Kesetiaan Pada Dakwah

kesetiaan pada dakwah
Ilustrasi foto: pksbondowoso.org
Bagikan

Kesetiaan Pada Dakwah

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Ini cerita riil, terjadi di Jepang di masa pemerintahan shogun Takugawa (tahun 1680-1709).  Ada seorang master (setingkat gubernur) di wilayah ako (sekarang Edo) yang memiliki ratusan prajurit samurai. Satu ketika master ini difitnah oleh gubernur lain yang ingin menguasai wilayah Ako. Sang master termakan fitnah. UU mengharuskan dia dihukum mati tapi karena dedikasinya pada kerajaan dia cukup bunuh diri. Bagi seorang samurai bunuh diri lebih mulia daripada dihukum mati.

Implikasinya keluarga master yang tadinya hidup berkecukupan menjadi miskin papa. Pasukannya menjadi ronin (samurai tanpa majikan) yg hidupnya terasing dan terbuang. Mereka hidup miskin dan susah. Komandan pasukan sudah dilarang utk membalas dendam atas kematian masternya oleh kaisar dan dikurung selama 1 tahun. Diharapkan mentalnya jatuh saat dipenjara.

Ternyata kesetiaan kepada majikan tidak hilang walau berlalu 1 tahun. Biarpun hidup berkesusahan para ronin ini mau berkumpul untuk melaksanakan misi balas dendam. Gubernur wilayah lain yang berbuat curang akhirnya dibunuh di istananya setelah melalui pertempuran yang sengit.

Negara heboh, kaisar kaget. Para ronin ini jelas melakukan tindak kejahatan karena melawan keputusan pemerintah. Tapi rakyat Ako malah mengelu2kan mereka yang berperang demi kesetiaan dan menganggapnya sebagai pahlawan. Belum pernah ada dalam sejarah sebelumnya orang yang berperang tanpa majikan demi sebuah kesetiaan. Iya kesetiaan adalah barang yang langka. Para ronin ini menjadi pahlawan di mata masyarakat. Pemerintah bingung bagaimana menghukum para pahlawan.

Begitu hebatnya kisah kesetiaan ini hingga diangkat ke layar lebar dalam berbagai versi. Yang terakhir dalam versi Barat, cuma saya lupa judulnya. Sebelumnya tahun 2013 ada “47 Ronin” yg dibintangi Keanu Reeves bersama pemain Jepang.  Tapi saya lebih suka yang versi Barat, lebih kental nilai kesetiaannya.

Sampai sekarang makam pejuang para ronin ini dapat ditemui di kuil Sengakuji dan tiap tgl 14 Desember (tanggal penyerbuan para ronin ke istana) diadakan upacara kesetiaan mengenang perilaku mereka semasa hidupnya.

Langkanya Kesetiaan

Kesetiaan barang langka dan mahal. Kalian kuliah sampe bergelar profesor pun gak bakal mendapatkannya. Kalian cari di mall ecek2 sampe termahal pun gak ada yang majang. Bahkan kalian cari di lingkungan tarbiyah pun belum tentu ada.

Dulu saya pernah ikut demo Palestine di bundaran HI, waktu itu ketemu Rudianto Basuki. Dia baru aja resign dari pekerjaannya di hutan Kalimantan. Berangkat saya dari kantor bersama 2 orang ikhwan, kader inti PKS. Kalo kader inti gak usah ditanya pengorbanan, uda pasti teruji. Selesai demo kita pulang cari kendaraan umum. Lagi nyari ketemu ikhwah satu DPC yang bawa mobil sedan bersama temannya. Dia nawarin temen saya, naiklah kita bertiga kedalamnya. Ternyata ini tawaran bukan satu paket. Si pemilik mobil keberatan kalo bangku belakang diisi 3 orang coz mobilnya uda tua. Satu orang harus turun. Kalo Nabi Yunus turun dari perahu berdasarkan undian, saya turun karena yang paling muda, lebih tepatnya belum menikah.

Yang bikin saya keki teman saya tidak ada yang ikut turun. Tak ada kesetiakawanan disana. Akhirnya saya pulang naik bus. Kalo tau begini mending dari awal saya bawa motor. Jalan panas2 nunggu bus bukanlah hal yang menyenangkan.

Kesetiaan adalah barang yang mahal, tidak semua orang sanggup membelinya.

Kesetiaan adalah barang langka, tidak semua orang mampu mendapatkannya.

Begitu hebatnya kesetiaan ini hingga menutup karakter lain pada diri manusia. Kenapa orang kagum dengan pernikahan Habibie-Ainun ? karena setia sampe akhir. Kesetiaan mengangkat sifat2 lain menjadi mulia. Dari sini orang mulai mengangkat sikap Ainun yang ramah, keibuan dan murah senyum.

Beda halnya dengan pernikahan Soekarno dengan Oetari. Harusnya kisah ini spesial karena Oetari adalah anaknya HOS Cokroaminoto, sang raja Jawa tanpa mahkota. Namun tak ada yang spesial dari mereka karena berakhir dengan perceraian. Dan tidak ada yang spesial dari pernikahan Soekarno dengan Inggit, Haryati, Ratna Sari Dewi, Yurike, dan Heldi yang juga berakhir dengan perceraian.

Kesetiaan Mengangkat Kebaikan

Begitulah kesetiaan mengangkat kebaikan lainnya.

Dalam agama kita pun dituntut untuk setia sampai mati.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

QS.Ali Imran:102

Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim adalah bentuk kesetiaan kita kepada agama ini. jika kita setia maka orang akan mengingat kedermawanan, sifat pemaaf, dan kebaikan lainnya. Tapi bagi seorang muslim yang murtad, orang akan melupakan semuanya. Yang diingat hanya murtadnya saja, kebaikan2 masa lalunya dilupakan.

Iya.. bahkan orang buruk pun tidak menyukai sikap khianat. Dulupun orang kafir Quraisy membenci perilaku munafiknya Abdullah bin Salam, hanya karena satu tujuan saja maka mereka mau bekerja sama.

Ratusan tahun lamanya 46 pejuang ronin dikenang kesetiaannya di Sengakuji.

Tapi sedetikpun tak ada yang mau mengenang sikap khianat walaupun anda pangeran.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: