Rule No.3: Kemudahan
Rule No.3: Kemudahan
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Rule ketiga dalam mendapat rezeki adalah kemudahan. Menyambung silaturahim adalah jalan memudahkan kita mendapat rezeki sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Rasûlullâh ﷺ bersabda,
‘Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya, dan agar diakhirkan sisa umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali rahimnya (tali silaturahim). [HR. Al-Bukhâri, no. 5985]
“Ente sekeluarga berapa saudara ?” tanya saya
“Lima orang,” jawab Budi.
“Coba bayangin bagaimana dulu ortu ente bisa nyekolahin anaknya 5 sampe sarjana. Lha ente baru punya anak 3, yang pertama baru masuk SMP uda empot2an”, kata saya.
Ortu kita dulu rajin silaturahim. Mereka ngaji gak kebanyakan materi. Mereka meyakini apa yang didapat dan menjalankannya. Beda ama kita, uda seribu dalil keluar tetep males. Alasan mah ada aja, Ahad pertama tiap bulan nengokin anak di pesantren Kuningan, Ahad kedua dan ketiga kegiatan DPRa & DPC, Ahad keempat untuk keluarga. Pokoknya sibuk banget. Bahkan jika jumlah Ahad ditambah tiap bulannya, tetap gak ada waktu.
Orang2 yang menjalin silaturahim selalu berada pada jalan yang tepat dalam meraih rezeki, seakan2 dia tau mana makanan yang terhidang dan mana yang tidak. Orang awam hanya bisa melihat outputnya yakni saat usahanya sukses atau perniagaannya lancar.
“Masalah rumah tangga kita yang utama adalah rezeki”, kata saya kepada Budi. Dan ini pernah saya katakan dalam materi2 sebelumnya. Allah kasi jalan lewat lisan NabiNya, banyakin silaturahim. Ee… kita malah mager. Menyambung silaturahim itu bukan ketemu dengan orang yang baru kenal tapi datang kepada orang yang sudah lama tak bertemu, baik itu teman kita sendiri atau teman dari alm ortu.
“Kapan2 angkatan 96 seperti Salam, Agus, Chandra, Rudi, Zikri kumpul sama bang Deni” pinta Budi pada akhir pertemuan. Saya sih mengiyakan aja walau tak yakin mereka bisa kumpul.
Iyalah kalo pada rajin silaturahim gak muat garasi saya dipenuhi mobil mereka tapi karena masih ogah2an cuma buat naro motor sih masih muat.
Kemarin ada ikhwah eks temen liqo dulu WA ke saya ngajakin silaturahim ke temen2 SMA. Sebelumnya ada yang ngajakin silaturahim ke sesepuh dakwah. Teman2 saya kalo ngajak kumpul selalu minta saya yang koordinir, karena pasti jadi. Itu mungkin karena saya punya kharisma sebagai pengumpul massa. Tapi kali ini saya ogah. Capek2 ngerancang silaturahim, luangin waktu, datang ke lokasi, ee… pas hari-H pada WA : afwan gak bisa hadir. Yang lebih ngeselin ada WA : afwan dateng telat, ditunggu lama sejurus kemudian WA lagi : afwan masih di lokasi anu kayaknya gak kekejar kalo harus dateng. Blegedes… dikira kita gak ada kerjaan apa nungguin dia.
Kalo mau silaturahim dateng aja langsung gak usah nunggu2 yang lain. Kalo pake acara nungguin yang lain sampe lebaran kuda juga gak jadi2. Buktinya Budi yang janjian ama Zikri, Nursalam, dan Chandra malah dateng sendirian. Maryadi yang janjian bareng Ajun juga dateng sendirian. Silaturahim itu mudah, ya uda bikin gampang aja. Kalo kita bikin kegiatan seperti halal bil halal dan silaturahim di masjid UI dulu malah sulit. Capek2 koordinasi yang dateng cuma saya, Feri, dan Nurul.
Hidup itu yang dicari adalah kemudahan. Mau belajar komputer cari buku : Cara Mudah Mengerti Office. Mau menghapal Al Quran ikut pelatihan : Mudahnya menghapal Al Quran.
Itu sebabnya Nabi Musa as berdoa agar dimudahkan urusan. Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, (Thaha : 25-16). Dan Nabi Muhammad ﷺ pun dimudahkan urusannya dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu ? (Alam Nasyrah : 2-3)
Ada orang jadi makelar tanah cuma ngasi tau tanah yang dijual didaerah Cilandak dapet uang ratusan juta, yakni tetangga saya. Tahun lalu dia kurban 3 ekor sapi, salah satunya untuk musholla saya. Mudah ya dapet duitnya… sementara saya bertahun2 sebar info tanah dijual di berbagai daerah gak ada yang nyangkut. Belum rezeki kata orang.
Ada orang DO dari Harvard University bikin program jejaring sosial, meledak jadi orang kaya namanya Mark Zuckenberg. Ribuan orang ngikutin jejaknya tapi tak satupun yang mendapatkan hasil yang sama. Yang ngikutin bukan hanya yang DO tapi yang lulus cum laude pun gagal.
Anda bisa saja meng-copy cara orang berbisnis tapi tidak bisa mem-paste hasilnya.
Rezeki uda ada takarannya, kata orang.
Sayangnya ada orang yang memaksa menambah rezeki yang sudah di-kadar-kan. Ada dosen uda tua, ngajar tiap pekan kecuali 2 hari. Di hari liburnya itu dia nge-gocar. Kalo diem aja di rumah otak jadi tumpul katanya. Duit gak butuh2 amat, anak uda mandiri, kenapa juga sisa harinya tidak digunakan untuk beribadah kepada Allah. Orang seperti ini yang menghabiskan waktu dan mengurangi ibadahnya. Hidupnya habis untuk dunia.
Jadi apakah mencari rezeki tidak boleh semangat, harus biasa saja ? Tidak. Melahap makanan yang terhidang di meja silakan sampai habis. Yang uda jadi ASN dan pegawai harus semangat karena itulah hidangan yang tersedia. Tapi mencari rezeki yang bukan ada di meja jangan ngoyo.
Lho bagaimana kita tau itu rezeki ada di meja atau bukan ? silaturahim inilah yang memudahkan kita mendapat bimbingan. Ada orang2 terpilih yang Allah bimbing untuk mengetahui jalan rezekinya.
Sementara bagi orang awam taunya pas dapet atau pas gagal. Berkali2 masukin lamaran di Kemenkes gagal mlulu sampe syarat usia tak mencukupi sehingga kata suami, ya uda mungkin ini bukan rezeki kita. Tapi bagi orang tertentu bisa tau saat proses berlangsung.
Pintu kemudahan lainnya adalah mengasihi orang2 yang lemah seperti ortu. Di muka bumi ini ada orang2 yang lemah secara fisik dan psikis. Dan kewajiban Allah lah memberi mereka rezeki. Namun disebabkan ketidakmampuan mereka dalam mencari rezeki maka Allah utus orang2 tertentu untuk menyantuni mereka. Nah orang2 tertentu inilah orang yang Allah luaskan rezekinya.
Ibu bapak kita termasuk mertua adalah orang lemah. Lemah ekonomi dan lemah fisik. Dari Maryadi sampai Budi ceritanya seragam, berbakti kepada ortu langsung dapet ganjaran dari Allah. Maryadi ngerasain saat dapet panggilan kerja di Freeport. Budi ngerasain saat dapat panggilan kerja dari 2 perusahaan. Dahsyat memang.
Ada lagi yang lemah yakni anak2. Kasihi dan cintai anak2 kita maka rezeki akan luas, termasuk anak yatim.
“Tau cerita seorang perempuan berzinah dan masuk surga karena memberi minum seekor anjing yang kehausan ?” tanya saya kepada Budi.
“Tau”, jawab Budi.
“Ada mahluk Allah yakni seekor anjing yang tidak berdaya hampir mati kehausan karena tidak ada setitik airpun di atas tanah kemudian ada seorang pendosa yang ambil air didalam sumur. Dia gigit terompahnya dengan giginya sementara kedua tangan memanjat keatas. Sampai diatas, air dalam terompah diberikan kepada anjing sehingga ia terhindar dari kematian. Allah berterima kasih kepada wanita tersebut dan memasukannya ke dalam surga”, papar saya.
“Kemana itu dosa perzinahan ? hilang. Dosa sebesar itu tidak penting di mata Allah”, lanjut saya. “Yang memberi minum anjing saja segitu ganjarannya lalu bagaimana jika kita memberi makan anak yatim yang kelaparan ?”.
“Pernah saya diwawancara oleh seorang ikhwah untuk program wakaf. Terakhir dia tanya apa aktivitas saya sekarang ?” cerita saya lagi ke Budi. “Saya jawab bikin santunan yatim. Bukan itu katanya kalo itu kan untuk akhirat, maksudnya aktivitas dunia yang menghasilkan duit. Saya jawab ya itu santunan yatim”.
Dia gak paham dan memang tidak bakal paham karena masalah seperti hanya didapat dari pengalaman. Ada orang2 yang tak mampu mencari nafkah padahal kewajiban Allah memberi mereka rezeki. Tidak mampu ini bisa karena fungsi inderanya belum bisa digunakan atau karena kemampuannya terbatas. Kemudian saya datang membawa kegiatan santunan sehingga mereka bisa bertebaran diatas bumi. Ada kewajiban Allah yang diwakilkan ke saya maka sebagai wakil kondisinya sesuai yang diwakilkan.
Kemarin Budi datang ke Jakarta dalam rangka tugas kantor. Sebagai wakil dari PT Arutmin dia dapat fasilitas naik pesawat Garuda yang tiketnya 1,5 juta. Sementara kalo yang datang ke Jakarta adalah PRT naiknya kapal laut. Beda kelas. Setiap orang mempresentasikan yang diwakili.
Allah lebih kaya daripada PT Arutmin bahkan dari semua perusahaan yang ada di dunia. Kalo saya jadi wakil Tuhan maka sudah pasti fasilitasnya jauh lebih hebat daripada yang diberikan oleh perusahaan manapun. Itu sebabnya saat kegiatan ini usai tanggal 4 Agustus saya minta ‘gaji’ kepada Allah. Lho ? Iyalah kewajiban Allah jika kita kerjakan pasti dapat ganjaran yang besar.
Harusnya kan ini kewajiban orang2 yang telah Allah luaskan rezekinya seperti Chairul Tanjung dan Rahmat Gobel bukan kewajiban orang yang ekonominya pas2an seperti kita. Maka jika kita mengambil pekerjaan ini berarti kita dipandang ‘mampu’ secara ekonomi. Ya udah kalo dianggap ‘mampu’ jadikan saja mampu secara realita. Tinggal minta kepada Allah. Ya Allah kami telah memudahkan urusan mereka maka mudahkanlah urusan kami, Ya Allah kami telah memberi mereka makan maka berilah kami rezeki. Ini namanya berdoa dengan tawasul kepada amal.
Makanya saat diminta berdoa pada acara santunan tgl 17 Juli kemarin, pertama kali yang saya minta adalah agar Allah menerima amal ini. Allahumma taqabbal a’malana, Ya Allah terimalah amal2 kami. Ya Allah terimalah amal2 kami. Aamiin
Recent Comments