Peranan Faktor Manusia pada Metode Pengukuran, Assesment dan Investigasi Kecelakaan

Peranan faktor manusia pada metode pengukuran, assesment dan investigasi kecelakaan
Ilustrasi foto: vectorsolutions.com
Bagikan

Peranan Faktor Manusia pada Metode Pengukuran, Assesment dan Investigasi Kecelakaan

Oleh: Muhyidin, SKM

Tujuan Human factors (peranan manusia) yaitu membuat interaksi manusia dengan sistem untuk meningkatkan performa, keselamatan, dan kepuasan pelanggan. Area peranan manusia yaitu semua hal dimana manusia berinteraksi dengannya seperti peralatan, mesin produksi, prosedur kerja / SOP, lingkungan kerja, interaksi dengan pekerja lain, dsb.

Pengukuran adalah inti dari suatu disiplin, ia mendefinisikan dan mencerminkan disiplin itu. Dalam melakukan pengukuran perlu memenuhi prinsip validitas dan reliabilitas. Pengukuran menentukan karakteristik parameter peranan manusia  (misalnya apakah tugas A berbeda dari tugas B), yang harus ditangani oleh semua professional (Meister, 2004). Tujuan dari pengukuran peranan manusia yaitu (Meister, 2004):

  1. Explanatory / penjelasan: bagaimana dan mengapa sesuatu yang melibatkan hubungan antara teknologi dan manusia terjadi
  2. Implementation / implementasi: untuk membantu pengembangan sistem manusia-mesin.

Tujuan Penelitian Faktor Manusia

Sedangkan Tujuan penelitian faktor manusia yaitu:

  1. Untuk menemukan pengaruh variabel teknologi yang dipilih pada kinerja manusia
  2. Untuk membantu dalam pengembangan, transformasi, dan penyertaan prinsip-prinsip perilaku dan data ke dalam sistem manusia-mesin
  3. Untuk memungkinkan prediksi fenomena kinerja manusia di masa depan

Asesmen reliabilitas manusia (Human Reliability Assessment/HRA) merupakan cara terstruktur dan sistematis untuk mengestimasi kemungkinan kesalahan manusia dalam tugas yang spesifik (HSE UK, 1999). Berikut ini ringkasan teknik peranan manusia (Stanton, 2013).

Kategori MetodeDeskripsi
Teknik pengumpulan dataTeknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data spesifik mengenai tugas atau skenario yang dianalisis. Total dari tiga teknik pengumpulan data ditinjau yaitu: wawancara, kuesioner, dan observasi
Teknik Analisis TugasTeknik analisis tugas digunakan untuk mendeskripsikan dan merepresentasikan tugas atau skenario yang sedang dianalisis. Sebanyak tujuh teknik analisis tugas ditinjau yaitu:

1. HTA – Hierarchical Task Analysis à Annett et al (1971)

2. CPA – Critical Path Analysis à Newell and John (1987); Baber and Mellor (2001)

3. GOMS – Goals, Operators and Selection Methods à Card, Moran and Newell (1983)

4. VPA – Verbal Protocol Analysis à Walker (In Press)

5. Task Decomposition à Kirwan and Ainsworth (1992)

6. The Sub Goal Template (SGT) Approach à Schraagen, Chipman and Shalin (2003)

7. Tabular Task Analysis à Kirwan (1994)

Teknik Analisis Tugas KognitifTeknik analisis tugas kognitif digunakan untuk menggambarkan dan mewakili proses kognitif yang tidak dapat diamati yang digunakan selama kinerja tugas atau skenario yang dianalisis. Contohnya ACTA (Applied Cognitive Task analysis), Cognitive Walkthrough, CDM – Critical Decision Method, Critical Incident Technique
Teknik Charting

 

Teknik charting digunakan untuk mendeskripsikan secara grafis dan merepresentasikan tugas atau skenario yang sedang dianalisis. Contohnya Process Charts, Operational Sequence Diagrams, Event Tree analysis, dan Fault Tree analysis
Teknik Identifikasi Kesalahan Manusia (HEI)Teknik HEI digunakan untuk memprediksi atau menganalisis potensi kesalahan yang dihasilkan dari interaksi dengan sistem atau perangkat yang sedang dianalisis. Contohnya CREAM – Cognitive Reliability Error Analysis Method, HEART – Human Error Assessment and Reduction Technique, HEIST – Human Error Identification In Systems Tool, HET – Human Error Template, dan Human Error HAZOP
Teknik Pengukuran Kesadaran SituasiTeknik pengukuran kesadaran situasi digunakan untuk menilai tingkat Kesadaran Situasi (Situation Awareness) yang dilakukan operator dimiliki selama tugas atau skenario tertentu. Misalnya SA Requirements Analysis, SAGAT – Situation Awareness Global Assessment Technique, SART – Situation Awareness Rating Technique, SA-SWORD – Subjective Workload Dominance Metric, dan SABARS – Situation Awareness Behavioural Rating Scales
Teknik Penilaian Beban Kerja MentalTeknik penilaian beban kerja mental digunakan untuk menilai tingkat permintaan yang dikenakan pada operator oleh suatu tugas atau skenario. Misalnya Primary Task Performance Measures, Secondary Task Performance Measures, Physiological Measures, Bedford Scale, DRAWS – Defence Research Agency Workload Scale, dan SWAT – Subjective Workload Assessment Technique
Teknik Analisis Antarmuka (Interface Analysis Techniques)Teknik analisis antarmuka digunakan untuk menilai antarmuka tertentu dalam hal kegunaan, kepuasan pengguna, kesalahan dan waktu interaksi. Misalnya Checklists, Heuristics, Interface Surveys, Layout Analysis, SUMI – Software Usability Measurement Inventory, dan Walkthrough Analysis
Teknik Desain SistemTeknik perancangan sistem digunakan untuk menginformasikan proses perancangan sistem atau perangkat. Misalnya Allocation of Functions Analysis, Focus Groups, Groupware Task Analysis, Mission Analysis, dan TCSD – Task Centred System Design
Teknik Penilaian Waktu KinerjaTeknik penilaian waktu kinerja digunakan untuk memprediksi atau menilai kinerja tugas waktu yang terkait dengan tugas atau skenario tertentu. Misalnya KLM – Keystroke Level Model, Timeline Analysis, CPA – Critical Path Analysis

Peranan Manusia dalam Investigasi Kecelakaan

Pentingnya peranan manusia dalam investigasi kecelakaan yaitu untuk mengetahui prinsip performa manusia dimana perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses dan nilai organisasi. Prinsip performa/kesalahan (error) manusia yaitu (DOE, 2009):

  • Error pasti terjadi, bahkan orang yang terbaik pernah melakukan kesalahan
  • Error dapat dikenali dan diantisipasi, gunakan metode dan tools yang ada untuk memprediksi dan mengelola
  • Perilaku muncul karena pengaruh dan contoh (lead by example). Perilaku kerja dipengaruhi oleh nilai dan proses dalam organisasi
  • Untuk mencapai performa kerja optimal sebagian besar dipengaruhi oleh umpan balik positif dan pemimpin, peer group dan subordinat.
  • Insiden dapat dihindari dengan mempelajari dan mengerti mengapa hal tersebut muncul dari kejadian lampau.

Prinsip investigasi kecelakaan yaitu melalui penciptaan dan pemeliharaan kepentingan aktif dalam keselamatan, mencari fakta, dan mengarah pada tindakan korektif berdasarkan fakta. Suatu kecelakaan bukan hanya kejadian yang simple linear maupun complex linear. Akan tetapi kecelakaan merupakan peristiwa yang complex non-linear sehingga investigasi kecelakaan dilakukan bukan hanya untuk melihat / rekonstruksi kejadian lampau saja akan tetapi hasil analisisnya digunakan sebagai solusi dan pencegahan di masa yang akan datang agar tidak terjadi kejadian serupa. Dalam proses investigasi kecelakaan tidak boleh ada blaming (menyalahkan orang / ‘who’), akan tetapi perlu dicari apa / ‘what’ yang bertanggung jawab terhadap outcome. Beberapa tool yang bisa digunakan untuk melakukan investigasi kecelakaan yaitu: Mangatepopo Gorge Incident Accimap, Human Factors Analysis Classification System (HFACS), dan Swiss Cheese Model.

 

Referensi:

  • Cox, T., Griffiths, A., & Rial-Gonzalez, E. (2000). Research on Work-related Stress. Luxembourg: Office for Official Publications of the European Communities
  • DOE Standard. (2009). Human Performance Improvement Handbook. Volume 1: Concepts and Principles. U.S. Department of Energy.
  • Hacker, W., Iwanova, A., & Richter, P. (1983) Tatigkeits-bewertungssystem (TBSL). Hogrefe, Gottingen.
  • Hacker, W. (1991) Objective Work Environment: Analysis and Evaluation of Objective Work Characteristics. Paper presented to: A Healthier Work Environment: Basic Concepts & Methods of Measurement. Hogberga, Lidingo, Stockholm.
  • Karasek, R.A., Gordon, G., & Pietroskovsky, C. (1985). Job Content Instrument: Questionnaire and User’s Guide. Los Angeles, CA/Lowell, MA: University of Southern California/University of Massachusetts.
  • Kristensen, T.S., Hannerz, H., Høgh, A., & Borg, V. (2005). The Copenhagen Psychosocial Questionnaire—a Tool for the Assessment and Improvement of the Psychosocial Work Environment. Scandinavian Journal of Work Environment & Health, 31(6), 438–449.
  • Lindstrom K., Elo A., Skogstad A., Dallner M., Gamberale F., Hottinen V., Knardahl S., & Orhede E. (2000). User’s Guide for the QPS Nordic – General Nordic Questionnaire for Psychological and Social Factors at Work. Copenhagen: Nordic Council of Ministers.
  • Meister, David. (2004). Conceptual Foundations of Human Factors Measurement. Lawrence Elbraun Associaes, Inc. Publishers: New Jersey.
  • Stanton, et al. (2013). Human Factors Methods: A Practical Guide for Engineering and Design 2nd Edition. CRC Press.
  • Tabanelli, M.C., Depolo, M., Cooke, R.M.T., Sarchielli, G., Bonfiglioli, R., Mattioli, S., & Violante, F.S. (2008). Available instruments for measurement of psychosocial factors in the work environment. Journal International Archives of Occupational & Environmental Health, 82(1), 1-12.
  • World Health Organization. (2010). Health impact of psychosocial hazards at work: an overview. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: