Setelah Ramadhan, What’s Next?

Rambu jalan menuju surga
Bagikan

Setelah Ramadhan, What’s Next?

Daftar Isi

Oleh: Muhyidin, SKM

Note: tulisan ini telah dimuat di buletin KALAM (Kajian Islam Lobam) pada bulan November 2006

Setelah sebulan penuh kita digembleng di bulan Ramadhan, kini kita memasuki bulan Syawal dan semoga kita kembali fitri. Ibarat sebuah kertas, kita memasuki lembaran baru yang putih belum terkontaminasi.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum: 30)

Ibarat seorang atlit, kita telah digembleng, dilatih selama sebulan penuh untuk persiapan pertandingan. Ya pertandingan, pertandingan untuk sebelas bulan setelahnya. Membekaskah hasil tarbiyah ruhiyah kita? Apakah nilai-nilai ibadah (puasa, tarawih, tadarus, i’tikaf, zakat, memberi makan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa dan sebagainya) yang kita kerjakan di saat Ramadhan juga dapat diterapkan di bulan-bulan berikutnya?

Bulan Syawal merupakan bulan peningkatan, terutama dalam hal kualitas maupun kuantitas ibadah kita. Bagaimana caranya? Berikut ini adalah beberapa tipsnya yang kami himpun dari beberapa sumber:

Puasa enam hari di bulan Syawal

Abu Ayyub Al-Anshari Ra meriwayatkan, Nabi Saw bersabda:

“Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan, lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti berpuasa selama satu tahun.” (HR Muslim)

Meneruskan kebiasaan shalat malam

Malam-malam Ramadhan yang kita isi dengan shalat tarawih, witir, tahajud dan sebagainya, kebiasaan ini sebaiknya kita teruskan agar kesucian (fitrah) tetap dapat dipertahankan. Allah SWT berfirman:

“Dan pada sebagian malam haari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang mulia” (QS. Al Isra: 79)

Meneruskan kebiasaan bersedekah

Di bulan Ramadhan biasanya tangan begitu mudah terbuka memberi uluran bantuan kepada orang yang membutuhkan. Zakat maal, zakat fitrah, atau fidyah maupun infaq/shadaqah yang kita lakukan sebagai wujud ketaatan kepada Allah. Di luar Ramadhan, kebiasaan ini harus tetap kita lestarikan.

Berinteraksi dengan Al Qur’an

Kalau di bulan Ramadhan kita sering membaca Al Qur’an bahkan ada yang sampai khatam berulang kali. Di luar Ramadhan, jangan sampai kebiasaan ini menjadi pudar. Berinteraksi dalam arti hidup dalam naungan Al Qur’an, baik secara tilawah (membaca), tadabbur (memahami), hifzh (menghafalkan), tanfidz (mengamalkan), ta’lim (mengajarkan) dan tahkim (menjadikannya sebagai pedoman).

Menjaga hati

Ketika Ramadhan datang, kita selalu berusaha menjaga hati dari hal-hal yang dapat merusak puasa. Di luar Ramadhan, kebiasaan ini harus tetap kita jaga seperti menjaga pandangan terhadap lawan jenis (pria maupun wanita yang bukan mahram), tidak mengadu domba atau menggunjing orang, berdusta dan sebagainya. Untuk itu hendaklah selalu berusaha memperbaiki hati dengan berdzikir mengingat Allah, ingatlah hanya dengan berdzikir mengingat Allah, hati menjadi tenang.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: