Bagaimana Kamu Melihat Itulah Imanmu

Bagaimana Kamu Melihat Itulah Imanmu
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Terjadi peperangan, satu kelompok dikepung oleh koalisi internasional. Kelompok kecil ini dikepung gak bisa kemana2. Situasi sulit, semua pekerja dirumahkan, ekonomi tak berjalan, logistik kurang, aktivitas luar rumah seperti sekolah dan berkumpul di luar tidak diperkenankan karena taruhannya nyawa. Tidak ada bantuan pangan dari pemerintah dan lembaga kemanusiaan. Ngarep bantuan dari orang kaya percuma karena semua terdampak perang. Benar2 lockdown total. Kondisi ini berlangsung kurang dari sebulan. Jika kita berada pada situasi apa yang bakal diucapkan ?
Mengeluh, menggerutu, atau minim curhat adalah hal wajar. Tapi tahukah kalian jika hal itu menimpa para sahabat ra, apa yang mereka ucapkan :
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. (Al Ahzab : 22)
Bukan keluhan atau elegi yang keluar dari mulut mereka justru keyakinan akan janji Allah. Mereka melihat kemenangan didalam kepungan musuh. Mereka melihat kemudahan didalam kesulitan. Mereka melihat bahwa roda jika sudah dibawah berarti akan ke atas. Dan benar saja pasca perang Ahzab kaum muslimin memerangi bani Quraizhah, suku terakhir dari bangsa Yahudi yang ada di Madinah sebulan lamanya.
Dulu kaum muslimin dikepung, kini mereka yang mengepung Bani Quraizhah. Dulu saat dikepung pasukan Ahzab kaum muslimin susah makan, kini dalam rentang waktu 2 bulan kaum muslimin sudah berlimpahan harta ghanimah. Dan sejak perang Ahzab, semua peperangan yang dilakukan kaum muslimin adalah bentuk ofensif, menyerang bukan diserang. Keadaan sudah berbalik. Semua itu diawali oleh keyakinan.
Terjadi wabah, satu wilayah dikepung musuh yang tak kasatmata. Masyarakat dilockdown gak boleh kemana2. Situasi sulit, roda ekonomi mandeg, jutaan pekerja di-PHK. Aktivitas luar rumah dibatasi. Bantuan pemerintah atau lembaga kemanusiaan tidak bisa menutupi kebutuhan perut. Minta bantuan dari negara lain percuma coz mereka juga terdampak. Mirisnya tak ada satupun ilmuwan yang bisa memperkirakan kapan wabah ini berakhir.
Yang punya tabungan ratusan juta bakal habis dikonsumsi ditengah situasi tak jelas ini. Yang tak punya tabungan sudah mengkonsumsi dirinya sendiri, tubuhnya membakar lemak menjadi energi. Ditengah situasi sulit ini bagaimana orang melihatnya ?
Ada yang berpandangan penuhi dulu kebutuhan sendiri jika ada kelebihan bolehlah berbagi, ini pandangan orang awam.
Ada yang berpandangan sisihkan sebagian rezeki untuk orang lain sedang sisanya untuk diri sendiri, jika kurang maka bertawakkallah kepada Allah. Ini pandangan orang beriman.
Orang beriman melihat bukan pada realita yang sedang terjadi tapi bagaimana janji Allah atas hal tersebut. Jika uang habis, harta tergadai demi bertahan hidup tapi disatu sisi Allah anjurkan dengan sangat untuk bersedekah dengan janji harta yang disedekahkan dikembangkan maka orang beriman akan meyakini janji tersebut.
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
QS. Al Baqarah : 261
Jika realitanya penghidupan sempit, pekerjaan hilang, perusahaan2 pada tutup, aktivitas terbatas maka yang diliat oleh orang beriman adalah janji Allah menanggung rizki seluruh mahluknya yang melata di muka bumi.
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
QS.Hud : 6
Semakin tinggi iman seseorang maka semakin yakin dia dengan janji Allah. Dan orang yang yakin dengan janji Allah akan tersenyum disaat kelaparan atau disaat dapur tidak bisa ngebul atau disaat ATM berkali2 minta maaf karena saldo tak mencukupi.
Nabi Ayyub kena penyakit kronis, bertahun2 gak sembuh. Penyakit ini kalo menimpa manusia sekarang dimana dokter uda angkat tangan dan beragam pengobatan alternatif tak membuahkan hasil, orang akan bilang tinggal nunggu matinya. Tapi bukan realita sakit ini yang diliat oleh nabi Ayyub. Beliau melihat Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.
أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ
“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (Al Anbiya : 83)
Bulan lalu ada 2 orang ikhwan nawarin kurma, saya beli di keduanya walau stok kurma untuk takjil masih ada. Bukan untuk dimakan tapi untuk diberikan ke orang lain. Saya harus bantu mereka yang jualan disamping bersedekah kurma. Sebelumnya ada sodara jauh datang minta bantuan kena musibah nabrak orang hingga mati. Didompet ada uang 200 ribu dan 4 ribu. Saya ambil 2 lembar Soekarno berikan ke dia. Esok paginya transfer sejumlah uang ke rekeningnya buat tambahan. Prinsip saya Allah yang menggerakkan hati orang yang jualan untuk nawarin dagangan ke saya dan Dia pula yang menggerakkan hati orang yang butuh bantuan untuk datang ke saya.
Alhamdulillah tabungan saya abis… tak tersisa sedikitpun sejak bulan April. Itu mesin ATM sampe spechless ama kartu saya. Lalu apa yang saya liat ?
“Ya Allah tabunganku sudah habis, wa anta Ghaniyyun Hamiid, Ya Allah tabunganku habis dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Kaya dan Maha Terpuji”
Ini doa yang saya baca berulang2 di malam hari meniru doanya nabi Ayyub. Dan kini walau di dompet hanya ada beberapa lembar tapi saya merasa kaya. Bisa makan tanpa membuka dompet dan bisa memberi tanpa keluarkan uang.
Kenapa saya gabungkan asma Ghaniy dengan Hamiid, karena Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah yang Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha terpuji. [Fâthir/35:15]
Allah Maha Kaya sehingga Dia memenuhi permintaan hamba2Nya tanpa berkurang sedikitpun perbendaharaanNya . Namun Allah Maha Terpuji ketika Dia menahan pemberian untuk hambaNya. Jadi ketika kondisi kita tidak berubah padahal telah meminta kepadaNya dengan penuh pengharapan, hal ini bukan karena Dia kikir seperti ungkapan orang2 Yahudi. Tapi karena Dia terpuji dalam perbuatanNya. Ditahan karena ada kebaikan yang hanya Dia ketahui.
So… kondisi saat ini sulit, mungkin ada diantara kalian yang di-PHK atau dirumahkan tanpa jelas kapan kerjanya. Kemudian ada kegiatan santunan yatim dan dhuafa, lalu bagaimana kalian melihatnya ? begitulah imanmu.
Recent Comments