Keluhan dalam Al Quran

Mengeluh kepada Allah
Ilustrasi foto: cintasedekah.org
Bagikan

Keluhan dalam Al Quran

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Ada 2 keluhan yang direkam oleh Al Quran yakni:

  1. Firman Allah dalam Surat Yusuf ayat 86 :

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Dia (Ya‘qub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”

  1. Firman Allah dalam Surat Al Mujadilah ayat 1 :

قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيإِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

Sungguh, Allah telah Mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah Mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.

Keluhan pertama dari Nabi Ya’qub yang mengadu kepada Allah. Keluhan kedua dari sahabiyah bernama Khaulah. Sebenarnya Khaulah menggugat kepada Rasulullah ﷺ namun Allah mendengarkannya. Memang hebat wanita ini, suaranya didengar sampai ke langit.

Pertama yang mau saya sampaikan yang namanya laki-laki dan perempuan itu mengeluh, ini bukan aib. Jadi jangan bilang si fulan orang yang tegar karena gak pernah mengeluh. Ini salah coz level nabi saja mengeluh. Cuma tentu beda kualitas keluhannya. Mengeluh itu manusiawi banget. Justru kalo kalian gak pernah mengeluh saya malah kuatir. Ama istri gak curhat, ama temen gak curhat, jangan-jangan dia curhat ama temen yang dijadiin istri… ??

Tapi kebanyakan ngeluh juga gak bagus. Yang bagus adalah pertengahan. Mengeluh pada saat yang tepat dan diam pada saatnya.

Sekarang perhatikan obyek keluhan. Nabi Ya’qub mengeluh kepada Allah, Khaulah menggugat kepada Rasulullah ﷺ tapi pada hakikatnya mengeluh kepada Allah, itu sebabnya Al Quran menyebut dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Mengeluh itu hanya kepada Allah !

Dua kata keluhan dalam Al Quran dan kedua-duanya bermuara kepada Allah. Yang satu langsung bypass kepadaNya, yang kedua melalui perantara. Mengeluh itu jangan sembarangan, tidak pada tempatnya dan tidak pada waktunya. Mengeluh di FB, selesai kagak tambah pusing iya. Itu kasus layangan putus dapat apa? Duit gak dapet, simpati pun uda hilang. Yang kayak gini bikin rugi, masalah uda diumbar kemana-mana tapi gak dapet solusi.

Sementara mengadukan masalah boleh kepada manusia seperti yang dilakukan Khaulah. Jadi ceritanya begini Khaulah datang dan mengadukan masalahnya kepada Rasulullah.

Allah menyebut aduannya kepada Rasul dengan (تجادلك ).

Al Mujadalah berarti debat dan gugatan. Siapa dari muslim yang berani mendebat atau menggugat Nabi ﷺ ? Tidak ada. Bahkan berbeda pendapat aja tidak ada. Lalu kenapa digunakan kata tujadiluka? karena sebenarnya Khaulah sedang mengadukan masalah ini kepada Allah.

Simak dulu perkataan Khaulah saat itu :

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَكَلَ شَبَابِي، ونَثَرت لَهُ بَطْنِي، حَتَّى إِذَا كَبُرَت سِنِّي، وَانْقَطَعَ وَلَدِي، ظَاهَر مِنِّي، اللَّهُمَّ إِنِّي أَشْكُو إِلَيْك

Ya Rasululullah, dia telah memakan usia mudaku, telah aku gelarkan perutku (maksudnya: anak-anak), hingga ketika telah tua usiaku dan telah terputus keturunanku, dia mendziharku (mengatakan bahwa aku haram baginya). Ya Allah, aku mengadukan ini kepada Mu.

Kalimat : “Ya Allah, aku mengadukan ini kepada Mu” adalah tanda bahwa Khaulah sedang mengadukan masalah ini kepada Allah lewat perantaraan RasulNya. Hebat ya… iya itulah kecerdasan para sahabat.

Di jaman Umar (atau Abubakar ?) pernah terjadi kemarau. Khalifah Umar memegang tangan Abbas bin Abdul Muthalib seraya berdoa minta hujan, “Ya Allah dahulu kami meminta bersama NabiMu, kini kami meminta bersama paman NabiMu”.

Karena berdoa dengan tawassul kepada nabi adalah dibolehkan bahkan dianjurkan. Kalo kita sekarang berdoa melalui sholawat kepada nabi terlebih dahulu.

Jadi yang biasa curhat kepada murabbi, silakan. Yang biasa curhat kepada orang yang dipercaya juga silakan. Asalkan diyakini bahwa apa yang dicurhati bersifat al jidal (mendebat/menggugat). Orang itu kalo mendebat bukan solusi yang didapat tapi kepuasan hati karena apa yang tersimpan pada akhirnya keluar. Yang punya binaan seperti Wina & Irma pasti uda hapal kalau emak2 curhat bukan nyari solusi tapi asal keluar aja uneg2nya. Makanya jadi murabbiyah cuma butuh telinga untuk mendengarkan uneg-unegnya mereka. Uneg-uneg uda keluar maka ½ masalah terselesaikan.

Coba kalian perhatikan ayat pertama surah al Mujadalah di atas. Ada 3 kata mendengar dalam satu ayat. Ada kata (سمع), (يسمع), (سميع) sementara pada surah Yusuf tidak ada satupun kata mendengar. Ini karena hal pertama dan utama yang paling dibutuhkan oleh perempuan dalam keluhannya adalah didengar sementara bagi laki2 lebih membutuhkan solusi. Maka yang jadi murabbiyah seperti Eka, Irma, dan Wina banyak-banyak pasang pendengaran agar binaanmu merasa diperhatikan. Dan yang jadi murabbi seperti Budi dan Zikri pinter-pinter cari solusi agar binaanmu merasa dihargai.

Jadi sekali lagi silakan curhat kepada orang yang tepat atau lebih bagus lagi mengeluh langsung kepada Allah. Jangan biasakan mengeluh di hadapan khalayak ramai sehingga dinikmati oleh publik. Yang kayak gini tanda bahwa masyarakatnya sakit.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: