Allah yang Menguji Manusia

Ujian dari Allah
Ilustrasi foto: Fb Kata Hatiku
Bagikan

Allah yang Menguji Manusia Bukan Manusia yang Menguji Allah

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Ada satu cerita tentang Isa alaihisalam, saya lupa ada di buku mana sepertinya sih bukunya Ibnul Qoyyim. Dulu kan setiap terjemahan dari kitab Ibnul Qoyyim selalu saya BELI dan BACA. Zikri tolong perhatikan kata beli bukan dikasi. Yang lain tolong perhatikan kata baca bukan disimpen. Jadi jika ada keingetan sesuatu kalo saya tebak ada di kitabnya Ibnul Qoyyim maka kemungkinan besar benar adanya.

Satu ketika Isa binti Maryam ditanya oleh setan, “apakah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah tidak akan terjadi ?”

“Iya, benar”

“Kalau begitu coba engkau terjun dari atas tebing ini, jika Allah tak menghendaki kematianmu maka takkan terjadi,” kata setan.

Seketika itu Isa binti Maryam ambil sendal dan melempar ke arah setan seraya berkata, “Wahai mahluk terkutuk. Yang ada itu Allah menguji manusia bukan manusia yang menguji Allah”.

Logika setan itu logikanya paham jabariyah. Kalo Allah tidak menakdirkan saya kena Corona tidak bakal saya masuk RS. Maka dia jalan ke mall, kumpul bersama teman-teman, dan ikut keramaian tanpa ada proteksi apapun. Dia merasa keyakinannya tinggi padahal dia sedang menguji Tuhannya. Subhanallah… sungguh tak beradab.

Orang kayak gini kalo hidup di masa nabi Isa as uda dilempar pake batu. Tidak layak, sungguh tidak layak seseorang yang mengaku dirinya beriman kemudian menguji kekuasaan Tuhannya.

Nabi Isa a.s. adalah termasuk rasul ulul ‘azmi, ujiannya paling berat daripada rasul-rasul yang lain. Kedudukannya tinggi di sisi Allah. Tak pernah sekalipun terbesit dalam pikirannya paham jabariyah ini. Saat dakwahnya dalam kondisi kritis, beliau tidak diam membiarkan takdir berjalan apa adanya. Justru beliau berkata dengan perkataan abadi yang direkam oleh Al Quran.

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (Ali Imran : 52)

Nabiyullah Isa a.s. menggalang koalisi disaat akan terjadi persekusi atas dakwahnya. Padahal tidak kurang apa mukjizat yang beliau bawa, toh tetap ikhtiar kemanusiaan yang didahulukan. Itu tandanya manusia yang berakal. Setelah semua upaya sudah dilakukan barulah mereka berkata sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. Mereka tidak mengatakan sebagai orang yang beriman tapi sebagai orang yang menyerahkan diri. Sebab jika upaya sudah dilakukan yang terbaik adalah menyerahkan segalanya kepada Allah, atau dalam bahasa agama disebut tawakkal.

Rame orang bicara sholat di masjid harus diutamakan dalam kondisi apapun. Dan kebanyakan mereka yang bicara ini dari Jamaah Tabligh. Keluarlah dalil-dalil dan analogi-analoginya. Jalan ke mall oke, pergi ke pasar oke, tapi ke masjid tidak oke.

Duh… saya kalo punya uang banyak juga pengen numpuk belanjaan buat sebulan biar gak keluar-keluar. Dulu bos saya kalo belanja bulanan buat makan di makro minimal 4 juta. Saya ampe geleng-geleng liat struknya yang sampe 7 lembar. Ternyata gak ada apa-apanya. Ada artis Nikita Mirzani yang belanja makanan buat sebulan abis 10 juta. Beda emang yang modal paha dan dada dengan yang modal otak.

Orang ke pasar itu buat makan sehari-hari, uangnya gak cukup buat belanja sebulan. Lagi pula dia gak punya chiller buat taro makanan yang banyak, ada juga kulkas kecil yang cukup buat saving beberapa hari. Jadi jangan samakan pergi ke masjid dengan pergi ke pasar.

Yang jadi fokus sekarang adalah tindakan preventif apa yang harus dilakukan jika ke pasar atau ke masjid. Saya tanya Feri, Zikri, dan Agus, bagaimana liqonya setelah ada Corona ? Dijawab liqo online. Cuma Budi yang liqonya belum terpengaruh Corona. Iya mungkin di Kalimantan belum sedahsyat di Jakarta dan sekitarnya. Ini namanya tindakan preventif.

Masjid di rumahnya Zikri sudah disemprot disinfektan dan karpet sudah digulung. Good.. gak percuma anak FKM merangkap pengurus masjid (kayaknya sih jadi ketua cuma dia kasi infonya hanya pengurus). Kepake juga ilmu 4 tahun di kampus. Di tempat saya malah acuh tak acuh. 2 kali karpet musholla saya gulung selalu tergelar lagi. Ini karpet kayak gak mau dipisahkan dengan ubin, cinta mati seperti cinta kalian kepada pasanganmu.

Kesel saya bilang ke yang gelar karpet, nanti kalo ada yang kena tanggung jawab ya ?
Ya jangan berpikir begitu, mikirnya yang baik-baik aja, jawabnya.
Lha dikira imannya lebih tinggi daripada imannya nabi Isa sehingga melupakan sebab.

Masih ingat materi yang pernah saya posting dengan judul awamilus sa’ah wal murunah fis syari’ah? abis posting materi ini trus saya tanya apa arti judul tersebut kemudian Wina yang jawab : keluwesan dan keluasan syariat. (Wina jangan sampe gak inget seperti dia pernah komen di rumahnya gak ada TV trus ketika saya sampaikan rumahnya gak ada TV, dia surprise qo bisa tau?)

Inti materinya begini, hukum Islam itu luwes dan luas, tidak kaku harus sesuai text. Bagaimana memahaminya itulah tugas ulama yang memiliki bermacammacam ilmu. Maka ketika HRS meliburkan pengajian FPI; UAS, UAH & para habib meliburkan pengajiannya, murobbi meliburkan liqo, Aa Gym sholat di rumah. Jangan ada lagi yang bilang kalo uda takdir kena Corona tidak bisa kita menolaknya sambil jalan ke masjid berkarpet tanpa membawa sajadah dan tanpa pake masker.

Jangan sampai kita ke masjid dalam rangka menguji Allah dan bukan untuk beribadah kepadaNya.
Itukan tawakkal bang? tawakkal tidak melupakan sebab. Ingat hadits nabi ﷺ menyuruh sahabat mengikat tali kekang unta kemudian berkata setelah ini engkau bertawakkal.

Ada sebab terlebih dahulu yakni mengikat tali kekang. Ini sesuai dengan ayat berikut :

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. (Ali Imran : 159)

Ayat ini berkaitan dengan perang Uhud, dimana kita tau ada kekalahan kaum muslimin setelah sebelumnya menang telak. Ayatnya tidak bicara ya udah terima aja apa yang terjadi, toh sudah takdir sekarang tinggal bertawakkal. Tidak! Justru ayatnya bicara harus ada kelembutan, pemaafan, permohonan ampun dan musyawarah. Semua ini ikhtiar insaniyyah (upaya manusiawi) yang harus dilakukan. Setelah itu dikerjakan maka apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.

Dan salah satu bentuk tawakkal kita ketika menghadapi Dajjal adalah membaca surah Al Kahfi sekarang.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: