Panggilan yang Indah

Panggilan yang Indah
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Sebelum cerita lebih jauh tentang kisah Yusuf maka pahami dulu kondisi lapangan. Sehingga gak kaget kayak mahasiswa baru masuk ke FKM, lho qo banyak perempuannya ?
Masyarakat dan pemerintahan di masa Yusuf mengakui keberadaan Allah. Mereka adalah orang-orang yang menetapkan keberadaan Allah azza wa jalla namun mereka menyekutukan Allah dengan peribadatan yang mereka miliki.
“Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? “. (Yusuf : 39)
Yusuf tidak menjelaskan siapa Allah Yang Maha Esa tapi membandingkan tuhan2 yang mereka sembah denganNya. Itu artinya mereka sudah tau siapa Allah. Jadi dakwah Yusuf adalah memberantas sedekah laut, sedekah gunung hingga yang keren mereduksi UU sekuler. Beda dengan dakwah Musa yakni menghadapi Firaun yang mengklaim dirinya sebagai tuhan. Itu sebabnya raja pada masa Yusuf bisa berlaku adil tatkala membebaskan Yusuf dari tuduhan palsu sementara Firaun boro2 adil, berpihak pada kubu orang beriman hanya jika berkaitan dengan uang.
Kisah ini dimulai dari sebuah mimpi. Dan memang banyak perkara besar yang dimulai dari mimpi. Ada mimpi Firaun tentang kejatuhan kerajaannya, mimpi Ibrahim, mimpi Amirul Mukminin Umar bin Khathab tentang keturunannya yang akan memenuhi negeri Islam dengan keadilannya (Umar bin Abdul Aziz).
Maka Yusuf mengadukan mimpinya itu kepada ayahnya, “Ya Abati (Wahai Ayahku yang terkasih), aku melihat dalam mimpiku 11 buah bintang, beserta matahari dan bulan semuanya bersujud kepadaku” (ayat 4). Maka dijawab oleh Ya’qub, “Ya Bunayya (Duhai anakku sayang), jangan kau ceritakan mimpimu itu kepada kakak-kakakmu”. (ayat 5).
Mau punya anak seperti Yusuf yang sabar dengan ujian, cerdas menyelesaikan masalah, punya welas asih, dan sukses dalam hidupnya ? Maka berlakulah seperti Nabiyullah Yaqub. Beliau tak pernah menanyakan masalah pada anaknya. Justru Yusuf yang curhat kepada ayahnya. Hebat bener Nabi Yaqub, uda sholeh banyak ibadah, sibuk dakwah ngurus umat tapi masih punya waktu dengan anak2nya. Gak kayak… aah you know what I mean.
Ada kisah begini Jacky Chen waktu itu umur 50 tahun, dia anter anaknya ke sekolah. Saat mo turun dia nanya kepada anaknya : sekarang kamu kelas berapa ?
Begitu sibuknya Jacky Chen syuting film 2 kali dalam setahun sampe2 gak tau anaknya uda kelas berapa.
Ada lagi cerita top ten konglomerat wanita di china, saya lupa namanya siapa yang jelas bukan Ayana Jihye Moon. Kalo yang ini saya gak mungkin lupa.
Begitu sibuknya si wanita ini membangun kerajaan bisnisnya hingga tak sekalipun sempet anterin anaknya sekolah sejak SD sampe SMA. Jadi sekedar berangkat bareng terus turunin anak di gerbang sekolah uda gak bisa, dahsyat bener kesibukannya.
Jangan kita terkenal kagak, kaya pun masih jauh tapi temennya anak gak kenal, dengan siapa anak main gak tau. Malah lebih parah.
Pribadi Yusuf yang luar biasa bukan ujug2 ada tapi hasil tempaan. Di surah ini kita diceritakan proses tempaan tersebut. Tempaan pertama adalah hubungan antara ortu dengan anak yang intens, family time-nya benar2 berkualitas.
Ungkapan yang dipakai bapak-anak dalam dialog ini adalah : Ya Abati dan Ya Bunayya. Kata yang sering kali muncul dalam ayat-ayat quran. Misal ucapan Ibrahim kepada ayahnya : “Ya Abati” (Maryam : 42). Juga ucapan Luqman kepada anaknya, “Yaa Bunayya” (Luqman:13).
Orang tua tentu tahu nama anaknya dan anak juga tau nama bapaknya. Tapi adab mereka para nabi adalah tidak menyebut nama secara langsung. Yusuf tidak mengatakan, “Wahai Yaqub, aku lihat 11 bintang….”. Yaqub pun tidak berkata, “Wahai Yusuf, jangan ceritakan mimpimu…”. Jika ini terjadi maka hubungan bapak-anak tidak sekuat bungkus plastik wrap paket ekspedisi
Recent Comments