I’tikaf, Tradisi Para Nabi yang Disempurnakan Pada Masa Rasulullah SAW

I’tikaf, Tradisi Para Nabi yang Disempurnakan Pada Masa Rasulullah SAW
Bagikan

I’tikaf, Tradisi Para Nabi yang Disempurnakan Pada Masa Rasulullah SAW

Tradisi i’tikaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh para nabi terdahulu. Bahkan, i’tikaf disebut langsung dalam Al-Quran sebagai bagian dari syariat Nabi Ibrahim as. dan anak keturunannya (QS Al-Baqarah, 2:125)

Tradisi ini terus berlangsung sampai menjelang kenabian Rasulullah ﷺ. Yanga mana, orang-orang Mekkah yang menganut agama hanif (agama Ibrahim) akan menunaikannya pada hari-hari tertentu dalam setahun, terkhusus pada bulan Ramadhan.

Bahkan, Rasulullah ﷺ sendiri termasuk orang yang gemar melakukan aktivitas ini, terlebih menjelang bi’tsah (masa kenabian). Lalu, bagaimana beliau melakukannya setelah menjadi nabi?

•┈•••❁ 1⃣

Alih-alih dihilangkan, i’tikaf justru disempurnakan pada masa Rasulullah ﷺ. Beliau menetapkan sejumlah aturan sehingga prosesi i’tikaf menjadi lebih terarah dan sempurna.

Terkait tempat misalnya. Jika pada masa sebelum Islam, i’tikaf bisa dilakukan di banyak tempat, semisal di gua dan bukit. Pada masa Islam, i’tikaf khusus dilakukan di masjid.

Demikian pula dengan waktunya, i’tikaf bisa kapan saja, tidak harus menunggu bulan Ramadhan. Namun demikian, beri’tikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan menjadi sesuatu yang sangat ditekankan.

(Kelak, berdasarkan apa yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dan sahabat, ulama fikih menyusun aturan yang sistematis dan baku tentang prosesi i’tikaf, mulai dari hukum i’tikaf, rukun i’tikaf, sunnah i’tikaf, pembatal i’tikaf, dan lainnya).

•┈•••❁ 2⃣

Bagaimana Rasulullah ﷺ melakukan i’tikaf pada bulan Ramadhan?

Pada masa awal turunnya perintah shaum Ramadhan, Rasulullah ﷺ sudah beri’tikaf pada sepuluh hari pertama demi mendapatkan malam Al-Qadar (Lailatul Qadar).

Pada bulan Ramadhan tahun berikutnya, beliau mengawali i’tikaf pada sepuluh hari yang kedua. Dalam sebuah hadits disebutkan:

“Beliau beri’tikaf pada sepuluh malam yang pertama, kemudian beliau beri’tikaf pada sepuluh malam yang kedua …” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Abu Sa’id Al-Khudri ra. mengatakan pula, “Rasulullah ﷺ biasa beri’tikaf pada sepuluh hari yang tengah (sepuluh hari kedua) dari bulan Ramadhan pada satu tahun …” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

•┈•••❁ 3⃣

Pada tahap terakhir, Rasulullah ﷺ mengabarkan kepada sahabat untuk beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Yaitu, setelah mendapatkan petunjuk yang jelas dari Allah Ta’ala tentang kedatangan malam Al-Qadar.

Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa, “Beliau beri’tikaf pada sepuluh malam yang pertama, kemudian beri’tikaf pada sepuluh malam yang kedua, kemudian beliau bersabda:

‘Sesungguhnya aku telah dibawakan (sebuah petunjuk) yang dikatakan kepadaku, Sesungguhnya Lailatul Qadar ada pada sepuluh malam terakhir. Maka, barangsiapa di antara kalian ingin beri’tikaf, silakan beri’tikaf’.

Maka, orang-orang pun beri’tikaf bersama beliau.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Setelah itu, Rasulullah ﷺ selalu mengisi sepuluh terakhir Ramadhan dengan beri’tikaf sampai wafatnya. Ummahatul Mu’minîn (para istri Nabi ﷺ) melanjutkan kebiasaan ini setelah beliau wafat. (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Disarikan dari Mukhtashar Latha’iful Ma’arif (Dr. Ahmad bin Utsman Al-Mazyad), I’tikaf Nabi Muhammad ﷺ (Islam.co), dan sumber lainnya.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: