Salah Kaprah Takdir

Takdir-Allah
Ilustrasi foto: muslim.or.id
Bagikan

Salah Kaprah Takdir

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Belakangan ini saya lagi senewen. Bukan karena Ajwad ditutup sementara Mustakim belum pernah kesana. Tapi ada orang yang bicara tawakkal pada bab ikhtiar dan bicara tawakkal dalam kondisi lemah iman.

Jadi begini ketika kita lagi bahas cara pencegahan dan penularan Corona dengan cara lockdown dan WFH tiba-tiba ada orang yang ngomong “serahkan saja semuanya kepada Allah. Semua yang terjadi sudah takdirnya”. Nah orang yang seperti ini ibarat ente laper pengen makan nasi padang di siang bolong, bawa duit 50 ribu masuk ke RM Sederhana dan duduk di bangku. Dihampiri pelayan dan ditanya, “pengen makan pak ?”

Ini jamnya orang makan trus dateng ke RM selain mau makan apalagi tujuannya. Kan gak mungkin mau ketemu Ayana, coz dia uda pulkam. Dan yang lebih penting dia gak bakal mau makan bareng ama orang yang cuma bawa duit 50 ribu ke RM Sederhana. Bisa-bisa dia yang traktir nantinya.

Kita uda tau soal tawakkal kepada Allah. Gak usahlah diajarin atau diingetin. Yang kita bicarakan adalah bab ikhtiar. Bagaimana physical distancing di keramaian, bagaimana memutus mata rantai penyebaran virus, bagaimana menyemprot disinfektan, dsb. Soal tawakkal itu beda bab. Ada lagi pembahasannya.

Omongan orang ini bikin pembahasan jadi terhenti. Lagi seru-serunya bahas pembuatan cairan disinfektan tiba-tiba ada omongan : kita tawakkal aja. Jadi pada bubar tuh orang yang lagi ngaduk cairan.

Ini ada kisah nyata di FB. Ceritanya sama lagi bahas pencegahan Corona trus ada yang nyeletuk tawakkal aja. Gak berapa lama kemudian ada pembagian masker. Orang yang nyeletuk tadi sengaja gak dikasi, setelah pembagian usai dia marah-marah, “qo saya gak dapet masker”. Ama yang bagiin diceletukin balik, “kan uda tawakkal lalu buat apa masker…”

Mulut asal nyablak ya kayak gitu. Sok punya iman tinggi padahal nyebrang aja masih liat kanan kiri .

Jumat kemarin baru pertama kalinya saya dengar muadzin menyeru “shollu fii buyutikum”, duh hati ini jadi teriris-iris mendengarnya. Abis masjid adzan, tiba-tiba di musholla ada adzan. Lha ini gak salah ngapain musholla adzan di saat Jumat ? Saya tanya di grup itu ngapain ada adzan. Dijawab adzan penanda waktu. Setdah… dikira kita anak TK yang baru tau adzan itu sebagai tanda waktu masuknya sholat.

Pembahasan melebar pada penyebaran Corona, saya share orang jamaah tabligh yang bikin susah gara-gara ngumpul di masjid yang ternyata 3 orang positif corona. Dijawab : kita serahkan segalanya kepada Allah. Ini kalo yang ngomong sahabat Nabi ﷺ keren abiss… tapi karena yang ngomong orang yang kalo gak punya beras dia mendahulukan ngojek daripada berdo’a, saya jadi eneg dengernya.

Dan siang tadi (Ahad, 29/3) ada yang share foto rumahnya sedang disemprot disinfektan. Duh.. pengen saya komen : “emang Allah gak tau rumah ente sehingga ente butuh perlindungan dengan disinfektan”

Kalo pertama kali yang terlintas saat gak punya duit adalah kerja bukan Allah. Kalo dapur gak ngebul langsung narik ojek bukan berdo’a. Itu tanda iman masih lemah. Ati-ati kalo bicara. Ucapan itu harus keluar dari hati yang terisi oleh iman. Jika hati dipenuhi iman maka yang keluar adalah kata yang mengingatkan kita kepada Allah. Tapi kalo di hati kadang ada iman kadang tidak maka jadilah dia seperti jubir pemerintah untuk penanganan kasus covid-19 yang ngomong “Kemudian yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya. Ini menjadi kerja sama yang penting”.

Satu hari kemudian pernyataan yang viral ini diperjelas maksudnya. Emang kerjaan rezim gincu begitu. Bosnya ngomong salah trus anak buahnya benerin. Anak buahnya ngomong trus diralat ama bosnya. Lalu kerjanya kapan? gak ada hanya berputar-putar pada gagasan aja seperti gincu yang nempel di bibir. Biar orang lain tau kalo dia punya bibir.

Ada berita terbaru 39 orang jamaah tabligh dibawa ke wisma atlet dan 144 ODP masih dikarantina di masjid. Ini mereka yang ngomong kenapa masjid ditutup sementara mall dibiarkan. Atau ngomong gak usah takut menjalankan perintah Allah untuk sholat di masjid. Saya sampai nge-unfriend akun yang ngotot banget menyalahkan ulama yang memfatwakan sholat Jumat diganti sholat Dzhuhur. Sekarang begitu ada yang kena mereka pada diem.

Berita ini saya share ke grup musholla yang masih ngadain pengajian dan sholat berjamaah dengan karpet tergelar. Ada yang nanggepin “Mati jangan ditakuti dan jangan berani mati. Kita percaya Nabi dan percaya Alloh minta kepada Alloh kalau dikasih sehat. Alhamdulillah kita sdh berdo’a dikasih mati innalillahi wa ina lillahi rojiun tapi kita beruntung tidak tinggalkan sholat jumat”. Rada njelimet bahasanya.

Saya tau banget ini orang jarang sholat lail. Dulu malah parah kalo tidur jam 1 karena main catur. Saya nasehatin uda tua tidur jangan malem-malem, mendingan malem buat bangun tahajud. Sekarang tetep masih jarang, belum tentu sebulan sekali sholat tahajud. Sholat zhuhur jarang berjamaah di musholla, kayaknya sih masih tidur. Trus bicara jangan takut mati, seolah-olah dia punya hubungan khusus dengan Allah.

Yang dipuji Allah Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Al Qolam : 4), yang dijamin masuk surga, yang sholat malamnya sampe bengkak-bengkak kakinya. Kalian tau bagaimana wafatnya? bada subuh sejak melihat para sahabat sholat melalui jendela. Rasulullah ﷺ beberapa kali pingsan namun lisannya tak henti-hentinya berdzikir dan berdo’a

“Wahai Allâh! Ampunilah dosaku! Karuniakanlah rahmat-Mu kepadaku dan angkatlah aku ke ar-Rafiqul A’la” (masukkanlah aku ke dalam surga bersama orang-orang terbaik-red)

Kemudian di saat akhirnya seraya mengangkat kedua tangannya beliau berdoa
اللَّهُمَّ الرَّفِيْقَ الأَعْلَى
” Ya Allâh! Ar Rafiqul A’la.”
Hingga ruh beliau dicabut dan terkulailah kedua tangannya.

Kalo ibadah masih belang belentong gak usahlah ngomong siap mati. Kalo do’a masih sapu jagat jangan nantangin Corona. Kita yang seger buger aja belum tentu bisa berdzikir seperti Rasulullah ﷺ disaat-saat terakhirnya. Tidak ada yang siap mati, itu sebabnya kita terus menerus memperbaiki dan meningkatkan ibadah. Kayaknya kita juga harus malu bicara tawakkal karena iman masih lemah.

Lebih baik bicara amal, ada tukang parkir yang kehilangan mata pencaharian seperti di Masjid Raya Bandung yang sampe copot spanduk pengumuman penutupan masjid karena uda gak ada kendaraan yang parkir. Ada ojek pengkolan dan pak Ogah yang penghasilannya menurun drastis. Bagaimana memberi sumbangan kepada mereka di hari paceklik sebagaimana penjelasan saya di surah al Balad

أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ
“Atau memberi makan pada hari kelaparan” (QS. 90: 14)

Memberi makan disaat lapang dan kondisi normal tidak disebut iqtahamal al aqabah (jalan mendaki dan sukar). Namun saat sekaranglah yang disebut memberi makan disaat kesulitan pangan. Nah jika sedang memberi makan tiba-tiba Corona menghampiri, itu yang kita sebut dengan takdir.

Tapi kalo tiba-tib aAyana miscall kalian itu yang disebut mimpi baik dan buruk. Mimpi baik bagi kalian dan mimpi buruk bagi Ayana nelpon bapak-bapak beruban, beristri dan beranak 3. 🤣🤣

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: