Kaum Luth dan Kesungguhan

Kaum Luth dan kesungguhan
Ilustrasi foto: islam-paripurna.com
Bagikan

Kaum Luth dan Kesungguhan

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Allah janjikan keselamatan kepada Luth dan pengikutnya sebagaimana ucapan malaikat.

sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?”. (Hud : 81)

lalu apakah Luth dan pengikutnya berleha2, santai aja toh sudah ada jaminan ? Tidak ! ini masalah yang genting ! jangan lalai, perhatikan peringatan ini :

1. Waktu Subuh sudah dekat, ayo segera berangkat, tinggalkan tempat ini

2. Jangan tengak-tengok ke belakang lagi, fokus lari dari tempat ini secepat-cepatnya.

Masya Allah… tak ada yang diam, tak ada yang pasrah menyerah pada takdir. Semua bergerak dengan gerakan yang cepat dan fokus. Saking fokusnya sekedar tengak tengok aja tidak boleh. Betapa berharganya waktu saat itu.

Ada yang menggelitik kalo kita tadaburi ayat ini. Siksaan kan datang untuk kaum durhaka bukan untuk orang beriman. Dan jika azab datang tidak mungkin salah alamat sebagaimana firman Allah :

Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (QS. Huud: 81-83)

Setiap orang zhalim yang akan kena adzab sudah ditandai bakal mati oleh apa, apakah oleh batu atau tertimbun tanah yang dibalik. Yang tidak ditandai seperti pengikut Luth tidak akan mati. Lalu kenapa orang beriman diperintahkan bersegera meninggalkan TKP dan gak boleh memperlambatnya seperti tengak tengok ?

Ini agar mereka fokus pada amal di waktu itu. Setiap langkah kaki diitung pahala dan setiap keringat yang bercucuran akan ditimbang. Namun jika mereka berhenti atau mengurangi jumlah langkah kaki maka ganjarannya akan sedikit. Selain itu menengok ke belakang bisa menimbulkan sesalan dan memperlambat (jalan) amal.

Nabi Luth dan pengikutnya adalah orang shalih yang dijanjikan selamat dari adzab bagi kaum Sodom. Meski begitu, mereka tetap diminta bersungguh2 keluar dari negeri Sodom dan fokus menghindarkan diri dari adzab yang menimpa kaum durhaka.

Hal ini terjadi pula pada kisah Nabi Musa dan Bani Israil. Mereka adalah kaum yang ditakdirkan akan disusul oleh bala tentara Firaun dalam pelariannya. “karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli”. (Asy Syuara : 52). Namun apa kita lihat mereka berleha2, santai, tak optimal dalam berjalan. TIDAK… Padahal secepat2nya mereka berlari tetap saja terkejar karena begitulah yang Allah takdirkan.

Jarak dari Kairo ke 12 sumur yang dahulunya adalah mata air yang memancar dari batu akibat dipukul oleh tongkat Musa adalah 160 km. Kita anggap ini adalah jarak tempuh perjalanan Bani Israil melarikan diri dari Firaun. Sungguh sebuah perjalanan yang menandakan kesungguhan menjalankan perintah Allah.

Begitu pula dengan virus covid-19. Siapa yang terkena dan bagaimana efeknya sudah ditakdirkan Allah. Yang jelas virus ini ada bukan untuk membinasakan orang beriman karena muncul pertama kali di wilayah Wuhan. Lalu apakah karena virus tersebut diperuntukkan untuk orang kafir kemudian kita santai, percaya dengan iman yang dimiliki ? Tidak !!

Kita harus menghindar, lari sejauh2nya. Lihatlah Nabi Luth dan pengikut, tetap sungguh-sungguh hindari bahaya adzab. Jangan menantang bahaya seperti yang dilakukan pemkot Bekasi yang tetap ngadain CFD (berdasarkan rapat dadakan wakil walikota 14 maret CFD ditiadakan selama 2 pekan). Ini bukan karakter iman.

Ada sebuah hadits yang saya baca di buku Tawakkal-nya Yusuf Qardhawi. Rasulullah ﷺ pernah berjalan cepat saat melintasi tembok yang miring (mau roboh) kemudian beliau berkata, “saya kuatir dengan kematian yang tiba2”. Makna peristiwa ini adalah bahaya yang mungkin timbul harus dihindari atau dicegah. Kalo bahasanya Feri sang dosen mencegah terjadinya nearmiss (nyaris celaka), bukan kecelakaan lagi yang dicegah tapi dari nearmiss uda dicegah. Ini karakter iman, kematian itu pasti dan tidak bisa dicegah tapi menantang kematian adalah sebuah perbuatan bodoh.

Ngebut di jalan raya, naik motor gak pake helm, atau membiarkan anak SD naik motor adalah contoh kebodohan. Sementara orang beriman adalah orang yang cerdas, mereka tidak akan membiarkan kebodohan seperti itu ada pada dirinya.

Orang beriman itu tidak berkumpul dengan orang tak dikenal ketika virus corona melanda wilayahnya. Pergi ke mall, ke tempat wisata, dan ke tempat umum lainnya adalah perbuatan menantang kematian. Nabi Luth dan pengikutnya yang ditakdirkan selamat saja masih berlari menghindari adzab masa iya kita yang tidak ketauan bagaimana takdirnya malah nantangin corona.

Kalian ini kalo ada barang bagus maunya disimpen sendiri aja, utamakan sodaramu yang belum menikah sebagaimana kaum anshor mengutamakan kaum muhajirin.

“dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” (Al Hasyr : 9)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: