Ismail Haniya di Qatar Hidup Mewah, Rakyat Gaza Mati Digilas Israel

Ismail Haniya di Qatar hidup Mewah, Rakyat Gaza Mati Digilas Israel
Ilustrasi foto: hidayatullah.com
Bagikan

Ismail Haniya di Qatar Hidup Mewah, Rakyat Gaza Mati Digilas Israel

Oleh: Ammar R

Cukup banyak hal begini beredar. Ini tentu datang dari orang yang musiman saja ikuti isu perang di Palestina, tapi tak mau cari tahu, atau pura-pura lupa sejarah Hamas di Palestina.

Ismail Haniya adalah mantan perdana menteri Palestina, yang dikhianati oleh FATAH pada tahun 2007 karena kabinetnya dibubarkan secara sepihak, padahal Hamas adalah partai pemenang pemilu.

Atas hak konstitusinya, Hamas melawan dan terjadi perang saudara dengan Fatah, lalu perang berhenti.

Sampai hari ini, para walikota, jajaran menteri, sampai kepala-kepala dinas di Palestina masihlah elemen Hamas, sebagaimana umumnya negara demokrasi: presiden boleh partai A, tapi gubernur bisa partai B, ketua DPR partai C.

Kedua, berkali-kali pemimpin Hamas syahid dirudal Israel: Syaikh Ahmad Yasin, Dr. Abdul Aziz Rantisi, dan lain-lain. Maka, para anggota Hamas sepakat untuk mengamankan para ketuanya di luar negeri.

Negeri yang mau amankan mereka, adalah Qatar, atas kemurahan Emir Tamim bin Hammad. Di Palestina, diangkat ketua harian, Yahya Sinwar.

Kalian kalau mau berpikir sedikit, kenapa Ismail Haniya dimuliakan oleh Emir Qatar? Ya. Dia mantan perdana menteri. Tidak mungkin Emir Qatar memberi dia kos-kosan atau tinggal di ruang marbot di samping mushala. Begitu juga dengan Khalid Misy’al, ketua umum Hamas, tidak mungkin disuruh tinggal di ruang musyrif pondok seperti keinginan kalian.

Mereka pemimpin negara dan pemimpin parpol besar. Di luar negeri, mereka berbisnis dan menggalang kekuatan politik untuk menekan Israel. Berusaha yakinkan pemimpin muslim dan para ulama bahwa Masjidil Aqsha harus dibebaskan, dan agar semua orang jangan pengecut meninggalkan jihad.

Kalian bertanya: dari mana senjata Hamas dan Jihad Islam? Dari bisnis para petingginya. Dari bantuan diam-diam para kepala negara yang berhasil diyakinkan Ismail Haniya. Hal ini, tak akan bisa dilakukan kalau ia tetap di Gaza, yang diblokade tembok 30 meter dan pagar listrik 50 kilo panjangnya.

Puluhan ribu prajurit Hamas mengerti ini. Padahal kalau dibilang pemimpinnya hidup mewah, harusnya mereka yang pertama kali sakit hati, bukan dai entah mana yang tinggal di Indonesia.

Tapi puluhan ribu prajurit Hamas tidak peduli celaan itu. Mereka terus berperang, melawan Israel, berjihad difa’ membela agama, tanah, harta, dan jiwa mereka.

“Aku sukanya cara Fatah yang damai, kalau Hamas mah perang melulu tak akan ketemu endingnya.”

Orang semacam ini biasanya tak tahu bagaimana seluk beluk politik di Palestina. Kalian pasti sering dengar kalau “Hamas itu pendekatan senjata, Fatah itu diplomatik”.

Ini keliru. Hamas punya brigade militer namanya Brigade Izzuddin Al-Qassam, dan Fatah punya brigade militer namanya Brigade Syuhada Al-Aqsha.

Apa perbedaannya? Hamas, berideologi Islam-Tarbiyah. Maka perjuangannya sangat berhubungan dengan Islam dan Masjidil Aqsha.

Fatah, berideologi Nasionalisme. Namanya saja bukan Islam, tapi Harakah Tahrir Al-Wathaniyah fi Filisthin. Gerakan Pembebas Tanah Air di Palestina. Punya pasukan bersenjata, namanya Brigade Syuhada Al-Aqsha.

Ya, benar, tahun 2007 pernah perang saudara. Tapi sudah damai. Berkali-kali ketemu dijembatani negara tetangga terutama Mesir, damailah mereka.

Kalau kalian kira Fatah itu maunya damai: kalau begitu, silakan cek dengan jelas siapa aktor di balik Intifada Kedua, perang berdarah di awal abad 21 yang salah satu pilarnya, adalah Yasser Arafat dan Fatah itu sendiri.

Saat ini, di Perang Thuufanul Aqsha, FATAH dan Brigade Syuhada Al-Aqsha sudah menyatakan bergabung sejak peledakan RS Ma’madany dan Black Out Gaza yang dilakukan Israel dua pekan lalu.

Publikasi resmi dan rilis mereka mengenai keterlibatan dalam perang bahkan saya sertakan di channel telegram dan Instagram agar semua orang melihat, bahwa mereka melawan!

Bahkan Rabu dan Kamis ini, Komandan Batalion mereka di Tulkarim, Jihad Shehadeh, dan Komandan Batalion Jenin, Ayham Ammar, syahid dalam pertempuran lokal.

Saya tak cuma tulis nama dan beritanya, tapi poster dukacitanyapun saya dapatkan dan saya bagikan pada kalian. Kalian yang ikut berita lokal Israel, juga dapatkan berita yang sama.

Hamas dan Fatah, bersama gerakan lain seperti PFLP, Ariinul Usud, dan Brigade Alwiyah Nashir Shalahuddin semua sudah bergerak bebaskan Gaza dan Palestina.

Kita saja di Indonesia yang minim info, lalu nggedabrus banyak bicara dengan data-data yang umurnya sudah belasan tahun tak pernah diupdate.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: