9 Tips Rahasia Pembuka Pintu Rezeki Dari Langit

9 Tips Rahasia Pembuka Pintu Rezeki Dari Langit
Ilustrasi foto: ngaji.id
Bagikan

9 Tips Rahasia Pembuka Pintu Rezeki Dari Langit

Oleh: Muhyidin, SKM

Setiap manusia pasti menginginkan rezeki. Dalam setiap doa kita senantiasa berdoa agar dimudahkan rezekinya baik bagi sendiri, keluarga maupun orang lain. Manusia hanya bisa berdoa dan berusaha. Hakikatnya Allah lah yang memberikan rezeki. Karena Allah memiliki sifat Ar Razzaq (Sang Pemberi Rezeki). Jangan meminta rezeki kepada selain Allah. Misalnya meminta berkah kepada kuburan orang sholeh atau meminta kepada jin/dukun. Hal itu merupakan perbuatan syirik dan dosa besar. Mintalah rezeki hanya kepada Allah dan berusahalah menggapainya dengan jalan yang halal.

Secara umum, rezeki terbagi 2 yaitu rezeki zhahir dan rezeki batin. Rezeki zhahir seperti harta, makanan, hujan, barang-barang kebutuhan hidup dan banyak lainnya. Sedangkan rezeki batin berupa sesuatu yang melekat di hati dan jiwa. Contoh rezeki batin seperti ketenangan hati, memiliki anak yang shaleh dan shalehah, istri/suami yang baik dan sebagainya. 

Berikut ini tips rahasia pembuka pintu rezeki:

1. Taubat dan Perbanyak Istigfar

Setiap manusia pasti punya rezekinya masing-masing. Allah telah menetapkan rezeki tersebut sebelum manusia diciptakan. Dosa itu seperti perisai. Perisai inilah yang menghalangi seseorang dari datangnya rezeki.

Setiap orang pasti punya dosa. Hanya Rasulullah saja yang ma’shum (terpelihara dari dosa karena dijaga Allah SWT). Sebagai manusia biasa, kita tempatnya salah dan dosa. Maka dari itu perbanyak taubat dan istigfat. Jangan ulangi perbuatan maksiat yang pernah kita lakukan. Sebesar dosa apapun, selama tidak melakukan kesyirikan, niscaya Allah akan mengampuni. Asalkan taubat dengan sungguh-sungguh dan tidak mengulanginya kembali.

Ketika kita melakukan dosa karena kekhilafan, bacalah istigfar. Bahkan Rasullah senantiasa membaca istigfar minimal 70x sehari. Arti maghfirah (ampunan) adalah bersihnya jiwa dari segala dosa. Sedangkan taubat adalah memperoleh hasil yang diinginkan setelah melalui proses istighfar. Meski pengertiannya terpisah, namun keduanya memiliki kaitan yang sama (Madarij As-Salikin 1/307-309).

“Maka aku katakan kepada mereka ‘mohon ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

2. Meningkatkan Iman dan Takwa Kepada Allah SWT

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…” (QS. At‐Thalaaq: 2-3)

Selama kita beriman dan bertakwa kepada Allah, selama itu pula Allah akan menjamin rezeki kita. Seorang muslim hendaknya tidak perlu khawatir terhadap rezekinya. Kalau kita bertakwa, Allah akan memberikan jalan keluar dari masalah rumit yang kita hadapi.

Pernahkan kita memperhatikan ada orang yang menurut kita miskin, tetapi Allah cukupkan rezekinya. Dari segi penghasilan mungkin di bawah rata-rata. Tetapi orang tersebut senantiasa bertakwa kepada Allah hingga semua urusannya dimudahkan. Kalau kita banyak masalah dan rezekinya sulit, solusinya mudah. Tingkatlah iman dan takwa kita niscaya rezeki yang tidak disangka-sangka akan datang.

Kisah Imam Malik dan Imam Syafi’i

Ada cerita menarik antara imam Malik (wafat 179 H) dan muridnya yakni Imam Syafi’I (wafat 204 H). Imam Malik berpendapat bahwa rezeki itu datang tanpa sebab. Cukup tawakkal dengan benar, niscaya Allah akan memberikan rezeki. Sementara Imam Syaffi punya pendapat lain. Beliau berpandangan bahwa untuk mendapatkan rezeki perlu kerja keras dan tidak datang sendiri. Karena berbeda pendapat, Imam Syafi’i ingin membuktikan bahwa pendapatnya itu benar.

Lalu Imam Syafi’I pergi keluar, melihat orang-orang sedang panen anggur. Ia pun membantu mereka. Setelah selesai, beliau diberikan imbalan berupa beberapa ikat anggur. Imam Syafi’I sangat senang. Lalu beliau pergi menemui gurunya yaitu Imam Malik untuk membuktikan pendapatnya.

Disodorkan anggur tersebut kepada Imam Malik, lalu berkata “seandainya saya tidak keluar rumah dan membantu memanen, tentu buah anggur ini tidak sampai ke saya”

Mendengar hal tersebut, Imam Malik berkata sambil mencicipi buah anggur tadi “Hari ini aku memang tidak keluar rumah, hanya mengajar. Tiba-tiba engkau membawakan anggur ini untukku. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa sebab? Cukup dengan tawakal, lalu Allah memberikan rezekiku”

Imam Syafi’I kemudian tertawa mendengarnya. Guru dan murid tertawa bersama karena dua pendapat yang beda tapi sama-sama benar.

3. Senantiasa Bersyukur

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS.Ibrahim: 7)

Syukur adalah tampaknya pengaruh nikmat Allah dalam lisan seseorang berupa pujian dan pengakuan, dalam hati berupa kesaksian dan rasa cinta, dan dalam anggota tubuh berupa ketundukan dan ketaatan. Landasan syukur ada lima macam:

1. Tunduknya orang yang mendapat nikmat kepada pemberi nikmat.

2. Timbulnya rasa cinta.

3. Mengakui segala kenikmatan yang diberikan oleh‐Nya.

4. Memuji kepada yang memberi karunia atas nikmat yang telah diberikan kepadanya.

5. Tidak mempergunakan nikmat untuk hal‐hal yang tidak baik. (Madarij As-Salikin 2/254)

Betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Nikmat bisa melihat indahnya alam. Nikmat bisa menikmati lezatnya makanan dan lain sebagainya. Mulai bangun tidur, beraktifitas, hingga tidur kembali banyak sekali nikmat yang Allah berikan.

Coba bayangkan, seandainya kita tidak bisa bernafas selama 1 menit saja, niscaya kita akan menderita. Terkadang kita sibuk dengan nikmat yang tidak kita punya. Padahal nikmat yang ada pada kita sangat banyak. Bisa jadi orang lain tidak memiliki nikmat yang kita miliki. Karena itu, teruslah bersyukur setiap saat baik dengan lisan maupun perbuatan. Dengan lisan yaitu membaca hamdalah. Dengan perbuatan yaitu menggunakan rezeki yang kita miliki untuk beribadah kepada Allah SWT.

4. Perbanyak Infak dan Sedekah

Imam An‐Nawawi mengungkapkan, “Infak yang terpuji adalah infak untuk jalan kebaikan, ketaatan, keluarga atau tamu.”  Sementara Al‐Qurthubi menambahkan, “Berinfak mencakup hal‐hal yang wajib dan sunnah.”

Allah Swt berfirman,

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Sabaa’ [34]: 39)

Seorang muslim yang berinfak di jalan Allah, maka Dia akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Segala apa yang ada di genggaman manusia akan rusak dan hilang. Sementara ganti yang telah disiapkan Allah, tidak akan rusak atau musnah. Kemudian dia menegaskan dengan firman‐Nya.

Kebaikan Pemberi rezeki yang dimaksud dalam ayat di atas terdapat pada empat hal:

1. Allah tidak akan menundanya dari waktu yang dibutuhkan.

2. Allah tidak mengurangi dari batas yang dibutuhkan.

3. Allah tidak perhitungan.

4. Allah tidak merasa berat untuk memberi pahala.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah Saw bersabda,

“Allah berfirman, ‘Berinfaklah kamu, niscaya Aku akan berinfak kepadamu.’” (Ibnu Katsir 1/278)

“Berikanlah, dan jangan kamu tahan! Bila kamu tahan, Allah juga akan menahan (rezekimu).” (Al Qurthubi 3/329)

Rasulullah Saw bersabda,

“Bersedekahlah, dan jangan kamu tahan, (kalau itu kamu lakukan) Allah akan menahan karuniaNya padamu.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi.)

Sebagaimana juga bunyi hadis yang diriwayatkan dari Asma’, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Berinfaklah dan jangan menghitung-hitung infakmu. Jika itu kamu lakukan, Allah juga akan menghitung-hitung pemberianNya untukmu. Dan, janganlah kamu menahan pemberianmu, jika itu kamu lakukan, Allah juga akan menahan pemberianNya untukmu.”( HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

Hadits dari Abu Hurairah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah Saw bersabda,

“Ada seorang laki-laki termenung di tanah lapang. tiba-tiba dia mendengar suara dari arah awan, ‘Siramlah lahan si fulan,’. Maka awan itu bergerak ke arah lahan tersebut. Lalu terjadilah hujan deras sampai-sampai saluran air yang ada di lahan tersebut penuh dengan air. Laki-laki tadi penasaran, lalu mendatangi lahan itu. Dia melihat seorang laki-laki berdiri di tengah lahan sedang mengatur aliran air dengan cangkulnya. Laki-laki yang pertama menyapa, ‘Wahai hamba Allah, siapakah namamu?’

Laki-laki pemilik lahan itu menjawab, ‘Namaku Fulan.’ Nama yang sama yang disebutkan oleh suara dari awan. Pemilik lahan balas bertanya, ‘Wahai tuan, mengapa Anda menanyakan namaku?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Aku tadi mendengar suara berasal dari awan yang menyebabkan turunnya hujan ini mengatakan begini, ‘Siramlah lahan si Fulan’ sesuai dengan namamu. Sebetulnya apa yang Anda perbuat, hingga Anda mendapat kemuliaan ini?’ Lalu dijawab oleh pemilik lahan, ‘Jika itu yang Anda dengar, sebenarnya begini. Setiap kali lahan ini panen, maka aku akan menyedekahkan sepertiganya. Sepertiga yang lain untuk makan aku dan keluargaku. Sedang sepertiganya lagi aku gunakan untuk menanam kembali lahan ini.’”

Dalam riwayat yang lain, “Sepertiganya aku berikan untuk orang-orang miskin, para peminta-minta, serta ibnu sabil. (HR. Muslim.)

5. Berbakti Kepada Orang Tua

Diriwayatkan dari Anas r.a, Rasulullah Saw bersabda,

“Barang siapa yang ingin umurnya dipanjangkan, dan rezekinya ditambah, hendaknya berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung tali silaturrahim.”

Bersyukurlah apabila kita masih mempunyai orang tua. Itu artinya kita masih diberikan kesempatan untuk berbakti sebagai salah satu ladang pahala amal kita.

Orang tua senantiasa mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dalam setiap kesempatan mereka berdoa untuk kebaikan putra-putrinya. Doa orang tua sangat mustajab. Bahkan Ridha Allah tergantung ridhanya orang tua dan murkanya Allah tergantung murkanya orang tua.

Apalagi doa seorang ibu. Itu lebih mustajab lagi doanya. Jangan sakiti mereka jika kita ingin bahagia di dunia dan di akhirat. Bahagiakan mereka. Cintailah orang tua kita dengan sepenuh hati. Niscaya rezeki akan mengalir dengan mudah.

6. Menjalin Silaturahim

”Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya ia bersilaturrahmi.” (HR. Bukhari)

Orang yang rajin silaturahim, hubungan sesama manusia akan terjalin baik. Sehingga orang tersebut akan dicintai dan disenangi orang lain. Misalkan anda berobat ke dokter spesialis. Ternyata dokter tersebut sering anda kunjungi. Bisa jadi, anda akan digratiskan biaya konsultasi dokternya karena anda kenal baik dengannya.

Dalam hubungan bisnis pun seperti itu. Terkadang perusahaan mengalokasikan dana khusus untuk engagement atau forum pertemuan dengan warga atau tokoh. Intinya untuk menjaga silaturahim dan memudahkan dalam bisnis sehingga usahanya tetap lancar.

Penelitian membuktikan bahwa orang yang sering silaturahim dengan keluarga dan kerabat dapat memperpanjang umur. Kebalikannya, orang yang tertutup  (eksklusif) memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan orang yang rajin silaturahim.

7. Melaksanakan Haji dan Umrah

Dari Ibnu Abbas r.a, Nabi Muhammad Saw bersabda,

“Sambunglah antara haji dan umrah, karena keduanya dapat menghapus kemiskinan dan dosa-dosa, sebagaimana alat kikir yang menghilangkan karat pada besi.” (HR. An‐Nasai dalam Shahih al Jami 2900)

Dari Ibnu Mas’ud, Nabi Muhammad Saw bersabda,

“Sambunglah antara haji dan umrah, karena keduanya dapat menghapus kemiskinan dan dosa-dosa, sebagaimana api menghilangkan kotoran besi, emas atau perak. Dan balasan haji mabrur adalah surga.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan An‐Nasa’i dalam al Jami 2901)

Dari Umar bin Khaththab r.a, bahwa Rasulullah Saw bersabda,

“Sambunglah haji dan umrah, karena menyambung antara keduanya menyebabkan kemiskinan hilang dan dosa-dosa terhapus, sebagaimana api menghilangkan karat pada besi.” (Shahih Ibnu Majah 2334)

Kalimat, “Menghapus kemiskinan,” menurut Mubarakfuri berarti menghilangkannya. Kemiskinan yangdimaksud di sini ada dua macam. Pertama, kemiskinan yang tampak. Hilangnya dengan mendapatkan harta. Kedua, kemiskinan yang tidak tampak. Hilangnya dengan mendapatkan kekayaan hati.” (Tuhfat alAhwadzi 3/470)

8. Perbanyak Do’a

Sebagai manusia, kita hendaknya tidak hanya fokus pada ikhtiar saja dalam mencari rezeki. Sempurnakan ikhtiar kita dengan do’a yang tulus memohon dilancarkan rezeki dari Allah SWT. Doa itu senjatanya orang beriman. Jika kita merasa buntu dalam mencari rezeki, berdo’alah kepada Allah. Niscaya Allah akan kabulkan do’a tersebut.

Berdo’alah dengan memperhatikan adab, syarat dan waktu-waktu terbaik dalam berdoa. Ketika dalam perjalanan kerja, perbanyak do’a. Setelah shalat wajib, rutinkan berdo’a. Mintalah kepada Allah apa yang kita inginkan untuk kebaikan di dunia dan akhirat.

Contoh do’a yang diajarkan Rasulullah yaitu:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a wa rizqon thoyyibaa wa ‘amalan mutaqobbalaan

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima” (HR.Ahmad)

9. Berjihad di Jalan Allah

Dari Ibnu Umar, bahwasanya Nabi Muhammad Saw bersabda,

“Aku diutus menjelang kiamat dengan pedang sampai Allah Swt sajalah yang disembah, tidak ada sekutu bagiNya, Dia menjadikan rezekiku di bawah bayangan tombakku dan menjadikan kehinaan dan kenistaan bagi orang yang menyalahi perintahku. Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka dia menjadi bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Ya’la dalam Musnadnya, dan Thabrani dalam Shahih alJami 2831)

Salah seorang sahabat meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda,

“Ada seorang wanita – yang tinggal di Madinah – bergabung dalam pasukan kaum muslimin. Ia meninggalkan dua belas kambing betina dan alat untuk memintal benang. Rasulullah Saw mengatakan bahwa wanita itu kehilangan seekor kambing dan alat pemintalnya. Perempuan itu berkata, ‘Tuhan! Engkau telah menjamin bagi siapa saja yang pergi berjuang di jalanMu bahwa Engkau akan menjaganya. Kini aku kehilangan seekor kambing dan alat pemintalku. Aku mohon kepadaMu, kembalikanlah kambing dan alat pemintalku.’ Kemudian Rasulullah menceritakan tentang kesungguhan perempuan tersebut dalam memohon kepada Allah. Rasulullah bersabda, ‘Keesokan harinya perempuan tersebut mendapatkan kambing dan alat pemintalnya yang serupa. Jika kamu mau silakan tanyakan padanya.’” (HR. Ahmad dalam As Silsilah ash Shahihah 2935)

Perhatikanlah akibat ketamakan terhadap kedudukan, pangkat dan harta yang melalaikan kewajiban jihad! Perhatikanlah akibat seseorang yang meninggalkan jihad, sehingga Andalus hilang dari tangan kaum muslimin? Bagaimana ia hidup dengan kehinaan dan kemiskinan setelah itu?

Kisah Berakhirnya Kerajaan Granada

Dia adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Nashar, atau disebut juga dengan Muhammad kesebelas, salah satu raja terakhir kerajaan Granada. Abu Abdullah telah meninggalkan jihad dan menyerahkan kerajaannya kepada dua raja Katholik, hanya karena mendapat jaminan bahwa dia dan anak cucunya bisa berkuasa di daerah Kurbuchah, Dilayah, Marsyanah, Bluudz, Luther, Sbleisy, Agerger, Arjeih, dan Andros. Dia memimpin atas nama Raja Fernando dan Isabela. Di sana ia dikenai pajak yang tinggi dan juga upeti. Abu Abdillah, si raja kecil yang tergiur dunia itu menangis sedih di depan istana merahnya. Maka ibunya berkata, “Untuk apa kamu menangis seperti wanita, padahal kamu tidak pernah menjaga kerajaanmu sebagaimana layaknya seorang raja.”

Dia tidak meninggalkan apapun bagi anak cucunya kecuali kelaparan, hidup terusir dan kekurangan. Bahkan Al‐Muqri telah menyaksikan keturunan raja tersebut di Fez, mereka hidup dari sedekah dan meminta‐minta. Al‐Muqri pernah singgah di Fez pada awal abad ke‐17 M. bertepatan dengan tahun 1027 H. Dia mencari jejak sejarah kerajaan Raja Abu Abdillah, maka ia berkunjung ke Istana tapi tenyata istana tersebut telah dijual oleh kedua putra raja sejak puluhan tahun yang lalu, kemudian dia mengetahui bahwa keturunan Raja Abu Abdillah hidup terlunta‐lunta dan hidup dari sedekah manusia. Semua itu menjadi pelajaran berharga bagi generasi yang akan datang. (Al Ibadah karangan Ahmad Raif h. 304‐305, yang disadur dari kitab Jaza’ min Jinsi al‘ Amal)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: