Keikutasertaan Nabi Dalam Membangun Ka’bah

MembangunKa'bah
Ilustrasi foto: republika.co.id
Bagikan

Keikutasertaan Nabi Dalam Membangun Ka’bah

Oleh: Dr.Said Ramadhan Al Buthy (dikutip dari buku Fiqih Sirah)

Ka’bah adalah “rumah” yang pertama
kali dibangun atas nama Allah, untuk menyembah Allah dan mentauhidkan-Nya.
Dibangun oleh bapak para Nabi, Ibrahim as, setelah menghadapi “perang berhala”
dan penghancuran tempat-tempat peribadatan yang didirikan atasnya. Ibrahim as
membangunnya berdasarkan wahyu dan perintah dari Allah swt :

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah beserta Isma’il (seraya berdo’a)
“Ya Rabb kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” QS al-Baqarah : 127

Setelah itu Ka’bah mengalami
beberapa kali serangan yang mengakibatkan kerapuhan bangunannya. Di antaranya adalah
serangan banjir yang menenggelamkan Mekkah beberapa tahun sebelum bi’tsah,
sehingga menambah kerapuhan bangunannya. Hal ini memaksa orang-orang Quraisy
harus membangun Ka’bah kembali demi menjaga kehormatan dan kesucian
bangunannya. Penghormatan dan pengagungan terhadap Ka’bah merupakan sisa atau
peninggalan syari’at Ibrahim as yang masih terpelihara di kalangan orang Arab.

Rasulullah saw sebelum bi’tsah
pernah ikut serta dalam pembangungan Ka’bah dan pemugarannya.

Beliau ikut serta secara aktif mengusung batu di atas pundaknya. Pada waktu itu Rasulullah saw berusia 35 tahun, menurut riwayat yang paling shahih.

“Ketika membangun Ka’bah, Rasulullah dan Abbas pergi membawa batu. Abbas berkata kepada Nabi saw, “Singsingkan kainmu di atas lutut.“ Kemudian Nabi saw turun ke tanah, sedang kedua matanya melihat-lihat ke atas seraya berkata :“ Mana kainku?“ Lalu Nabi saw mengikatkannya.

Nabi saw memiliki pengaruh besar dalam menyelesaikan kemelut yang timbul akibat perselisihan dalam menyelesaikan tentang siapa yang berhak mendapatkan kehormatan meletakkan hajar aswad di tempatnya. Semua pihak tunduk kepada usulan yang diajukan Nabi saw, karena mereka semua mengenalnya sebagai al-amin (terpercaya) dan mencintainya.

Beberapa Ibrah

Sebaagi catatan terhadap bagian Sirah Nabi saw ini kami kemukakan empat hal : Pertama, urgensi , kemuliaan, dan kekudusan Ka’bah yang telah ditetapkan Allah. Cukuplah sebgai dalilnya, bahwa orang yang mendirikan dan membangunnya adalah Ibrahim kekasih Allah, dengan perintah dari Allah supaya menjadi rumah yang pertama untuk menyembah Allah semata, sebagai tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia.

Tetapi , ini tidak berarti bahwa Ka’bah memiliki pengaruh terhadap orang-orang yang thawaf di sekitarnya, atau orang-orang yang iktikaf di dalamnya Ka’bah, kendatipun memiliki kekudusan dan kedudukan di sisi Allah.

Ketika Allah mengutus Ibrahim as utuk meruntuhkan berhala-berhala dan para Thogut, menghancurkan rumah-rumah peribadatan, melenyapkan rambu-rambunya dan menghapuskan penyembahannya, Allah menghendaki agar dibangun di atas bumi ini suatu bangunan yang akan menjadi lambang pentauhidan dan penyembahan kepada Allah semata. Suatu lambang yang mencerminkan sepanjang masa arti agama dan peribadatan yang benar, dan penolakan terhadap kemusyrikan dan penyembahan berhala. Selama beberapa abad manusia menyembah batu-batu, berhala dan para Thogut, dan mendirikan rumah-rumah ibadah untuknya. Sekarang telah tiba saaatnya untuk mengganti rumah-rumah yang didirikan untuk menyembah Allah semata.

Jika orang-orang yang beriman kepada wahdaniyah (keesaan) Allah dan para pemeluk agama-Nya harus memiliki ikatan yang akan mempertalikan mereka, dan sebuah tempat yang akan mempertemukan mereka, kendatipun berlainan negeri, bangsa, dan bahasa mereka. Maka tidak ada yang lebih tepat untuk dijadikan ikatan dan tempat pertemuan itu selain dari rumah yang didirikan sebagai lambang untuk mentauhidkan Allah dan menolak kemusyrikan ini. Di bawah naungannya mereka saling berkenalan. Di sinilah mereka bertemu karena panggilan  kebenaran yang dilambangkan oleh rumah ini.

Inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah :

“Dan ( ingatlah), ketika Kami jadikan rumah itu ( Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadilah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat“ QS al-Baqarah : 125

Makna inilah yang akan dirasakan oleh setipa orang yang melakukan thawaf di Baitul – Haram, jika ia telah memahami arti ‘ubudiyah kepada Allah dan tujuan melaksanakan perintah- perintah-Nya, baik karena sebagai perintah yang harus dilaksanakan ataupun karena sebagai serorang hamba yang berkewajiban mematuhi perintah. Di sinilah nampak kekudusan Ka’bah dan keagungan kedudukannya di sisi Allah. Dari sini pula terasa perlunya menunaikan haji dan thawaf di sekitarnya.

Kedua, peristiwa pembangungan Ka’abh.

Ka’bah pernah di bangun empat kali.  Pembangunan Ka’bah yang pertama kali adalah yang dilakukan oleh Ibrahim as di bantu anaknya Isma’il as, atas perintah Allah swt, sebagaimana dinyatakan secara tegas oleh al-Quran dan Sunnah yang shahih :

Firman Allah :

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah beserta Isma’il (seraya berdoa) „Ya Rabb kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“

QS l-Baqarah : 127

Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas r.a. :

“…kemudian (Ibrahim) berkata : “Hai Isma’il, sesungguhnya Allah memerintahkan aku ( untuk melakukan) sesuatu perkara.“Isma’il berkata ,“Lakukanlah apa yang diperintahkan oleh Rabbmu.“Ibrahim bertanya, “Kamu akan membantuku? “Isma’il menjawab,“Aku akan membantumu.“ Ibrahim berkata ,“ Sesungguhnya Allah memerintahkan aku agar aku membangun rumah (Ka’bah) di sini,“ seraya menunjuk ke bukit di sekitarnya. Nabi saw bersabda :“ Pada saat itulah keduanya membangun dasar-dasar Ka’bah, kemudian Isma’il mengusung batu dan Ibrahim yang membangun ….“

Az-Zarkasyi mengutip dari sejarah Mekkah karangan al-Azraqi bahwa Ibrahim membangun Ka’bah dengan tinggi dujuh depa, dalamnya ke bumi tiga puluh depa, dan lebarnya dua puluh depa , tanpa atap. As-Suhaili menceritakan bahwa tinginya sembilan depa.

Menurut penulis (Dr. Al-Buthi ) riwayat as-Suhaili lebih tepat daripa riwayat al-Azraqi.

Pembangunan Ka’bah yang kedua adalah yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy sebelum Islam, dimana Nabi saw ikur serta dalam pembangunannya, sebagaimana telah kamis ebutkan.

Menyangkut hal ini Rasulullah saw pernah bersabda dalam sebuah riwayat Aisyah :

“Wahai Aisyah, kalau bukan karena kaummu masih dekat dengan masa jahiliyah, niscaya aku perintahkan (untuk membongkar dan membangun) Ka’bah, kemudian aku masukkan kepadanya apa yang pernah dikeluarkan darinya, aku perdalam lai ke bumi dan aku buat padanya pintu timur dan barat, lalu aku sempurnakan sesuai asas Ibrahim”.

Pembangunan Ka’bah yang ketiga ialah setelah mengalami kebakaran di mana Yazid bin Mu’awiyah, ketika tentara-tentaranya dari penduduk Syam menyerangnya. Para tentara tersebut atas perintah Yazid, mengepung Abdullah bin Zubair di Mekkah dibawah pimpinan al-Hashin bin Numair as-Sakuni pada akhir tahun tiga puluh enam.

Mereka melempari Ka’bah dengan menjanik sehingga menimbulkan kerusakan dan kebakaran. Kemudian Ibnu as-Zubair menunggu sampai orang-orang datang di musim Haji, lalu  ia  meminta pendapat mereka seraya berkata ,“Wahai manusia , berilah pedapat kalian tentang Ka’bah. Aku gempur kemudian aku bangun lagi, atau aku perbaiki yang  rusak-rusak saja?“ Lalu Ibnu Abbas berkata ,“ Menurut saya sebaiknya anda perbaiki yang rusah-rusak saja dan tidak perlu menggempurnya.“ Ibnu as-Zubair berkata ,“ Seandainya rumah salah seorang kamu terbakar, maka ia psti akan memperbaharuinya , apalagi ini rumah Allah. Sesungguhnya saya sudah tiga kali istikhara kepada Allah , kemudian bertekad melaksanakan keputusanku.“

Tiga hari berikutnya, ia memulai menggempurnya sampai rata dengan tanah. Kemudian Ibnu as-Zubair mendirikan beberapa tiang di sekitarnya dan memasang tutup di atasnya. Kemudian mereka mulai meninggikan bangunannya. Ia tambahkan enam depa pada  bagian yang pernah dikurangi. Ia tambahkan panjangnya sepuluh depa, dan dibuat nya dua pintu, pintu masuk dan pintu keluar. Ibnu Az-Zubair berani memasukan tambahan ini berdasarkan hadits Aisya dari Rasulullah saw terdahulu.

Pembangunan Ka’bah yang keempat dilakukan setelah terbunuhnya Ibnu Az-Zubair, imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Atha , bahwa ketika Ibnu az-Zubair terbunuh, al-Hajjjaj menulis kepada Abdul Malik bin Marwan mengabarkan kematiannya, dan bahwa Ibnu az-Zubair membangun Ka’bah di atas yang masih dipermasalahkan oleh para tokoh kepercayaan Mekkah.

Tekad Ar-Rasyid membongkar Ka’bah dan membangunnya kembali sebagai bangunan Ibnu Az-Zubair pernah diucapkannya. Tetapi kemudian dicegah oleh Malik bin Anas,“Wahai Amirul Mukminin, janganlah rumah ini dijadikan permainan oleh para raja sesudahmu. Janganlah setiap orang dari mereka mengubahnya sesuka haitnya, karena tindakan tersebut akan menghapuskan wibawa rumah ini dari hati manusia,“. Kemudian ar- Rasyid membatalkan niatnya.

Adapun pembangunannya sebelum Ibrahim as, maka masih diperselisihkan dan diragukan kebenarannya. Apakah Ka’bah sebelum itu sudah dibangun atau belum?

Disebutkan di dalam beberapa atsar dan riwayat, bahwa orang yang pertama kali membangunnya adalah Adam as. Di antaranya ialah apa yang diriwayatkan oleh Baihaqi di

dalam kitab Dala’ilun Nubuwwah,d ari hadits Abdullah bin Amr, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Allah mengutus Jibril as kepada Adam as dan Hawa; lalu berkata kepada keduanya,“Bangunlah sebuah rumah untukku,“ Kemudian Jibril membuatkan garis kepada keduanya. Lalu Adam mulai menggali, sementara itu Hawa, mengusungnya,“ Cukup Adam!“ Ketika keduanya telah membangunnya , Allah mengilhamkan kepada Adam agar ia thawaf di sekitarnya, dan dikatakan kepadanya,“ Kamu manusia pertama, dan ini adlah rumah pertama .“ Kemudian berlalulah beberapa abad sampai Ibrahim meninggikan dasar-dasar bangunannya.

Selain iut terdapat riwayat lain yang semakna dengan riwayat yang dikeluarkan oleh Baihaqi ini, tetapi kesemuanya tidak terhindar dari kelemahan. Dikatakan juga, orang yang pertama kali membangunnya adalah Syits as.

Dengan demikian, Ka’bah berdasarkan riwayat-riwayat yang lemah telah dibangun sebanyak lima kali.

Tetapi sepatutnya kita berpegang kepada riwayat yang shahih, yaitu Ka’bah pernah dibangun sebanyak empat kali sebagaimana telah kami jelaskan. Adapun riwayat-riwayat yang menyebutkan pembangunannya selain yang empat kali tersebut, maka kita serahkan kepada Allah. Ini tentu saja tidak termasuk beberapa kali pemugaran dan perbaikan setelah itu.

Ketiga, kebijaksanaan Nabi saw dalam menyelesaikan masalah dan mencegah terjadinya permusuhan. Antar siapa ? Antar kaum yang jika terjadi permusuhan jarang sekali tidak menumpahkan darah. Seperti telah diketahui, permusuhan mereka dalam masalah ini hampir saja menimbulkan peperangan Bani Abdi’d-Dar telah menghampiri mangkuk berisi darah, kemudian bersama Bani’Ady berikrar siap mati seraya memasukkan tangan-tangan mereka ke dalam darah tersebut. Sementara itu, kaum Quraisy tinggal diam selama empat atau lima malam tanpa adanya kesepakatan atau penyelesaian yang dapat diajukan sampai api fitnah tersebut padam di tangan Rasulullah saw.

Kita harus mengembalikan keistimewaan Rasulullah saw ini kepada persiapan Allah kepadanya untuk mengemban tugas risalah dan kenabian, sebelum mengembalikannya kepada kecerdasan dan kejeniusan Nabi saw yang telah menjadi fitrahnya.

Sebab asas pertama dalam pembentukkan kepribadian Nabi saw ialah bahwa ia sebagai seorang Rasul dan Nabi. Setelah itu baru menyusul keistimewaan-keistimewaan Nabi saw yang lain seperti kecerdasan dan kejeniusannya.

Keempat. Ketinggian kedudukan Nabi saw di kalangan tokoh Quraisy dari berbagai tingkatan dan kelas. Di kalangan mereka, Nabi saw dikenal sebagai al-amin (terpercaya) dan sangat dicintai.

Hal ini mengungkapkan kepada anda, betapa kedengkian dan keangkuhan telah menguasai hati mereka, ketika mereka mendustakan , memusuhi dan manghalau dakwah yang disampaikannya kepada mereka.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: