Rule No.5: Do’a

Iman
Ilustrasi foto: umroh.com
Bagikan

Rule No.5: Do’a

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Jadi rule pertama dalam pintu rezeki adalah yakin setelah itu tau pintu-pintu rezeki dan meyakininya. Lagi-lagi yakin. Beragama itu ternyata memupuk keyakinan. Disinilah fungsinya iman. Banyak-banyak belajar ilmu tauhid agar kita mengenal siapa Allah, bagaimana sifat dan perbuatanNya. Agar membekas pada diri kekuasaan dan keperkasaanNya saat kita menghadapi kezhaliman. Agar terasa rahman dan rahimNya saat kita menghadapi ujian.

Kita harus yakin bahwa apa yang diminta dalam doa jika berupa harta adalah sesuatu yang tak bernilai sehingga peluang terkabulnya besar. Beda jika kita minta surga, dagangan ini mahal gak cukup dengan doa bahkan dengan amal sekalipun.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al Baqarah : 214)

Maksud saya nulis begini adalah jika kita punya masalah ekonomi maka yang harus terlintas pertama kali dalam pikiran adalah minta kepada Allah. Karena meminta kepadaNya mudah, gampang, dan pasti cair. Mintanya yang serius jangan main-main. Susun kalimat permintaan dengan baik seperti menyusun proposal. Ulangi berkali-kali permintaan tersebut. Nah jika seluruh permintaan sudah terucap kemudian hati menjadi tenang, itu tanda kita sudah berada pada jalur yang benar.

Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Rad : 28)

Jika sudah berdoa tapi hati masih was-was, belum yakin apakah akan dikabulkan berarti masih harus diperbaiki doanya.

Biasakan menghadap Allah sebelum menghadap manusia, biasakan meminta kepada Allah sebelum meminta kepada manusia. Orang2 seperti inilah yang diguarantee kefakirannya dalam Al Quran.

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. (Al Baqarah : 273)

Mereka tidak meminta kepada manusia tetapi meminta kepada Allah. Kemudian Allah utus malaikatNya agar membisikkan kebaikan kepada para agniya (orang kaya) untuk berinfak kepada mereka. Tanpa perlu datang kepada manusia justru manusia yang datang kepada mereka.

Tersebutlah kisah Hatim Al Ashom, seorang ulama besar yang hidup pada abad 8 M. Suatu hari dia berkata kepada istri dan 9 putrinya bahwa ia akan pergi utk menuntut ilmu. Istri dan putri putrinya keberatan. Karena siapa yang akan memberi mereka makan.

Salah satu dari putri-putri itu yang berusia 10 tahun dan hapal Al Quran menenangkan semua: “Biarkan beliau pergi. Beliau menyerahkan kita kepada Dzat Yang Maha Hidup, Maha Memberi rizki dan Tidak Pernah mati!”

Hatim pun pergi.

Hari itu berlalu, malam datang menjelang…

Mereka mulai lapar. Tapi tdk ada makanan. Semua mulai memandang protes kepada putri 10 tahun yang telah mendorong kepergian ayah mereka.

Putri hapal Al Quran itu kembali meyakinkan mereka: “Beliau menyerahkan kita kepada Dzat Yang Maha Hidup, Maha Memberi rizki dan Tidak Pernah mati!”

Dalam suasana seperti itu, pintu rumah mereka diketuk. Pintu dibuka. Terlihat para penunggang kuda. Mereka bertanya: “Adakah air di rumah kalian?”

Penghuni rumah menjawab: “Ya, kami memang tidak punya apa-apa kecuali air.”

Air dihidangkan. Menghilangkan dahaga mereka.

Pemimpin penunggang kuda itu pun bertanya: “Rumah siapa ini?”

Penghuni rumah menjawab: “Hatim al Ashom.”

Penunggang kuda terkejut: “Hatim ulama besar muslimin…!”

Penunggang kuda itu mengeluarkan sebuah kantong berisi uang dan dilemparkan ke dalam rumah dan berkata kepada para pengikutnya: “Siapa yang mencintai saya, lakukan seperti yang saya lakukan.

Para penunggang kuda lainnya pun melemparkan kantong-kantong mereka yang berisi uang. Sampai pintu rumah sulit ditutup, karena banyaknya kantong-kantong uang.

Mereka kemudian pergi.

Tahukah kalian, siapa pemimpin penunggang kuda itu…?

Dia adalah Khalifah Abu Ja’far Al Manshur, amirul mukminin.

Kini giliran putri yang hapal Al Quran itu memandangi ibu dan saudari-saudarinya. Dia memberikan pelajaran aqidah yg sangat mahal sambil menangis:

JIKA SATU PANDANGAN MAKHLUK BISA MENCUKUPI KITA, MAKA BAGAIMANA JIKA YANG MEMANDANG KITA ADALAH AL KHOLIQ

Bekerjalah kepada Allah maka kalian tak pernah sedikitpun kecewa. Minta kepadaNya dalam doa2 malammu. Tumpahkan semua keluh kesah dan gundah gulana hingga hati menjadi tenang. Kemudian tunggu keajaiban dariNya.

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (Al Mumin : 60)

Allah tidak berfirman Berdoalah kepada-Ku dengan hati yang khusyu atau dengan hati yang tenang atau hati yang dipenuhi iman. Tidak, Dia tidak mensyaratkan sesuatu untuk berdoa yang penting doa itu ditujukan kepadaNya.

Misalkan setelah selesai kegiatan santunan panitia silaturahim ke rumahnya Irma. Sebelum pulang saya minta dibawain nasi Briyani. Karena Irma menghargai jerih payah saya maka diberikanlah nasi Briyani satu nampan lengkap dengan lauk kambing bakarnya. Dari keseluruhan panitia hanya saya dapat. Yang lain protes ke Irma, “qo hanya bang Deni yg dikasi padahal semuanya ikut kerja ?”

Dijawab oleh Irma dengan singkat, “kenapa kalian tidak minta ?”

Begitulah pasca lulus kuliah walau sama-sama menyandang gelar SKM tapi rezeki kita berbeda-beda. Karena ada yang minta rezeki kepada Allah dan ada yang diam. Dari yang minta ada yang serius dan ada yang setengah-setengah. Yang serius ada yang terus menerus berdoa dan ada yang temporer. Begitulah kondisi manusia terpilah-pilah dalam doa.

Kalian pernah liat terjemahan doa saya yang pernah diposting disini? scroll keatas kalo belum diclear. Itu adalah sebagian kecil yang saya baca di akhir malam. Kalo saya tumpahkan semua keinginan maka akan memakan waktu sekitar 30 menitan. Biasanya sebelum berdoa saya liat jam, berapa waktu yang tersisa jelang sahur.

Qo doanya lama bang? Karena impian saya besar dan keinginan saya banyak. Semakin besar impian seseorang maka untuk mewujudkannya semakin lama dia berdiri di akhir malam, semakin panjang dia berdoa, dan semakin dalam dia sujud.

Kenapa harus bangun malam? yang namanya mimpi itu di malam hari, kalo siang hari namanya males. Walau kalian tidur siang karena malamnya lelah maka tidur kalian tak bermimpi. So.. yang punya impian dalam hidup harus bangun malam tuk menjemputnya.

Itu sebabnya kalo bangunin istri saya ngomong gini :”Yang bangun.. ayo kita jemput impian”.

Kebiasaan buruk kita adalah jika selesai beramal lupa berdoa atau menyepelekan doa padahal kisah para nabi mengajarkan sebaliknya. Bahkan dalam doa keseharian Nabi Muhammad ﷺ yang terhimpun dalam hadits sangat banyak.

Nabi Ibrahim selesai menjalankan perintah Allah membawa anak istrinya ke Mekkah kemudian berdoa : Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim : 35)

Nabi Musa selesai beramal menolong kesulitan orang kemudian berdoa : Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku (Al Qashash : 24)

Kalian liat ada unsur dunia dalam doa kedua Nabi mulia diatas. Dan Allah kabulkan doa mereka dengan ganjaran yang melimpah. “Istri ente kan abis road show dengan imam dari Palestine, harusnya setelah itu berdoa”, kata saya kepada Budi. Minta kepada Allah hajat kebutuhan hidup.

Abis ngaji berdoa, abis seminar berdoa sampai pulang kerja mencari nafkah untuk keluarga pun diakhiri dengan doa. Bertawasul-lah dengan amal dalam doamu. Ya Allah dengan amal … (sebut amalnya) maka berikanlah/jadikanlah … (sebut keinginannya)

Bermimpilah dan bangunlah di 1/3 malam tuk menggapai mimpimu

Apa impian besar kalian?

Ada yang pengen naik haji bersama keluarga, ada yang pengen jadi pengusaha beromzet ratusan juta perbulan, ada yang ingin suaminya dapet kerja di tempat yang bagus, ada yang pengen jadi PNS di puskesmas, ada yang minta kecukupan rizki sehingga tak perlu berhutang.

Itu impian-impian yang kalian titipkan ke Agus agar dibacakan saat wukuf besok. Jika impian-impian ini tidak membuat kalian bangun malam maka impianmu mungkin tidak sebesar yang kalian katakan.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: