Tafsir Surat Al Ma’un Ayat 6-7

surat al ma'un
Ilustrasi foto: alislam.id
Bagikan

Tafsir Surat Al Ma’un Ayat 6-7

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Pada santunan kemarin saya ngobrol ama Harun, bagaimana perkembangan proposal di angkatan 99. Harun jawab kurang memuaskan, respon dari angkatannya kurang bagus. Iya.. emang sampai materi ini ditulis belum ada satupun dana masuk dari angkatan 99.

Saya bilang santunan ini bikin kita tercengang. Dua kali diadakan menunjukkan gejala yang sama yakni ketidakpedulian. Sebagian besar alumni tidak peduli dengan sesama walaupun yang tertimpa musibah adalah satu angkatan bahkan satu kelas.

Saya ambil kasus dari angkatan 94. Ada keluarga yatim Onny Octavia S1-94. Dulu 4 tahun kami bersama2, tidak ada yang tidak kenal. Saat santunan saya pilih hanya japri 24 orang, 21 checklist biru, yang respon 14 orang dan yang kasi bantuan hanya 7 orang. Tiga kali saya BC perkembangan kegiatan tetap aja tidak nambah. Padahal waktu saya japri uda dipilah2 hanya mereka yang memiliki kepedulian. Ada yang bales Insya Allah akan bantu, uda lewat 2 bulan diem2 bae…

Nama Onny dikenal juga oleh angkatan 93 tapi dari tahun lalu sampe sekarang belum ada yang respon. Tahun lalu saya japri ke akhwat 93 yang FB nya aktif. Mungkin karena masih baru banyak yang gak percaya. Tahun ini saya japri via Nursalam disertai bukti foto tahun lalu, tetap gak ada respon. Masih penasaran saya japri via Sita, ternyata sama saja. Sampe saya bilang ke Salam, saya hanya ingin membuktikan hipotesa bahwa santunan ini bermodalkan kedekatan dan kepercayaan bukan sekedar ikatan alumni.

Kegiatan ini bisa berjalan disebabkan kalian percaya dengan saya dan orang lain percaya kepada kalian, bukan karena mereka yakin dengan ganjaran menyantuni yatim, yang ini hal lain. Maka jaga baik2 kepercayaan ini.

Di angkatan 98 juga sama parahnya. Ada keluarga yatim Hesti D3-98, donaturnya baru 3 orang. Yang lebih parah tahun lalu proposal nyangkut di angkatan 91. Ada keluarga yatim alm Isnantoro S1-91 tapi tak satupun donatur dari 91 (kecuali jika 6 orang hamba Allah terdeteksi, mungkin ada dari mereka). Itu sebabnya tahun ini saya tidak sebar proposal ke mereka.

Jika kita hitung kasar satu angkatan FKM yang terdiri dari S1 dan D3 (angkatan 2000-an tanpa D3 tapi jumlah mahasiswa S1 ratusan) ada 200 orang, diambil 10% nya ada 20 donatur tiap angkatan. Jika tiap donatur kasi 100 ribu maka terkumpul tiap angkatan 2 juta. Tahun ini ada 17 angkatan berarti terkumpul 34 juta, target 30 juta terlampaui.

Alih2 dana, donaturnya aja baru dapet 49 orang. Kemana ribuan alumni lainnya ? kena syndrome kotak amal. Liat kotak amal atau liat proposal tiba2 ngilang.

Penyakit ini menjangkiti setiap kumpulan. Dulu di liqo saya ada anggota mantan bodyguard-nya HNW wafat meninggalkan 4 anak yang masih kecil. Waktu itu kami punya yayasan maka sebagai orang yang menghidupkan yayasan saya usul agar anak yatim itu dipelihara oleh yayasan. Semua dana masuk ke yayasan untuk dikelola. Soal dana tenang aja nanti saya yang cari, kata saya.

Namun apa yang terjadi ? tidak ada respon. Teman2 liqo yang sebagiannya pengusaha tidak yakin bisa menyantuni selama bertahun2. Ya udah saya jalan sendiri.

Menurut kalian bergunakah ilmu yang dipelajari sementara ada yatim yang memiliki kedekatan hubungan terabaikan ? belajar adab itu lebih penting daripada belajar ilmu. Menyantuni yatim adalah adab kita kepada sesama manusia.

Jadi jangankan ikatan alumni, ikatan liqo yang lebih kecil aja tidak cukup untuk menggerakkan orang dalam menyantuni yatim.

Fenomena ini tiba2 membuat ingatan saya terbang pada ayat 29 surah Al Fath, ayat yang menegaskan kenapa akhlak utama dari pengikut Nabi mulia ini adalah kasih sayang.

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.

Allah tidak sifati para sahabat ra sebagai orang jujur padahal kejujuran adalah karakter mereka, tidak disifati sebagai pemberani padahal dari merekalah takluk negara besar Romawi dan Persia. Namun Allah sifati mereka sebagai kaum yang berkasih sayang dengan sesama yang dengan ini tidak ada anak yatim yang terlantar.

Kemudian datang satu masa dimana umat ini dikenal sebagai umat modern, semua kebutuhannya cukup dengan sentuhan tangan. Dikenal sebagai umat pintar, banyak lulusan S-3 apalagi S-1. Tapi di masa inilah anak yatim tak dipedulikan. Dan itulah masa kita.

Maka jika yang punya motor ngasi sumbangan tapi yang punya mobil tidak. Jika yang lulusan D3 ngasi sumbangan tapi yang S2 tidak. Jika yang ngaji Iqro ngasi sumbangan tapi yang khatam Al Quran puluhan kali tidak. Jika kalian temui fenomena ini berarti kalian hidup di masa sekarang.

Yang ingin saya katakan disini adalah menjadi orang yang memiliki kasih sayang jauh lebih mulia daripada menjadi orang kaya atau orang pintar. Sebab dengan inilah Allah sifati para sahabat.

Kenapa fenomena ini terjadi ? Sholat jawabannya. Dalam surah al ankabut ayat 45 dijelaskan urgensi sholat.

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.

Termasuk dalam perbuatan keji adalah menghardik anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin, kata Asy Syaqinthi. Begitulah hubungan ayat-ayat dalam surah ini. Ayat tentang menyantuni yatim dan memberi makan orang miskin berkaitan erat dengan sholat khusyu (tidak riya).

ٱلَّذِينَ هُمْ يُرَآءُونَ وَيَمْنَعُونَ ٱلْمَاعُونَ

orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.  (Al Maun : 6-7)

Kata yura’una (ﻳﺮﺍﺋﻮﻥ) ditemukan 2 kali dalam Al Quran, satunya dalam surah an Nisa ayat 142 yang bercerita tentang orang munafik. Jadi kata ini spesial untuk munafik. Kata ini terambil dari kata ra’a (ﺭﺍﻯ) yang berarti melihat, maksudnya adalah bahwa mereka melakukan pekerjaannya sambil melihat manusia sehingga jika mereka tidak melihat manusia (tidak ada yang melihatnya) maka mereka enggan melakukannya.

Orang munafik identik dengan riya atau yang berbuat riya pasti munafik. Riya itu karakternya munafik. Lalu kenapa ada muslim yang mengambil karakter ini ? Yaah namanya juga akhir jaman. Orang bodoh tak puas dengan sebutan muslim yang telah Allah berikan

Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, (Al Hajj : 78)

Mereka menambahi lagi dengan sebutan muslim Pancasila, Islam liberal, dan yang sekarang Islam nusantara. Beragama model gado2, apa aja dicampur. Manusia gado2 seperti ini tak berharga banyak ditemui dipinggir jalan, sebungkus harganya 15 ribu. Beda dengan gudeg Yu Jum yang diberikan Sigit buat saya, walau lauknya macam2 tapi tidak dicampur dalam pembuatannya. Itu sebabnya harganya mahal. Tapi yang nambah mahal itu si pembawanya, GM PKPU. Mana ada ceritanya GM nenteng2 gudeg di pesawat untuk seorang yang Thanos pun gak kenal siapa dia. Semoga Allah merahmati mereka berdua.

Jelas2 Allah sebut kita muslim tanpa ada embel2 lainnya, kenapa harus ditambahin ? Kalo mau nambah tuh gelar bikin panjang. Kuliah sebanyak2nya dan setinggi2nya biar kalo dipanggil gak cuma nama doang tapi ada kumpulan konsonan yang nempel. Bodoh itu gratis, cuma jangan mentang2 nemu di jalan trus diambil sebanyak2nya. Uda jelas ini wilayah agama masih dicampuri juga. Ini namanya bodoh kuadrat.

Al Qurthubi mendefinisikan riya sebagai “melakukan sesuatu dengan tujuan mendapatkan tempat di hati manusia”.

Hidup itu singkat. Tak cukup waktu untuk memuaskan satu orang apalagi seluruh manusia. Lebih baik perdulikan apa yang Tuhan perintahkan, tak usah acuhkan omongan manusia. Sebab Allah telah berfirman tentang mereka :

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku”. (Al Fajr : 27-30)

Manusia melihat dengan ukuran dunia sementara Allah menjanjikan akhirat. Itu sebabnya kita diperintahkan beriman kepada akhirat agar menjadi pemenang.

Kata al maun (ﺍﻟﻤﺎﻋﻮﻥ) hanya ditemukan sekali dalam Al Quran yaitu pada surah ini. ada yang mengatakan ia terambil dari kata ma’unah (ﻣﻌﻮﻧﺔ) yang berarti bantuan. Ada yang mengatakan terambil dari kata al mi’an (ﺍﻟﻤﻌﻦ) yang berarti sedikit.

Ada yang mengataan al maun makna asalnya adalah manfaat segala sesuatu.

Ath Thabari berkata, “Yakni mereka tidak memberikan kegunaan barang2 miliknya kepada orang lain”.

Dari arti2 diatas kita pahami al maun adalah bantuan dari sesuatu yang kecil/sedikit yang dibutuhkan (kegunaannya). Sehingga ayat ini menggambarkan betapa kikir pelaku yang ditunjuk ayat ini. Jangankan bantuan yang bersifat besar, yang kecil pun enggan diberikan. Jangankan bantuan berupa pemberian habis seperti memberi segelas air, meminjam yang tak menghabiskan fungsi barang seperti meminjamkan buku pun tidak diberikan.

Ayat ini mengandung larangan untuk kikir dalam hal2 remeh sebab kikir dengan benda2 tersebut adalah puncak kebakhilan. Jangan kikir dengan menghardik yatim, nyantuni kagak malah menyinggung perasaan mereka. Jangan kikir dengan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, sekedar ngedukung lewat ucapan aja kagak apalagi ngasi sumbangan. Siapa mereka ? itulah para musholli (orang yang sholat) yang celaka.

Surah ini mempertemukan dimensi langit dengan dimensi dunia. Sholat adalah dimensi langit sementara santunan yatim dan dhuafa adalah dimensi dunia. Keduanya terikat kuat. Itu sebabnya Sayyid Qutb mengatakan hakikat iman setelah mantab didalam hati maka secara otomatis tergerak untuk beramal shalih. Apabila aktivitas ini tidak menyatu maka hal ini menjadi tanda tidak adanya iman sama sekali. Demikianlah yang diterapkan dalam nash surah in

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: