahadhu sementara dalam surah ini menggunakan kata yahadhu. Dari sini kita pahami bahwa kata ini dalam berbagai bentuknya mengandung kecaman kepada pelakunya, dalam hal ini kecaman kepada orang yang tidak tidak mendorong orang lain untuk memberi makan kepada orang miskin.

Perilaku ini semua berpulang pada keimanan kepada hari akhirat sebagaimana disinggung pada ayat pertama. Dalam ayat lain keimanan akan hari akhirat mendorong pemiliknya untuk memberi makan anak yatim dan orang2 miskin.

وَيُطْعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (76 : 8)

Motivasi pemberian ini dijelaskan pada ayat selanjutnya :

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءً وَلَا شُكُورًاإِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. (76 : 9-10)

Pada ayat diatas hari kiamat diungkapkan dengan istilah ‘abusaan (ﻋﺒﺴﺎ) yang berarti cemberut, bermuka masam. Iya begitulah sebagaimana anak yatim dan orang miskin yang kelaparan hingga bermuka masam didunia akibat perbuatan orang kikir maka kelak di akhirat orang2 kaya itu yang akan bermuka masam. Siapa yang menanam akan menuai hasilnya. Menanam muka masam akan menuainya di akhirat.

(Baca juga: Tafsir Surat Al Maun Ayat 1-2)

Santunan Yatim

Sekarang ini kita sedang menggulirkan kegiatan Santunan Yatim FKM UI, maunya Ferry digabung dengan dhuafa tapi saya belum yakin dengan dana yang terkumpul. Jika kisarannya masih 20 juta seperti tahun lalu hanya yatim yang tercover. Tapi jika 02 kali lipatnya atau lebih boleh saja menambah kategori dhuafa. Semua tergantung upaya kita semua dalam menyebarkan proposal. Yang rajin japri proposal dan memutaba’ah sesungguhnya dia sedang menanam kebahagian.

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan”, (52 : 17-19)

Perhatikan ayat sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan. Semua kenikmatan di surga hingga penghuninya bersuka ria didapat karena mereka menanam kebaikan sebelumnya. Kebaikan ini disebutkan pada ayat selanjutnya :

Mereka berkata: “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)”. Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang. (52 : 26-28)

Ahlu surga menanam iman dan amal sholih. Mereka tidak berbuat dosa karena takut diazab dan senantiasa menyembahNya adalah amal sholihnya. Dan mudah2an kegiatan santunan yatim FKMUI ini menjadi amal sholih kita semua. Jangan biarkan Arief masuk surga sendirian dan Arief pun jangan masuk surga sendirian. Ajak yang lain agar rame2 mensukseskan kegiatan ini. Di dunia ini kita bersama2 beramal shalih karena kelak di akhirat pun kita bersama2 masuk surgaNya.

Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). (39 : 73)

Masuk Surga Bersama-Sama

Lihat kata berombong2an. Tidak ada penghuni surga yang masuk sendirian, mereka bersama2 dengan kelompoknya kecuali Abu Dzar al Giffari yang kata Nabi ﷺ mati sendirian, dibangkitkan sendirian dan masuk surga sendirian. Orang2 bertakwa yang ahli puasa masuk surga bersama2 dari pintu royyan, ulama masuk surga dari pintunya, dan mudah2an kita semua masuk surga dari pintu yatim.

Pekerjaan memuliakan anak yatim dan memberi makan orang miskin bukanlah pekerjaan sepele. Syaikh asy Syaqinthi berkata, “Jiwa manusia terlahir dengan sifat tidak mau berkorban kecuali ada balasan dan tidak mau berhenti berbuat buruk kecuali karena takut.”

Apa yang menakutkan dari anak yatim dan orang miskin ? Tidak ada, mereka justru kaum lemah.

Apa balasan yang didapat dari anak yatim dan orang miskin ? Tidak ada, paling banter ucapan terima kasih.

Jadi motivasi untuk berbuat baik kepada keduanya memang tidak ada kecuali keimanan kepada hari akhir.

Pendapat Sayyid Qutb

Sayyid Qutb mengatakan tentang tiga ayat ini,  “Jawaban Al Quran tentang siapa yang mendustakan agama atau hari kemudian yang dikemukakan dalam surah ini mengagetkan jika dibandingkan dengan pengertian iman secara tradisional. Tetapi yang demikian itulah inti persoalan dan hakikatnya.”

“Hakikat pembenaran ad din bukannya ucapan dengan lidah tetapi ia adalah perubahan dalam jiwa yang mendorong pada kebaikan dan kebajikan terhadap saudara2 sekemanusiaan, terhadap mereka yang membutuhkan pelayanan dan perlindungan. Allah tidak menghendaki dari manusia kalimat2 yang dituturkan, tetapi yang dikehendakiNya adalah karya2 nyata, yang membenarkan kalimat yang diucapkan itu. Sebab kalau tidak, maka itu semua hampa tidak berarti dan tidak dipandangNya.”

Tidak ada yang lebih gamblang di dalam menggambarkan ruh akidah dan tabiat agama ini secara benar, melebihi gambaran tiga ayat dari surat ini. Lepas semua gelar dan kedudukan kita dalam dakwah, jika ada anak yatim yang kita hardik dan jika ada pelarangan kebaikan yang kita dukung maka saat itulah kita termasuk orang yang mendustakan agama walaupun berstatus ustadz, walaupun bergelar profesor, walaupun telah menjadi kader inti. Sebab Allah tidak membutuhkan dari manusia kalimat2 yang dituturkan berupa gelar, status, atau tingkatan maqam tapi yang dikehendakiNya adalah karya2 nyata.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: