Tafsir Surat Al Balad Ayat 1-7

Surat-al-Balad
Ilustrasi foto: bincangsyariah.com
Bagikan

Tafsir Surat Al Balad Ayat 1-7

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Tafsir Ayat Ke-1

لَا أُقْسِمُ بِهَٰذَا الْبَلَدِ

 “Aku benar-benar bersumpah dengan kota Ini (Mekah)” (QS. 90: 1)

Hampir semua ulama sepakat bahwa yang dimaksud negeri yang digunakan sumpah dalam ayat di atas adalah negeri kelahiran Nabi Muhammad saw, yaitu kota Makkah.

Kata laa (ﻵ) digunakan untuk menguatkan kandungan pembicaraan sesudahnya, bukan untuk menafikan pembicaraan sebelumnya. Itu sebabnya diterjemahkan dengan kata “benar-benar”.

Kata uqsimu (ﺍﻗﺴﻢ) diartikan “Aku bersumpah” terulang sebanyak 8 kali dalam Al Quran. Kata uqsimu dan bentuk2 lainnya seperti aqsamu atau aqsantum tidak digunakan Al Quran kecuali untuk sumpah yang oleh pengucapnya diyakini kebenarannya. Berbeda dengan sumpah palsu atau sumpah yang bisa dibatalkan oleh pengucapnya, Al Quran menggunakan kata halafa-yahlifu (ﺣﻠﻒ—ﻳﺤﻠﻒ). Perhatikan sumpahnya orang-orang munafik :

سَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ إِذَا انْقَلَبْتُمْ إِلَيْهِمْ لِتُعْرِضُوا عَنْهُمْ ۖ فَأَعْرِضُوا عَنْهُمْ ۖ إِنَّهُمْ رِجْسٌ ۖ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Kelak mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka; karena sesungguhnya mereka itu adalah najis dan tempat mereka jahannam; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (At Taubah : 95)

Perhatikan pula ayat tentang tebusan sumpah yang dibatalkan

ذَٰلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ

Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). (Al Maidah : 89).

Saya ingatkan kembali tentang keindahan diksi Al Quran. Kita baca terjemahannya sama-sama “sumpah” tapi Al Quran membedakan penggunaan katanya. Jadi kalo Ngabalin bersumpah dan HRS bersumpah berbeda kualitasnya. Karena yang satu pake halafa dan satunya lagi pake uqsimu. Dari sini kita bedakan sikap terhadap mereka. Itu tanda orang beriman, membedakan apa yang Allah bedakan.

Sumpah dalam Firman Allah

Allah berfirman aja kita percaya apalagi pake sumpah, tambah lagi pake penguat. Tidak setiap makhluk digunakan oleh Allah sebagai media sumpah. Hanya makhluk-makhluk tertentu saja yang mempunyai keistimewaan yang Allah jadikan sebagai media sumpah. Jadi ini mahluk VVIM (very very important mahluk) bukan yang asal njeplak bukan pula mahluk ber-IQ 200 sekolam. Atas apa Allah bersumpah pake penguat ?

 Al Balad (ﺍﻟﺒﻠﺪ) disepakati ulama adalah kota Mekkah. Kata ini terulang sebanyak 8 kali, 4 kali menggunakan kata tunjuk hadza (ini).

 Hadza (ini) adalah kata tunjuk dekat. Kota Mekkah itu dekat, dekat dihati kaum muslimin. Berkali-kali berkunjung tetap rindu, bersusah-susah menuju kesana tak membuat jera, berapapun besarnya biaya tak membuat kapok. Itulah Mekkah, kota istimewa yang :

1.           Didoakan oleh Nabi Ibrahim as bapaknya para nabi, agar hati manusia condong kepadanya.

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim : 37)

2.           Paling dicintai Allah dari sekian banyak kota di dunia.

3.           Tidak bisa dimasuki dajjal.

Dari Anas r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada suatu negeri pun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorong pun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turun lah di suatu tanah yang berpasir ( di luar Madinah ) lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan setiap orang kafir dan munafik (dari Makkah – Madinah) .” (Riwayat Muslim)

Bersumpah Atas Kota Mekkah

Allah bersumpah atas kota Mekkah plus pake penguat, ini ayat gak main-main. Itu sebabnya mencintai Mekkah termasuk dalam keimanan. Itupun sebabnya silih berganti pemimpin Arab Saudi membawa berbagai paham diluar Islam, Mekkah tetap terjaga. Seperti saat ini, putra mahkota KSA Mohamad bin Salman membawa budaya westernisasi dengan membuka bioskop dan hiburan malam. Namun perubahan itu tak menyentuh Mekkah. Dan uniknya sebejat-bejatnya pemimpin Arab, mereka akan melindungi kota Mekkah dari serangan luar. Itu karena mereka tau kedudukan kota Mekkah dihadapan Allah.

Orang beriman pulang haji/umroh dari Mekkah yang diingat adalah suasana syahdu beribadah. Orang fasik yang diingat kekurangan pelayanan, makanannya, penipunya dsb. Itu krn beda iman.

 Istimewanya Mekkah itu jangankan manusia, hewan yang ada disana pun dijaga. Syaikh Utsaimin pernah ditanya bagaimana hukumnya membunuh serangga saat haji di Mekkah.

Syaikh balik tanya serangga apa yang ada di Mekkah.

Yang nanya gelagapan jawabnya

Saya 7 tahun tinggal di Mekkah gak pernah liat ada serangga, kata syaikh.

Coba yang pernah ke Mekkah, ingat-ingat apakah pernah melihat semut disana ? Jangankan serangga, kecebong aja gak ada. Jangan bilang di Mekkah begini begitu yang mengindikasikan kekurangan. Negeri ini adalah negeri yang diberkahi.

Mekkah yang Diberkahi

Bakkah (Mekah) yang diberkahi (2 : 96)

Di dunia ini ada hal-hal yang Allah muliakan sebagai ujian bagi manusia. Baitullah dan kota Mekkah dimuliakan. Al Quran diagungkan, wali Allah diangkat derajatnya, syariat Allah diagungkan. Semua ini adalah ujian bagi kita. Bagaimana sikap kita terhadapnya menentukan keimanan.

Bumi ini luas dapat dijadikan tempat sholat. Nilai ibadah tatkala kita sholat di atasnya adalah satu. Tapi ada yang bernilai 27 yakni di masjid. Dan ada pula yang bernilai 1000 bahkan 100.000 yakni di masjid Nabawi dan masjidil haram, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173.)

Dari 12 bulan ada 1 bulan yang Allah muliakan yakni Ramadhan. Penentuan kemuliaan ini mutlak hak Allah. Kita tak bisa protes atau merubahnya. Tugas kita hanyalah menerimanya dengan pasrah. Dan pada saat itulah kita telah disebut aslama (pasrah, menyerahkan diri). Itulah makna Islam yang sesungguhnya, tunduk dan patuh kepada ketentuan Allah.

Murka Allah Karena Maraknya Maksiat

Ada negeri yang Allah muliakan dan ada pula negeri yang dimurkai. Hal ini bukan karena keberadaan negeri tersebut, tetapi karena perilaku penduduknya. Negeri Sodom adalah contoh di masa Nabi Luth kemudian ada negeri Pompeii di wilayah Roma Itali. Keduanya tenggelam akibat perilaku LGBT. Belakangan ada wilayah Lombok, yang diguncang gempa ratusan kali. Belum pernah ada gempa bertubi2 menghantam satu wilayah seperti di Lombok hingga sekarang masih terjadi.

Kita sedih mendengarnya tapi kita hanya istighfar melihat apa yang terjadi disana. Dulu jaman saya SMP tahun 80-an sudah mendengar bule berjemur telanjang di Gili Trawangan. Dan sampai sekarang masih terjadi. Ada masjid besar di sana, pintu masuknya berhadapan dengan penjual bir. Bule2 kalo ganti celana enak aja disamping masjid. Talbisul haq bil bathil terjadi disana. Wajah para musholli tidak berubah merah melihat minuman keras dijual bebas, tidak marah melihat orang2 telanjang bebas berkeliaran. Entah apakah zina menjamur disana. Biasanya jika miras dan telanjang ada maka pintu zina pun terbuka lebar.

Dan begitulah… akibat ulah sebagian orang maka azab dirasakan oleh seluruh wilayah. Kita mencintai apa yang Allah muliakan dan kita membelanya jika ada yang menistakan. Kita pun mendoakan jika ada yang terkena azab seraya mengingatkan untuk tobat. Ini tandanya iman kepada Allah.

Tafsir Ayat Ke-2

وَأَنْتَ حِلٌّ بِهَٰذَا الْبَلَدِ

“Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini”. (QS. 90: 2)

Disepakati ulama tafsir bahwa kata anta (ﺍﻧﺖ) ditujukan kepada Rasulullah ﷺ. Ini mengisyaratkan kemuliaan bagi Nabi Muhammad ﷺ karena dirinya disebut oleh Allah dalam bentuk kata ganti orang kedua. Penyebutan ini menunjukkan kedekatan hubungan antara Nabi dengan Allah swt.

Sehebat2nya Abubakar ash shiddiq disebut dengan “orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan”. Sakrab2nya manusia dipanggil dengan “hambaKu yang melampaui batas”. Sedekat2nya orang beriman dipanggil dengan “orang yang berselimut”. Tidak ada yang dipanggil dengan kata ganti orang kedua. Dari sini antum paham kedudukan Rasulullah ﷺ disisi Allah swt.

Saat pemilihan menteri kabinet banyak orang yang ingin disebut oleh presiden. Padahal jabatan tersebut hanya 5 tahun, itu juga kalo gak ditangkap KPK. Disebut presiden masih kalah jauh dengan disebut Tuhan, sejauh langit dan bumi. Abubakar pernah diomongin oleh Rasulullah ﷺ bahwa Jibril as titip pesan dari Allah. Abubakar pun menangis ketika tau namanya disebut di langit.

Orang yang berhaji patut gembira tatkala Allah membanggakan mereka dihadapan para malaikat. Orang2 beriman pun gembira dengan keimanannya. Bagaimana tidak ? mereka tidak melihat Allah dan rasulNya tapi mereka beriman. Maka jika ada orang beriman yang berduka, bersedih, atau berkabung itu karena mereka tak merasakan lezatnya iman. Ayat ini memberi kegembiraan kepada Nabi ﷺ.

Penafsiran Kata حِلٌّ

Ada beberapa penafsiran para ulama tentang kata حِلٌّ ini. Pertama mengatakan bahwa makna حِلٌّ adalah bertempat tinggal. Penafsiran yang ke-2 bahwa حِلٌّ artinya adalah halal. Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ  حِلٌّ di kota Mekah.

Dengan penafsiran pertama, Allah ingin menjelaskan keistimewaan kota Mekah. Seperti yang telah dibahas pada kajian tafsir Surat Al-Balad Ayat 1 bahwa Mekah adalah kota yang istimewa. Dan Mekah semakin istimewa karena ditinggali manusia yang paling istimewa di muka bumi, yaitu Nabi Muhammad ﷺ.

Untuk penafsiran kedua, Allah menjelaskan bahwa kota Mekah dihalalkan untuk Nabi Muhammad ﷺ. Mekah adalah tanah haram. Sebagaimana yang disebutkan di dalam surat An-Naml ayat 91:

إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَٰذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Naml[27]: 91)

Kata hill berakar dari makna “melepas ikatan”. Dari sini berkembang makna “bermukim di suatu tempat”, karena dengan bermukim seseorang melepaskan ikatan2 selama perjalanan seperti ikatan barang bawaan. Kata halal juga bermakna melepas ikatan. Istri halal bagi suami, artinya para suami tak perlu minta izin kepada walinya karena ikatan wali sudah terlepas sejak ijab kabul.

Menurut penggunaan bahasa, kata حِلٌّ apabila dirangkaikan dengan suatu tempat maka bermakna “tempat tinggal”. Apabila tidak dirangkaikan bermakna “menghalalkan” atau “terbebaskan dari sesuatu”.

Jadi kalo ada seorang wanita datang ke antm terus bilang “mas halalin aku disini”, jangan keburu ge-er karena dia sedang menunjuk tempat tinggal. Tapi kalo dia bilang “mas beranikah halalin aku ?” maka buru2 deh ngomong ke istri. Itu tandanya laki2 jantan. Jangan kalah sama ayam jago, sehari kawin 5 kali semuanya disaksikan langsung oleh pasangannya. Ini ngaku ikhwan poligami malah diem2.

Janji Allah

Ayat ini turun di masa awal turunnya wahyu dimana keberadaan Nabi ﷺ di Mekkah masih adem ayem, belum ada pengusiran. Namun ayat ini sudah bicara jauh kedepan. Apapun yang dilakukan kaum musyirikin termasuk pengusiran maka tempat tinggal Mekkah sudah ditakdirkan حِلٌّ  bagi Nabi ﷺ. Beliau akan memasuki kota tersebut dalam keadaan halal. Walaupun sekarang mengalami penindasan dan pengusiran seakan2 beliau diharamkan atas Mekkah namun janji Allah pasti.

Nabi ﷺ pun yakin dengan janji ini maka ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah yang dinilai merugikan oleh sebagian sahabat, beliau tetap yakin bahwa kemenangan akan datang. Ini akibat pemahaman kata halal.

Sejak 14 abad lalu Allah memaklumatkan bahwa bumi ini diwarisi untuk hamba2Nya yang shalih, orang2 beriman meyakininya. Itu sebabnya walau kubu Jokowi punya uang banyak, punya hampir semua media, dan punya semua kekuasaan eksekutif, kita tetap yakin bahwa kemenangan milik orang beriman.

Tanda2 itu semakin jelas. Kemenangan itu semakin dekat. Maka bergabunglah untuk meraih kemenangan sesuai janji Allah. Jangan sampai tidak ada andil kita di sana.

(Baca juga: Tafsir Surat Al Balad)

Tafsir Ayat Ke-3

وَوَالِدٍ وَمَا وَلَدَ

“Dan demi bapak dan anaknya”. (QS. 90: 3)

Kata walid وَالِدٍ diterjemahkan bapak atau ayah (kandung). Dalam Al Quran 3 kali kata ini ditemukan dalam bentuk tunggalnya, 2 kali pada surah Luqman ayat 33 dan sekali pada ayat ini. Al Quran lebih banyak menggunakan kata “abi” untuk menunjuk arti bapak karena maknanya lebih halus. Dalam surah Luqman kata walid digunakan untuk hubungan kedekatan di hari pembalasan, hari yang mencekam. Ternyata kedekatan tersebut tidak bermanfaat di hari kiamat.

Kata وَالِدٍ وَمَا ada yang mengartikan kata ‘maa’ dengan penafian sehingga artinya “Demi ayah (yang memiliki anak kandung) dan ayah yang tidak memiliki anak kandung”. Namun mayoritas ulama memahami kata ‘maa’ dalam arti ‘apa’ dan mempersempit dengan arti ‘siapa’. Sehingga ayatnya diterjemahkan “Demi ayah dan siapa yang diperanakkan (anak kandung)”.

Pada ayat ini Allah bersumpah atas kedekatan ayah dan anak. Kenapa ayah yang ditonjolkan dalam kaitan dengan anak, bukan ibu ? Anak dinisbatkan kepada ayah sehingga namanya digabungkan dengan nama ayahnya. Kromosom bapak XY beda dengan ibu XX, jadi penentu jenis kelamin adalah bapak.

Jadi kalo anak gak punya adab antm uda tau siapa yang harus disalahkan khan ? Kalian ayah jangan beralasan sibuk kerja nyari rizki sehingga tidak sempat mendidik anak, padahal rizki sudah ditetapkan.

Para ulama tafsir, menyampaikan beberapa penafsiran yang beragam tentang arti dari “وَالِدٍ وَمَا وَلَدَ “. Beberapa penafsiran yang menonjol yaitu:

1.           Walad  artinya adalah bapak atau orang tua dan مَاوَلَدَ  adalah anak. Ini adalah penafsiran yang diunggulkan oleh Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari. Allah Subhana wa Ta’ala bersumpah dengan bapak dan anak karena adanya proses keturunan adalah salah satu diantara keajaiban dan potret kekuasaan Allah Subhana wa Ta’ala.

2.           Demi Adam dan keturunannya.

3.           Demi Nabi Ibrahim dan putranya.

Ayat ini menujukkan kekuasaan Allah. Bapak hanyalah merupakan salah satu sebab keberadaan anak, hakikatnya yang menjadi penentu dan pencipta hanyalah Allah Yang Maha Kuasa.

Tafsir Ayat Ke=4

Allah bersumpah demi ayah dan anaknya, generasi demi generasi. Allah mengawali dengan dua kali sumpah. Maka dari sini dapat disimpulkan bahwa apa yang disampaikan oleh Allah pada ayat selanjutnya adalah sesuatu yang sangat penting. Adapun isi sumpah tersebut adalah:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”. (QS. 90: 4).

Allah menggunakan kata “الْإِنسَانَ” yang berarti manusia. Bahwa manusia yang dimaksud adalah mencakup semua jenis manusia. Manusia yang baik maupun manusia yang jahat, manusia yang beriman maupun yang tidak beriman, semuanya diciptakan oleh Allah dalam keadaan “كَبَدٍ”.

Kesulitan Hidup Manusia

Kabid dengan kasrah pada huruf ba berarti “hati”. Kabad كَبَدٍ dengan fathah pada huruf ba diartikan penyakit yang melanda hati. Pengertian ini kemudian meluas sehingga kata ini bermakna “segala macam kesulitan yang dihadapi”. Karena setiap kesulitan pasti merisaukan hati. Dalam Al Quran tidak ditemukan kata kabad selain pada ayat ini.

Kabad adalah kesulitan dan kesusahan yang ditemui manusia dalam hidupnya. Baik yang berupa kepayahan fisik yang bisa dirasakan oleh tubuh manusia dan penyakit-penyakit yang dideritanya, ataupun kepayahan psikis yang hanya bisa dirasakan seperti rasa sedih dan takut.

Manusia sejak diciptakan dalam keadaan sulit. Perjuangan sperma menembus sel telur adalah sulit, yang tidak mampu akan terbuang. Perjalanann ‘alaqah (segumpal darah) bergantung pada rahim adalah sulit, yang tidak kuat akan keguguran. Perjuangan tatkala lahir adalah sulit, jika salah penanganan akan celaka. Perjuangan hidup jauh lebih sulit, tidak ada makanan yang bisa dimakan kecuali melalui usaha. Buah2an di pohon harus dipetik, nasi harus dimasak, dst.

Manusia diciptakan dalam keadaan susah sehingga harus berusaha bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian di antara mereka bahkan berlebihan hingga melupakan hak jasadnya untuk beristirahat. Sebagian lagi bahkan melupakan Allah Sang Pencipta.

Disinilah titik krusialnya. Tatkala manusia melupakan Allah demi kerja kerasnya di dunia bahkan sampai mengingkari keberadaanNya. Seakan2 Tuhan tidak ada di dunia kerja, tidak membantu dalam bisnis. Kemudian mereka lebih mempercayai usaha2 dan langkah2 sukses versinya. Tidak ada agama apalagi ibadah didalamnya. Mereka telah berbuat kezhaliman yang besar dengan menyekutukanNya.

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Luqman : 13)

Jangan Lupakan Allah

Padahal dalam setiap kejadian Allah menampilkan pesan keberadaanNya agar manusia tak melupakanNya. Tsunami Aceh meluluhlantakkan bangunan di atas tanah rencong kecuali masjid baiturahman yang berdiri kokoh. Tsunami Palu menghancurkan bangunan di pinggir pantai kecuali masjid terapung yang tetap berdiri. Saya pernah pulang kerja dari Pancoran ke Condet dalam kondisi baut roda belakang motor kendor, hanya butuh 5 putaran lagi maka roda bakal lepas. Hal ini baru saya ketahui belakangan setelah sampai di rumah dengan selamat.

Selalu ada pesan keberadaanNya dalam setiap peristiwa. Orang yang bisa melihat pesan ini adalah ulul albab. Mereka yang tidak melihat pesan atau tidak peduli dengan pesan ini merasa dirinya berkuasa karena tidak melihat ada Allah diatasnya. Mereka akan berlaku semena2 sebagaimana disebut pada ayat selanjutnya :

Tafsir Ayat Ke-5

أَيَحْسَبُ أَنْ لَنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ

“Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya?” (QS. 90: 5)

Kata yahsabu diterjemahkan “menduga” dan yaqulu berarti “dia berkata”, pelakunya adalah al insan (manusia) yang disinggung pada ayat sebelumnya.

Ayat ini mengingatkan bahwa ada Zat yang jauh lebih besar, jauh lebih kuat, jauh lebih sempurna dari manusia. Yaitu Allah Subhana wa Ta’ala. Kekuasaan manusia hanya berdasarkan “dugaan”. As Sisi harusnya selesai Juni kemarin cuma karena jadi calon tunggal maka berlanjut. Jokowi bakal habis di April 2019. Ratu Elisabeth II paling lama memerintah kerajaan tapi tidak punya kekuasaan dalam pemerintahan. Soekarno yang telah mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup akhirnya jatuh. Intinya kekuasaan manusia tidak absolut dan tidak berlangsung lama. Diduga lama ternyata sebentar, diduga kuat ternyata rapuh.

Manusia sombong dengan ‘rasa’ yang dimilikinya. Merasa berkuasa, merasa kaya, merasa punya potensi yang semuanya membuat mereka melampaui batas. Penguasa ada yang berlaku adil namun ada juga yang sewenang2. Orang kaya ada yang membelanjakan hartanya di jalan Allah namun ada yang membelanjakannya dijalan selain Allah. Setiap orang yang mengeluarkan harta dijalan yang salah, sejatinya dia  telah membinasakan dirinya sendiri. Oleh karena itu pada ayat yang ke-6 ini Allah juga mengingatkan orang-orang yang menghambur-hamburkan harta untuk jalan yang tidak benar.

Tafsir Ayat Ke-6

يَقُولُ أَهْلَكْتُ مَالًا لُبَدًا

Dan mengatakan: “Aku telah menghabiskan harta yang banyak”. (QS. 90: 6)

Kata lubada (ﻟﺒﺪﺍ) hanya ditemukan pada ayat ini. Digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang banyak dan terhimpun. Kalo banyak tapi tak terhimpun tidak dinamai lubada. Kapas yang beterbangan kemudian terhimpun pada satu tempat dilukiskan sebagai talabbada as shuf (ﺗﻠﺒﺪﺍﻟﺼﻮﻑ). Rambut yang terhimpun di pundak seekor singa dinamai al libdat (ﺍﻟﺒﺪﺓ).

Seseorang yang punya harta berupa rumah, mobil, tabungan, deposito, surat berharga, emas maka hartanya tidak dinamai lubada karena tak terhimpun walaupun banyak. Seseorang yang mengeluarkan uang dicicil hingga mencapai jumlah yang besar juga tidak dinamai lubada. Harus ada 2 unsur yakni banyak dan terhimpun.

Perbuatan Sia-Sia

Kata ahlaktu (ﺍﻫﻠﻜﺖ) terambil dari kata halaka (ﻫﻠﻚ) yang berarti melakukan sesuatu tanpa manfaat sehingga menjadi sia2.

Ayat ini menggambarkan orang-orang yang menghambur-hamburkan hartanya ke jalan yang tidak benar. Ayat ini mengisyaratkan keangkuhan manusia yakni tatkala ia berkata telah menghabiskan harta yang banyak hanya untuk hal2 yang tak bermanfaat. Dan walaupun telah banyak dikeluarkan namun tidak membuat hartanya berkurang.

Dulu ada yang menabrakkan mobil lamborghini ke warung pinggir jalan, keluar sambil bertolak pinggang. Tidak merasa kehilangan mobil senilai 3 milyar. Ada juga yang gara2 turun dari Alphard marah2 kepada pelayan karena pesanannya tidak dianter. Sombong sekali mereka. Mobil tabrakan masih tanggungan asuransi, punya Alphard juga baru satu tapi sombongnya sudah seperti manusia dalam ayat ini.

Gambaran kekayaan manusia pada ayat ini adalah yang menabrakkan Ferari kemudian meninggalkannya atau yang bikin pesta hura2 7 hari 7 malam karena kepengen. Nah tipe pemilik uang tak berseri aja tercela apalagi yang kekayaannya cuma dari ‘perasaan’. Memang di Indonesia banyak orang sombong karena merasa kaya. Ada bos Lippo ketangkep suap bupati bekasi milyaran rupiah demi 74 izin proyek Meikarta. Jelas izin ini menabrak aturan AMDAL-nya aja boleh nembak. Kekayaan bos Lippo menyusahkan rakyat dengan merusak lingkungan. yang kesusahan karena. Itu sebabnya tipe orang seperti ini tercela.

Penyakit ini sangat serius, itu sebabnya ayatnya dimulai dengan 2 kali sumpah. Manusia hadir di dunia dengan susah payah bukan untuk berlaku sombong. Namun tatkala dua penyakit yang sering menjangkiti manusia yaitu penyakit sombong karena kekuasaan dan penyakit menghambur-hamburkan harta ada pada dirinya niscaya ia mengalami kesusahan diakhirat. Pada ayat ke-7 ini Allah menunjukkan solusi atau obat untuk menyembuhkan kedua penyakit tersebut. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman:

Tafsir Ayat Ke-7

أَيَحْسَبُ أَنْ لَمْ يَرَهُ أَحَدٌ

Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?”. (QS. 90: 7)

Inilah solusi ataupun obat untuk menyembuhkan kedua penyakit yang telah disebutkan pada ayat sebelumnya. Yaitu Muraqabatullah (Merasa Selalu Diawasi Allah). Seseorang ketika merasa diawasi oleh Allah tidak akan berbuat menurut kehendaknya sendiri. Muraqabatullah adalah pondasi seluruh amalan hati dan amalan lahir seorang hamba.

Ketika berbicara tentang kekuasaan di ayat 5, Allah menggunakan kata lan (ﻟﻦ) :

أَيَحْسَبُ أَنْ لَنْ يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌ

Tetapi ketika berbicara tentang yang melihatnya digunakan kata lam (ﻟﻢ) :

أَيَحْسَبُ أَنْ لَمْ يَرَهُ أَحَدٌ

Kata lan (ﻟﻦ) digunakan untuk menafikan sesuatu menyangkut masa datang, sedangkan kata lam (ﻟﻢ) digunakan untuk menafikan masa lalu.

Sehingga pesan Al Quran berkenaan dengan kekuasaan adalah : “Apakah dia menduga sekali2 tiada sesuatu pun yang akan mengalahkannya ?” Ayat ini menekankan bahwa ada kekuasaan yang akan mengalahkannya. Dengan kata lan diingatkan kepada yang bersangkutan bahwa di masa yang akan datang ada kekuasaan yang akan mengalahkan dan mengatasinya.

Penguasa dan pendukungnya merasa berkuasa sekarang. Entah sudah berapa kali agama ini dilecehkan pada masa pemerintahannya. As Sisi merasa berkuasa sekarang. Entah berapa nyawa mati ditangannya. Mereka pemimpin zhalim tidak tahu bahwa kekuasaan yang saat ini dipegang akan expired. Di masa yang akan datang mereka akan terkalahkan.

Pesan Al Quran tentang melihat bahwa pada hakikatnya sejak masa lampau selalu ada yang melihat dan mengamati sikap kelakuan manusia. Pengamatan ini tidak terjadi di masa yang akan datang, tetapi sejak dahulu. “Apakah ia menduga bahwa tiada sesuatu pun yang melihatnya sejak dahulu ?”

Perbuatan Seseorang Akan Dimintai Pertanggungjawaban

Sungguh aneh setiap saya ingin memberi contoh keburukan yang muncul nama penguasa tersebut. Tahun 2014 saat semua janji demikian indah hingga membuai sebagian besar rakyat Indonesia, masa itu adalah masa lampau. Karena tak ada lembaga penagih janji, dengan berani dia maju sebagai capres 2019 bermodalkan janji2 baru. Tidak ada manusia yang mampu meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah diucapkan sehingga dia merasa tak ada yang melihatnya. Tidak ada yang mampu menghalangi niatnya kecuali ayat ini. Sehingga As Sisi pun melenggang dengan mulus tanpa ada yang berani menentang.

Tapi ayat ini menafikan perbuatan tersebut. Bahwa semua yang dilakukan penguasa di masa lalu telah diamati (perhatikan diksinya, saya gunakan kata amati sebagai kata khusus daripada kata lihat sebagai kata umum). Mereka akan dimintai pertanggungjawabannya pada hari pembalasan. Khusus untuk pemimpin pertangungjawabannya dobel. Dia mempertanggungjawabkan amal2nya sendiri plus amal pengikutnya. Tatkala amalnya berupa kebohongan hingga menyesatkan manusia dari fitrahnya maka dia memikul dosa2 pengikutnya.

Pengikut-pengikut mereka menjawab: “Sebenarnya kamulah. Tiada ucapan selamat datang bagimu, karena kamulah yang menjerumuskan kami ke dalam azab, maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat menetap”. Mereka berkata (lagi): “Ya Tuhan kami; barang siapa yang menjerumuskan kami ke dalam azab ini maka tambahkanlah azab kepadanya dengan berlipat ganda di dalam neraka”. (Shad : 60-61)

Sedemikian bencinya para pengikut kepada junjungannya, padahal saat di dunia mereka fans beratnya, keluar doa terakhir. Hari kiamat adalah hari pembalasan bukan hari permohonan apalagi bagi penghuni neraka. Namun mereka tetap berdoa meminta tambahan azab bagi junjungannya. Tidak berhenti disitu, mereka juga minta dilipatgandakan azabnya. Ini permintaan orang yang benci, kesal bukan permintaan orang yang cinta dan hormat. Dikabulkankah doa ini ? Allah tidak menyebut dikabulkan atau ditolak pada ayat selanjutnya. Artinya semua itu berada pada kehendakNya. Habislah mereka…

Ancaman Allah

Sungguh dahsyat Al Quran ketika berbicara. Tidak mengancam tapi ada ancaman, tidak mengintimidasi tapi membuat takut pembacanya. Bagaimana manusia tidak takut ketika tahu bahwa dirinya diamati sejak dulu oleh Zat Yang Maha Kuasa.

Pada ayat-ayat sebelumnya telah dibahas bahwa Allah Subhana wa Ta’ala menggambarkan keburukan perilaku manusia-manusia yang lalai akan kekuasaan Allah. Ada tiga kesalahan persepsi orang-orang yang dibicarakan pada surah ini sehingga menyebabkan mereka memusuhi Islam.

1.           Kesombongan yang melampaui batas sehingga ia merasa menjadi orang yang berkuasa. Dengan kedudukan dan posisi sosial serta harta yang melimpah menyebabkan seseorang lupa bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa.

2.           Bahwa yang mereka namakan “kebaikan” adalah mempertahankan posisi mereka meskipun dengan menghabiskan harta. Maka tak masalah jika harta yang mereka peroleh dari jalan benar maupun tidak benar mereka mubadzirkan sedemikian banyak hingga menghilangkan hak2 orang lain.

3.           Dengan merasa bahwa tak seorang pun bisa mengawasi gerak-geriknya, maka ia bisa seenaknya berbuat, meskipun itu melawan kebenaran dan menzhalimi diri sendiri serta orang lain.

Sadarkah ia, bahwa harta yang ia cari dan kemudian mereka mubadzirkan kelak akan ditanya oleh Allah dari mana ia mendapatkannya dan ke mana saja ia habiskan? Seharusnya orang-orang yang tersesat ini sadar akan karunia Allah yang luar biasa, seperti yang disinggung berikut ini sesuai dengan misi besar surat ini.

You may also like...

2 Responses

  1. Wahyu says:

    ada footnote nya kak ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: