Biografi Sahabat Abdurrahman bin Auf

Biografi Sahabat Abdurrahman bin Auf
Ilustrasi foto: ilmualquran.com
Bagikan

Abdurrahman Ibn Auf – Nabi Bermakmum Kepadanya

(Dikutip dari: Muhammad Raji Hasan Kinas. 2012. Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi. Penerbit Zaman: Jakarta, 119-124)

Abdurrahman ibn Auf seorang sahabat Nabi yang berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Zuhri. Ayahnya bernama Auf ibn Abdi Auf ibn Abdi ibn al-Harits ibn Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah. Dan ibunya bernama al-Syaqa bint Auf ibn Abdi ibn al-Harits ibn Zuhrah.

Sebelum memeluk Islam, Abdurrahman ibn Auf bernama Abdu Amr, ada juga yang mengatakan Abdul Ka‘bah. Setelah bersyahadat, Rasulullah saw. mengganti namanya menjadi Abdurrahman. la masuk Islam sebelum Rasulullah saw. Menjadikan rumah al-Arqam ibn Abu al-Arqam sebagai pusat kajian dan penyebaran Islam. la termasuk dalam kelompok enam, kelompok delapan, dan kelompok sepuluh orang. Kelompok enam meliputi para sahabat Nabi saw. yang ditunjuk oleh Khalifah Umar ibn al-Khattab—ketika seorang zindiq menusuknya–untuk memilih khalifah penerusnya. Kelompok delapan meliputi kaum muslim yang paling awal memeluk Islam. Kelompok sepuluh adalah para sahabat yang mendapat jaminansurga dari Nabi saw. la adalah seorang yang diridai Nabi saw. menjelang beliau wafat. Setelah Khalifah Umar r.a. wafat, ia keluar dari kelompok enam, kemudian membaiat Utsman ibn Affan sebagai khalifah. Para sahabat lain mengikuti langkahnya.

Salah satu hal yang membuktikan keutamaan Abdurrahman adalah bahwa Rasulullah saw. pernah shalat bermakmum kepadanya. la mendapatkan kemuliaan yang tak didapatkan kaum muslimin lain kecuali Abu Bakr. Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi saw. terlambat datang ke masjid untuk shalat fajar karena tengah menyelesaikan urusan Perang Tabuk. Dan ketika Rasulullah tiba di masjid, ternyata orang-orang sedang mendirikan shalat dengan Abdurrahman ibn Auf sebagai imam. Rasulullah tiba di masjid pada raaat kedua. Usai shalat, Rasulullah bersabda kepada orang-orang yang hadir, “Kalian telah melakukan kebaikan.” Rasulullah memuji mereka karena shalat tepat pada waktunya dan tidak mengakhirkan untuk menunggu kedatangannya. Kemudian ia bersabda, “Seorang Nabi tidak pernah diambil nyawanya kecuali telah shalat di belakang orang yang saleh di antara umatnya.” Ucapan Rasulullah saw. itu benar-benar menjadi kesaksian yang sangat berharga sehingga Abdurrahman merasa sangat bahagia.

Ketika Rasulullah saw. mengutus Abdurrahman ibn Auf ke Daumatul Jandal, beliau memakaikan surban ke pundak Abdurrahman dengan kedua tangan beliau yang mulia. Beliau juga berwasiat agar ia menikahi putri penguasa di Sana yang bernama Tamadhar bint al-Ashbag ibn Tsalabah. Allah memberikan kemenangan kepada pasukan kaum muslim. Sesuai dengan pesan Nabi saw., Abdurrahman menikahi putri penguasa Daumatul Jandal, dan dari pernikahan itu lahir seorang anak laki-laki yang kelak akrab disapa “Abu Salamah”.

Abdurahman ibn Auf memeluk Islam melalui Abu Bakr al-Shiddiq. Pada saat Rasulullah saw. mengizinkan para sahabatnya untuk hijrah ke Abisinia, Abdurrahman ikut serta dalam rombongan Muhajirin.

Kerika kaum Muhajirin kembali dari Abisinia, Abdurrahman juga ikut bersama mereka. Tak lama kemudian Rasulullah saw. mengizinkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Mereka berbondong-bondong berangkat menuju Yatsrib. Abdurrahman berangkat ke Yatsrib menyetujui keinginan kaum Quraisy agar ia menyerahkan seluruh hartanya jika ingin hijrah. Pengalaman Abdurrahman itu sama persis dengan pengalaman Shuhaib al-Rumi, yang harus menyerahkan seluruh hartanya kepada kaum Quraisy.

Karena itu, saat tiba di Yatsrib Abdurrahman tidak memiliki apa-apa. Rasulullah saw. mempersaudarakannya dengan Sa‘d ibn al-Rabi al-Anshari. Sa‘d termasuk orang yang kaya raya Madinah. la berkata kepada saudara Muhajirinnya, Abdurrahman, “Aku akan membagi dua harta milikku denganmu. Aku juga punya dua orang istri, pilihlah salah seorang dari mereka yang engkau sukai, biar kuceraikan dan kau bisa menikahinya setelah tuntas masa iddahnya.”

Dengan bijak Abdurrahman menjawab, “Semoga Allah memberkahimu, keluargamu, dan hartamu. Akan lebih baik bagiku jika engkau menunjukkan kepadaku jalan pasar.” Abdurrahman menyadari potensi dirinya sebagai pedagang sehingga alih-alih menerima tawaran yang sangat menggiurkan itu, ia memilih pergi ke pasar. Berkat kerja keras dan keahliannya berdagang, dalam waktu yang tidak terlalu lama Abdurrahman mendapat banyak keuntungan. Kehidupannya semakin makmur dan berkecukupan. Setelah merasa siap, Abdurrahman memutuskan untuk menikah. Kemudian ia menemui Rasulul lah saw. dan menceritakan segala yang telah dilakukannya. Rasul merasa puas, senang, dan mendoakan kebaikan untuknya. Rasul menyuruhnya menggelar walimah nikah, “Gelar walimah meski hanya dengan seekor kambing.”

Dalam Perang Uhud, tubuh Abdurrahman ibn Auf mendapat 21 luka. Sebagian luka itu diderita di kaki sehingga ia berjalan agak pincang. Dua gigi serinya pun tanggal.

Abdurrahman dikenal sebagai sahabat yang kaya dan sangat dermawan. la kerap menginfakkan hartanya di jalan Allah, bahkan sering kali ia menyiapkan perbekalan perang pasukan Muslim. Abu Na’im menuturkan bahwa pada masa Rasulullah saw. Abdurrahman ibn Auf pernah menyedekahkan separuh hartanya. Dalam kitab Thabaqdt ibn Sa‘d diceritakan bahwa Abdurrahman pernah membeli 500 ekor kuda dan 500 ekor unta untuk berperang. Di hari yang sama ia memerdekakan 30 orang budak. Bahkan, dikatakan bahwa saat Perang Tabuk ia menyedekahkan emas seberat dua ratus uqiyah.

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Salamah ibn Abdurrahman bahwa Abdurrahman mewasiatkan sebuah kebun untuk Ummahatul Mukminin (para istri nabi) yang dijualnya seharga empat ratus ribu. Namun, Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadis itu hadis gharib.

Anas bahwa ketika ia berada di rumah, ia mendengar suara gaduh. Aisyah r.a. yang juga berada di rumah bertanya, “Suara apakah itu?”

Anas r.a. menjawab, “Itu suara kafilah milik Abdurrahman ibn Auf yang baru tiba dari Syam membawa barang dagangan.”

Anas r.a. melanjutkan, “Kafilah itu meliputi 700 ekor unta sehingga seluruh Madinah terdengar bergemuruh.”

Aisyah r.a. berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman ibn Auf memasuki surga dengan merangkak.’

Abdurrahman yang ada di hadapan beliau berkata, ‘Jika aku mampu, aku akan memasukinya dengan berdiri.

Abdurrahman menyedekahkan seluruh unra dan barang dagangannya di jalan Allah serta menyerahkan sebagian hartanya kepada Ummahatul Mukminin.

Aisyah r.a. bercanya, “Siapa yang memberikan ini?”

Sahabat menjawab, “Abdurrahman ibn Auf yang memberikannya.

Aisyah r.a. berkata lagi, “Rasulullah saw. relah bersabda, ‘Tidak ada yang memedulikan pada kalian (maksudnya istri-istri Nabi) sesudahku kecuali orang yang sabar.’ Semoga Allah memberikan minuman kepada Ibn Auf dari minuman surga.”

Diceritakan bahwa setelah memberikan seluruh hartanya kepada kaum Quraisy sebagai syarat hijrah, Allah membukakan pintu rezeki seluas-luasnya kepada Abdurrahman ibn Auf. Bahkan dikisahkan bahwa ketika mengangkat batu, ia sering menemukan emas di bawahnya dan ia langsung menyedekahkannya tanpa takut jatuh miskin, sesuai dengan firman Allah Swt.: “Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menanbahkan untuk kalian, dan jika kalian kufur, sesungguhnya siksa-Ku teramat pedih.” Bukti sikap syukur yang paling jelas dan paling besar adalah menginfakkan harta di jalan Allah. Yakinlah, Allah pasti akan memberi ganti berlipat-lipat lebih banyak dari harta yang disedekahkan.

Semakin lama, kekayaan Abdurrahman ibn Auf semakin berlimpah hingga ia dikenal sebagai saudagar yang kaya raya. Kekayaan mengalir seakan tiada henti sehingga membuatnya khawatir. Diriwayatkan bahwa ia berkata kepada ibunya, Ummu Salamah “Duhai Ibu, aku sangat takut harta yang berlimpah ini akan menghancurkanku.”

Ibunya menjawab, “Anakku, infakkanlah!”

Abdurrahman pernah membagikan hartanya kepada kaum muslim berupa 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, dan 3.000 ekor kambing yang digembalakan di kawasan Baqi. la punya empat orang istri yang, masing-masing diberi delapan puluh ribu dirham agar mau diceraikan dengan cara shuluh. la menceraikan mereka karena khawarir mereka akan mengusik kebaikannya. Al-Zuhri berkata menuturkan bahwa Abdurrahman pernah menyuriih pembantunya agar memberikan santunan kepada para ahli Badar yang masih hidup sebanyak 400 dinar per orang. Jumlah mereka saat itu tak kurang dari serarus orang, dan mereka semua mendapatkannya. Hanya beberapa sahabat yang bisa menandingi kedermawanannya, di antaranya Utsman ibn Affan. la juga pernah menyumbangkan seribu ekor kuda untuk berjihad di jalan Allah.

Ketika Abdurrahman wafat, Ali ibn Abu Thalib berkata, “Pergilah, wahai putra Auf! telah kau menemukan pintunya (surga) dan kau telah lebih dahulu merasakan keelokannya.” Abdurrahman ibn Auf wafat di Madinah pada 31 Hijrah. Semoga Allah merahmatinya.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: