Makar Allah

MakarAllah
Ilustrasi foto: islami.co
Bagikan

Makar Allah

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Seri pamungkas di GP Brasil, 2 November 2008 adalah pertarungan antara Lewis Hamilton dari kubu McLaren-Mercedes dan Felipe Massa dari kubu Ferrari. Keduanya bersaing ketat untuk merebut gelar juara dunia. Hamilton memimpin klasemen dengan raihan 88 poin. Sedangkan Massa menempel di posisi kedua dengan koleksi 72 poin. Meski tertinggal 16 poin, Massa masih berpeluang jadi juara dunia. dengan syarat menang di Brasil dan Hamilton tidak menempati 5 besar saat finish.

Dan perlombaan pun terjadi. Di tengah cuaca yang tak menentu hujan, panas, dan hujan lagi. Massa berhasil finish di urutan pertama. Hamilton kececer di urutan enam, di belakang Timo Glock dari tim Toyota sementara sisa lap tinggal satu.

Tim Ferrari bersorak sorai karena menyangka telah memenangkan pertandingan. Namun, di sinilah momen dramatis itu terjadi di tikungan terakhir Hamilton berhasil menyalip Glock dan kemudian finis di posisi lima.

Seketika itu juga, kegembiraan di kubu Ferrari senyap. Euforia berganti ke kubu McLaren di mana kru tim Hamilton melompat kegirangan menyambut kesuksesan Hamilton.

Tim Ferari melupakan tikungan terakhir yang masih bisa merubah segalanya.

Kubu penista agama telah ditetapkan sebagai pemenang pemilu. Mereka boleh saja sumringah hingga lupa masih ada tikungan terakhir bagi orang mukmin, yakni doa.

Orang2 kafir merendahkan sholat dan doa kaum muslimin yang tumpah saat dukungan kemarin.

Mereka bodoh perihal makar Allah dan sebagian kaum muslimin pun tidak paham tentang ini. Kebanyakan manusia berpikir yang namanya makar Allah selalu berjalan lurus dan mudah ditebak. Kita ini lagi ngomongin makar sang Pencipta bukan skenario sinetron. Jika skenario Tuhan mudah ditebak maka dia bukan tuhan.

Nabi Adam diciptakan untuk di bumi tapi sebelumnya ditempatkan di surga yang kemudian terjadi pelanggaran hingga diturunkan ke bumi. Lha kenapa gak dari awal saja ? kata logika manusia.

Di alam peperangan dimana setiap kekuasaan harus diraih dengan peperangan, Nabi Muhammad ﷺ ditugaskan berdakwah menyebarkan Islam. Puluhan peperangan dijalani oleh beliau dan para sahabat namun tak satupun Allah sebut menang walaupun mereka berhasil mengalahkan musuh. Tapi perjanjian Hudaibiyah yang terjadi tanpa ada kontak senjata disebut fathan mubina (kemenangan yang nyata). Lha qo bisa ? Bahkan Umar bin Khatab yang punya ketajaman firasat aja gak sanggup menelaah apalagi kita.

Sekarang alam demokrasi dimana setiap pemegang kekuasaan ditentukan oleh suara terbanyak hasil perhitungan lembaga pemilu. Apakah kemenangan selalu terikat kepada keputusan dari lembaga pemilu ?

7 Pebruari 1986 diadakan pilpres di Filipina. KPU setempat mengklaim Ferdinand Marcos menang dengan selisih 1 juta melawan Corazon Aquino. Namun komisi pengawas pilpres independen menyatakan Corazon menang 800 ribu suara. Kalian tau siapa yang dilantik ? 25 Pebruari Aquino dilantik sebagai presiden, satu jam kemudian Marcos menyelenggarakan upacara inagurasi di istana Malacanang. Kedua kubu saling klaim kemenangan. Tanpa diduga2 malam harinya Marcos menyerah dan kabur akibat kepungan demonstran. Padahal dia yang menguasai militer. Dia mati di Honolulu 4 tahun kemudian pada saat Aquino sedang membangun Filipina.

Begitulah skenario Allah, selalu menggagumkan.

Tersebutlah ketua Nurani pertama membawahi puluhan pengurus dan simpatisan. Dia hapal satu persatu wajah setiap pengurus hingga 3-5 jenjang ke bawah. Tapi dia gak tau kalo jodohnya ada diantara mereka, tidak jauh2 masih satu angkatan. Itu akhwat tak pernah diliat wajahnya, namanya pun tak pernah terlintas dalam pikirannya.

Tersebutlah ketua Rohis terakhir membawahi puluhan ADK. Kiprahnya bukan sekedar level fakultas tapi Salam UI, makin banyak kenalannya. Suatu saat dia ingin menyempurnakan agamanya. Semua kenalan akhwat dikebet, dihubungi melalui jalur masing2. Sepengetahuan saya tidak ada akhwat yang diincer yang tidak dihubungi. Habis semua akhwat UI ama dia. Namun justru dia terdampar dalam kasih sayang anak UIN. Yah.. begitulah yang diincer anak UI dapetnya anak UIN.

Begitulah skenario Allah, selalu mencengangkan.

Di angkatan saya ada akhwat yang menikah dengan ketua DPRa nya. Dulu saya ledekin kenapa gak nikah aja ama ketua DPRa. Dia tidak mau dengan orang dekat karena tidak menambah pengalaman. Ketua DPRa ini tinggalnya dibelakang rumahnya, waktu SMA juga satu organisasi Rohis. Jadi deket bin deket hubungannya. Maka wajar dia bilang begitu. Maunya yang jauh tapi dapatnya yang deket. Jika saya kontak dia trus ungkit perihal ini, dia senyum simpul.

Begitulah skenario Allah, membuat tersenyum.

Dalam perang Salib, pasukan tartar bekerja sama dengan pasukan Kristen Eropa. Awal kerja sama ini ditandai dengan kehancuran Baghdad dan terbunuhnya sang Khalifah oleh Tartar. Kristen Eropa yang kalah dalam perang salib seakan mendapat semangat baru dengan kerja sama ini.

Tartar merengsek maju menghancurkan tiap kota di Syam yang dikuasai muslim, tapi mereka tidak menyentuh Akka, Anthokia dan Yafa yang masih berada di bawah kekuasaan salibis. Ya karena mereka bersekutu dengan musuh bersamanya adalah Islam.

Kristen berharap Tartar menjadi Nashrani karena misi mereka adalah memasukkan orang ke dalam Nashrani sebanyak mungkin. Tapi qadarullah bukannya menjadi Nashrani, belakangan Tartar baik raja maupun penduduknya malah memeluk Islam bahkan sejak anaknya raja Holagu yaitu Takuder Khan masuk Islam dan berganti nama jadi Ahmad bergelar Sulthan. Islam tersebar meluas di kalangan Tartar.

Yang diperangi dan dibunuh adalah orang Islam sementara yang diayomi adalah orang Kristen tapi malah masuk Islam, masuk logika kah ?

Begitulah.. Musuh membuat makar tetapi Allah juga bermakar dan Allah-lah sebaik-baik pembuat makar.

Mereka belum naik podium hingga bulan oktober, pertandingan belum usai. Masih ada tikungan yang memungkinkan kita merubah segalanya. Masih ada malam2 waktu kita bermunajat, masih ada saat2 dikabulkannya doa. Perjuangan ini belum selesai, dan tak pernah selesai hingga usia kita berakhir.

Kita tak boleh berhenti dalam menjalankan rencana, tak pernah berhenti dalam doa dan tawakkal kepadaNya, karena bisa saja yang mustahil jadi nyata kalau Dia telah berkehendak. Sebagaimana keyakinan Nabi Muhammad ﷺ dalam peristiwa Hudaibiyah

“Sesungguhnya Aku adalah utusan Allâh, dan Aku tidak akan mendurhakai-Nya dan Dialah penolongKu”. (HR Bukhari Muslim)

atau sebagaimana keyakinan Abu Bakar ash shidiq yang berkata :

“Sesungguhnya ia adalah benar-benar utusan Allâh dan dia tidak sedang menyelishihi Rabbnya dan Dialah penolongnya, patuhilah perintahnya ! Demi Allâh Azza wa Jalla sesungguhnya ia di atas kebenaran”

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: