Diam

diam
Ilustrasi foto: sidogiri.net
Bagikan

Diam

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Pada akhir perang Uhud, kaum muslimin bersama Rasulullah ﷺ berkumpul di satu tempat sementara kaum Quraisy bersiap pulang ke Mekkah. Abu Sufyan yang masih kafir naik ke atas bukit dan berteriak : “Apakah di tengah kalian ada Muhammad ?”
Para sahabat diam tidak menjawab.

Kembali Abu Sufyan bertanya: “Apakah di tengah kalian ada Ibnu Quhafah ?”. Maksudnya adalah Abu Bakar.
Para sahabat kembali diam tidak menjawab.

Lalu dia bertanya lagi : “Apakah di tengah kalian ada Umar bin Khathab ?”

Tak seorangpun menjawabnya karena memang Nabi ﷺ melarangnya.

Para sahabat tidak menjawab bukan karena takut atau ciut nyalinya tapi itulah perang, ada kalanya diam itu lebih baik.

Saat ini ulama diam, tak ada satupun yang bersuara perihal pemerintahan pinokio padahal perang belum usai, umat pun ikut-ikutan diam. Kalian liat sejak pengkhianatan jenderal kardus saya pun tak lagi bahas politik. Tuduhan radikal disematkan kita diam, tuduhan anti pancasila kita diam, pokoknya segala provokasi mereka gak pernah kita makan.

Abu Sufyan akhirnya kecapean ngomong, diam dan pulang. Ketimbang para sahabat meladeni provokasi Abu Sufyan mending mereka berbenah diri coz perang Uhud banyak menewaskan kaum muslimin akibat pelanggaran komando. Dan begitulah nanti juga mereka bakal capek dan mengakhiri provokasinya. Daripada capek-capek mengikuti skenario mereka mending kita fokus pada agenda sendiri menyelamatkan masyarakat yang susah akibat kebijakan yang rusak. (Materi ini dibuat tgl 14 Pebruari sebelum laporan resmi adanya pasien positif Corona tanggal 2 Maret, dan setelahnya mengalami penambahan. Kini mereka menghentikan provokasinya karena disibukkan oleh skenario Allah. Masya Allah, sejarah memang terus berulang)

Bagi saya apa yang dilakukan oleh pemerintah ibarat provokasi setan. Obat mujarab jika setan nakut-nakutin adalah diem. Tiba-tiba bunyi suara air di malam hari, tiba-tiba ada barang jatuh, itu upaya setan takut-takutin kita agar tak bangun sholat malam. Diemin aja ntar juga capek dan berhenti sendiri. Justru kalo kita bereaksi, takut misalnya, setan malah makin demen dan banyak tingkah.

Namun jika provokasi itu menyangkut agama, kita tak boleh diem. Bales dengan yang setimpal sebagaimana peristiwa selanjutnya.

Saat Abu Sufyan melanjutkan provokasinya dengan berkata “Junjunglah Hubal”
“Mengapa kalian tidak menjawabnya” tanya Rasulullah ﷺ
“Apa yang harus kami katakan ?” tanya sahabat kepada beliau.
Beliau menjawab, “Jawablah Allah lebih tinggi dan lebih Agung”

Abu Sufyan berseru lagi, “Kami punya Uzza dan kalian tidak memilikinya”
“Mengapa kalian tidak menjawabnya”, tanya Rasulullah ﷺ kepada para sahabat
“Apa yang harus kami katakan?” mereka ganti bertanya
Beliau menjawab, “Jawablah Allah adalah penolong kami dan kalian tidak mempunyai seorang penolong pun”.

Ucapan dibales dengan ucapan, tulisan dibales dengan tulisan, dan status dibales dengan status. Jangan diam saat agama dihina atau syariat dilecehkan walaupun kondisi kita sedang terjepit. Ending perang Uhud umat Islam kalah, diprovokasi dan diintimidasi sedemikian rupa oleh orang kafir kaum muslimin diam. Namun saat agama dilecehkan umat harus bereaksi dan itu yang diajarkan oleh Nabi ﷺ di perang Uhud.

Kaum kafir ngerecokin urusan kaum muslimin yang sudah hijrah ke Madinah. Umat Islam diem-diem aja dengan perilaku kaum musyrikin tersebut. Kemudian pada saatnya yakni pasca perang Ahzab, Nabi ﷺ berkata “sekarang kita yang memerangi mereka”. Iya setelah perang Ahzab kaum muslimin yang ngerecokin kaum musyrikin Quraisy.

Itulah makna bicara disaat yang tepat dan diam disaat yang tepat. Coz berbicara di saatnya diam atau diam di saatnya bicara adalah kesalahan. Semua ada saatnya.

Sebelum pilpres umat Islam senantiasa direcokin. Persekusi, pidana, dan suspend adalah makanan sehari-hari. Pasca pilpres tetep direcokin namun ulama mengajarkan diam, sabar dengan semua itu. Dan buah sabar mulai terlihat. Sekarang mereka yang direcoki oleh masalah yang dibuat sendiri. Kas minus, ada wabah Corona, dan anak buah tak berkompeten eeh halus banget bahasanya, maksudnya punya anak buah goblok.

Ibaratnya orang miskin ketiban sakit parah trus gak punya teman/tetangga yang ngebantu tambahan lagi gak punya iman. Mending mati aja. Iya memimpin sebuah negara dengan kas nol bahkan minus, pembantu-pembantunya oon semua trus dihantam musibah dan tak satupun yang punya keyakinan bisa keluar dari masalah. Yang kayak gini tinggal nunggu dianeksasi oleh negara lain.

Diam saja seperti Nabi ﷺ dan para sahabat bahkan ada yang tidur saat angin memporak porandakan kemah pasukan Ahzab di malam hari.

lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. (Al Ahzab : 9).

Saat para sahabat bangun mereka melihat kemah-kemah pasukan Quraisy cs telah ditinggal oleh penghuninya. Ya udah sekarang kita tidur aja, siapa tau pas bangun Corona uda ilang membawa raja dan hulubalang yang bodoh bersamanya. Eiits… liat dulu kalimat Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan. Ada amal terlebih dahulu sebelum tawakkal.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: