Tafsir Surat Al Ma’un Ayat 4-5

surat al ma'un 4-5
Ilustrasi foto: tahsin.id
Bagikan

Tafsir Surat Al Ma’un Ayat 4-5

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Lanjut lagi kajian tafsirnya ya… menurut versi Eri sudah sampe ayat 3 maka sekarang masuk ay at 4 dan 5. Grup ini dipake karena banyak yg kirim doa via japri ke Agus, jadilah grup ini dikembalikan ke aslinya.

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

Ini kutukan ! ini ancaman dengan kecelakaan bagi orang yang sholat tetapi lalai dari sholatnya.

Kehancuran dan siksa untuk orang2 munafik yang sholat dan memiliki sifat2 buruk ini : (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, mereka lupa akan sholat mereka dengan meremehkan dan mengakhirkannya.

Kata wail (ﻭﻳﻞ) digunakan dalam arti kebinasaan dan kecelakaan yang menimpa akibat ulah yang bersangkutan. 27 kali kata ini terulang dalam Al Quran, semuanya digunakan untuk ancaman. Allah mengancam, habislah mereka !

Ibnu Abbas berkata, “Dia adalah orang yang jika sholat tidak mengharapkan pahala dan jika tidak sholat dia tidak takut siksanya”. Abu Aliyah berkata, “Mereka tidak sholat pada waktunya, tidak ruku dan sujud dengan sempurna”. Nabi ﷺ pernah ditanya tentang ayat ini dan beliau menjawab, “Mereka adalah orang2 yang mengakhirkan sholat dari waktunya”.

Yang diancam adalah yang melalaikan sholat, yang diistilahkan dengan kata sahun. Sahun (ﺳﺎﻫﻮﻥ) terambil dari kata saha (ﺳﻬﻰ) yang diartikan lalai, lupa. Kata ini ditemukan 2 kali dalam Al Quran, keduanya digunakan dalam konteks celaan. Dalam surah ini dan surah Adz Dzariyat ayat 10-11

قُتِلَ ٱلْخَرَّٰصُونَ ٱلَّذِينَ هُمْ فِى غَمْرَةٍ سَاهُونَ

Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta,  (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai,

Dalam kamus bahasa kata saha dijelaskan sebagai “seseorang yang hatinya menuju kepada sesuatu yang lain sehingga pada akhirnya ia melalaikan tujuan pokoknya”.

Tujuan pokok sholat adalah ibadah kepada Allah, ini malah demi pencitraan. Tujuan sholat adalah penghambaan dan penyerahan totalitas di hadapan Allah, ini malah membuat tandingan atas syariat Allah. Wajar saja jika orang dengan niat seperti ini akan menyepelekan dan mengakhirkan sholat. Dan inilah perilaku orang munafik.

Ulama tafsir berkata, “Firman Allah dalam ayat ini menggunakan ‘an (ﻋﻦ) menunjukkan ayat ini untuk orang munafik.

Itulah sebabnya sebagian ulama salaf berkata, “Segala puji bagi Allah yang berfirman عَن صَلَاتِهِمْ (‘an sholatihim) dan tidak berfirman ﻓﻰ صَلَاتِهِمْ   (fii sholatihim/dalam sholatnya). Seandainya Allah berfirman ﻓﻰ صَلَاتِهِمْ  , tentu sasarannya kaum muslimin.”

Jika ayat ini berbunyi fii sholatihim berarti celakalah orang2 yang pada saat sholat hatinya lalai, menunjuk sesuatu diluar sholat. Celakalah orang2 yang tidak khusyuk dalam sholatnya dan celakalah orang2 yang lupa jumlah rakaat sholatnya.

Untungnya ayat ini tidak berbunyi demikian, bisa habis kita terkena ancaman dan kutukan Allah gara2 lupa jumlah rakaat atau gara2 tidak khusyu. Begitulah Al Quran satu kata menimbulkan perbedaan makna yang dahsyat.

Kalo gitu mendingan gak sholat dong, gak kena ancaman pikir orang sekuler. Syaikh Asy Syaqinthi berkata, “Jika ada ancaman terhadap orang lalai dari sholat, lalu bagaimana dengan orang yang sengaja meninggalkannya ?”

Pada bagian pertama ayat 1-3 menjelaskan siapa yang mendustakan agama tanpa menjelaskan kecelakaan yang menimpa mereka. Sedang bagian kedua (ayat 4-5) mengandung ancaman kecelakaan yang akan mereka hadapi tanpa menjelaskan mereka pada hakikatnya mendustakan agama (hari pembalasan). Kedua bagian surah ini saling melengkapi. Apa yang diinformasikan pada bagian pertama tidak dijelaskan pada bagian kedua, demikian sebaliknya. Itu sebabnya digunakan kata penghubung fa (ﻑ) dalam kalimat fa waillul.

Apa hubungannya menghardik yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin dengan lalai dari sholat ? Awal semua perilaku ini adalah kafir dengan kebangkitan dan mendustakan hari kiamat, demikian kata mufasirin. Jadi jangan antm harap nenek banteng yang telah mendustakan hari pembalasan rajin sholat. Dan jangan pula antm harap dia menyantuni anak yatim dari uang pribadinya, coba aja cari di google cuma ketemu satu. Masih kalah ama alumni FKM yang uda 2 kali ngadain santunan walau ekonominya pas2an.

Ini mengherankan bagi seorang pejabat. Mereka bisa buat kegiatan amal tanpa mengeluarkan uang sepersenpun. Dulu ada menristek jaman Gusdur bernama AS Hikam, pas bulan puasa bikin santunan yatim di rumahnya. Dia bilang ke bagian keuangan, siapin uang 200 juta buat acara buka puasa bersama dan santunan. Yang jadi juru bayar tetangga saya. Artinya bukan hal aneh kalo pejabat bikin acara amal. Yang aneh kalo punya uang banyak dan punya kekuasaan tak terbatas tapi bikin santunan yatim aja gak bisa.

Begitulah jika Allah sudah mengunci mati hati mereka, bahkan untuk kegiatan yang tinggal menjentikkan jari seperti yang dilakukan Thanos pun mereka tak mampu. Beruntung dan benar2 sungguh beruntung kita tidak termasuk kelompok tersebut. Ekonomi boleh ngepas tapi hati seluas samudera jauh lebih baik daripada orang yang dijadikan ekonomi seluas samudera tapi hatinya sesempit lubang semut.

Santunan 7 Juli kemarin bikin saya trenyuh. Sedari awal panitia sudah briefing anak yatim silakan cari sepatu sekolah terserah mau merek apa. Takut kemahalan ibunya nanya berapa budgetnya. Feri kasi tau budget sepatu 500 ribu. Angka ini masih masuk untuk sepatu sekolah yang ada di Matahari Dept Store. Muter2 nyari sepatu malah bingung sampe timbul opsi bisa gak angka tersebut dijadiin sepatu dan sandal. Saya liat sandalnya, masya Allah… tuh anak pake sandal karet. Ke mall pake sandal kumuh begitu. Duh… kalo saya punya uang banyak, uda saya borong tuh mall. Biar selamanya mereka tak perlu membeli sandal lagi. ??

Kegiatan santunan ini adalah bukti pembeda keislaman kita dengan mereka. Orang yang disantuni jelas keberadaannya, panitianya pun jelas amanahnya. Jika tak mampu bersedekah maka jadilah jalan bagi orang lain untuk bersedekah. Jangan berpandangan acara ini bukan urusan saya. Sesungguhnya santunan ini urusan kita semua selama kita menjaga sholat. Ini namanya hablu mina Allah wa hablu minan naas, tak bisa dipisahkan. Hubungan kita dengan Allah akan baik selama kita menjaga hubungan dengan manusia. Dan begitu sebaliknya

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: