Al-Qur’an Juga Butuh Jam Terbang

Al-Qur'an Juga Butuh Jam Terbang
Ilustrasi foto: indonews.id
Bagikan

Oleh: Anonim

Pernah terheran-heran dan berfikir keras, kok bisa ya ulama-ulama bisa menghatamkan Al-Qur’an dengan sebegitu cepatnya? Selain saya, apakah ada yang menanyakan hal ini juga?

Begitu banyak orang orang Sholeh yang hatam Al-Qur’an dalam 1 Minggu, banyak juga yang menghatamkan Al-Qur’an dalam waktu 3-5 hari. Imam as Syafi’i jika bulan ramadhan menghatam 1 hari 2 kali. Bukan dua hari sekali ya, tapi sehari hatam Al-Qur’an 2 kali.

Tentu saya bertanya-tanya, menghatamkan Al-Qur’an sebulan sekali saja rasanya masih kucing-kucingan. Kadang bisa, tapi lebih banyak ga bisanya.

Why?

Pertanyaan ini sudah melewati renungan demi renungan yang tak juga membuahkan hasil. Kok bisaaa para ulama itu secepat itu bacanya? Gimana menjalani hari-hari nya?
Ngga tidur gitu? Ngga istirahat?

Sampai akhirnya aku teringat kisahku sendiri, bertemu seorang kakek yang merupakan guru SD. Aku menemukan catatan-catatan kecil hasil pencapaian bacaan Al-Qur’an hariannya. Sehari berkisar antara 4-6 juz.

Beliau pernah bilang ” saya pengen kaya kamu, ga hafal Al-Qur’an tapi bisa ngoreksi bacaan yang salah”, ungkapnya. Sepertinya ia ingin hafal Al-Qur’an, hanya saja usia, aktifitas dan secara keilmuan merasa kurang. Bacanya biasa-biasa saja. Bisa dikatakan lancar bacaanku.

Pertanyaannya:

Kenapa dia begitu mudah membaca Alquran beberapa juz dalam sehari dibandingkan aku? Padahal aku lebih lancar bacaan Qur’annya, tapi rasanya membaca 1 juz saja butuh waktu lama. Ada apa sebenarnya??

Aku merenung. Merenung dan merenung. Bagaimana bisa?

Al Qur’an Butuh Jam Terbang

Aku akhirnya menemukan jawaban, entah benar atau salah fikiranku menjawab “JAM TERBANG”. Jam terbang kebersamaan kami dengan Al-Qur’an. Yang tak membiasakan diri dengan Al-Qur’an, membacanya terasa berat. Ini membuatnya mudah lelah saat membaca, dan akhirnya banyak istirahat. 2 halaman istirahat, 1 halaman istirahat lagi. Dan itu tidak berlaku bagi yang jam terbang bersama al-Qur’annya tinggi.

Bukankan seorang ahli pidato karena memiliki jam terbang yang tinggi? Bukankan ahli seminar juga karena sudah terbiasa mengisi di berbagai tempat? Pikirkan juga, kualitas cara membaca buku ala ilmuwan dan awam. Orang yang sudah terbiasa baca buku sehari bisa menghabiskan 10-12 buku. Aku? 1 buku 1 bulan saja sudah untung.

Begitu juga Al Qur’an. Butuh jam terbang. Tak peduli siapapun yang lebih lancar bacaannya, jika jam terbang rendah, dia kalah. Apalagi aku pernah mendengar seorang berkata, entah Benar atau salah “seorang hafidz, 1 juz bisa dibaca dalam 10 menit”. So, bagi yang belum terbiasa dengan Al-Qur’an, membacanya bisa 1 jam untuk 1 juz. Bisa saja bagi yang sudah sangat tinggi interaksinya dengan Al-Qur’an 1 jam 5 juz. Ye kan?

Akhirnya file memoriku pun terbuka. Teringat saat ustadz menyampaikan, “membaca Alquran itu ibarat masuk ke lumpur. Kaki beraaat sekali melangkah. Tapi jika dilanjutkan lama kelamaan akan menipis menipis dan bersih. Hingga jalan terasa ringan. Begitu juga dengan mambaca Al-Qur’an. Juga seperti hati. Saat awal membaca Alquran rasanya beraaat sekali.

Akibat lama meninggalkan tilawah Al-Qur’an, al-Imam Ibnu Hajar al-asqolani berkata “orang yang terus rutin membaca Alquran maka lisannya akan ringan dan mudah membacanya. Sebaiknya jika ia meninggalkan Al-Qur’an, maka akan menjadi berat baginya dan sulit membacanya”.

Keutamaan Membaca Al Qur’an

Lagi, file memoriku terbuka lagi. Saat ustadz herfi Ghulam Faizi menyampaikan keutamaan membaca Alquran, yakni Al-Qur’an akan menjadi teman setianya di dunia dan di akhirat. Saat meninggal, Selain memberi syafaat di Padang Mahsyar kelak, sebelumnya Al-Qur’an juga menjadi teman setianya di alam kubur. al-Qur’an juga akan meminta pada Allah hamparan permadani dan selimut. Juga menjadi penerang untuk sahabatnya yang kini sedang di alam kubur.

Ada yang lebih seru lagi menurutku, saat ustadz menyampaikan ketika nyawa akan di cabut, dikatakan pada malaikat maut “tunggu, coba cium dulu kepalanya”. Malaikat maut mencium aroma Qur’an. Dikatakan lagi padanya “cium dadanya”, ia mencium aroma siyaam (puasa), “lalu cium kakinya”, malaikat pun mencium aroma qiyamullail.

Masya Allah…

Terjawab sudah, bahwa saya atau kami yang kini masih berat saat membaca Alquran hanya butuh jam terbang. Butuh membiasakan dan bersahabat lebih akrab dengan Al-Qur’an. Masih ada waktu untuk PDKT di separuh perjalanan bulan ramadhan, itu pun jika Allah ijinkan nyawa masih di kandung badan.

Menulis adalah caraku menasihati diri. Semoga Ramadhan kita kali ini menjadi ramadhan paling berkah dan sukses dibanding ramadhan sebelumnya. Menerima koreksi bila ada kesalahan.

Semoga bermanfaat..

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: