Sulaiman, Hamba yang Bertaubat
Sulaiman, Hamba yang Bertaubat
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Kebanyakan orang menyangka beribadah disaat kaya menjadi mudah daripada disaat miskin. Padahal pandangan ini salah. Justru saat miskin ibadah menjadi mudah. Di Sentiong, daerah PBL-nya angkatan 96 adalah kawasan miskin. Ada masjid dekat rumah mertua saya yang setiap sholat jamaahnya sampai 7 shaf termasuk sholat Subuh. Pertama kali sholat disana saya sempat surprise dengan banyaknya jamaah yang sholat. Belum pernah saya temui jamaah sebanyak ini pada sholat Subuh.
Selidik punya selidik ternyata mayoritas rumah warga disana hanya satu dua petak. Ruang tamu, ruang tidur, dan ruang makan jadi satu. Dapur didepan rumah, beberapa rumah kamar mandinya kamar mandi umum. Yang punya motor taruh dipinggir jalan bareng puluhan motor lainnya. Jalanan jadi sempit kemakan dapur dan parkir motor. Hanya pengemudi selevel Schumacher yang bisa lewat sana. Rumah tipe 7S begini boro2 buat gelar sajadah, naro kaki aja susah. Maka sholat jamaah di masjid bagi warga adalah keniscayaan. Mau dimana lagi kalo gak di masjid.
Sementara bagi orang kaya dimana rumahnya luas maka untuk sholat jamaah adalah pilihan, tanpa perlu ke masjid dia bisa sholat dirumahnya. Terkadang rumahnya lebih nyaman dari masjid. Jadi bagi orang miskin ke masjid untuk mendapatkan kenyamanan sementara bagi orang kaya meninggalkan kenyamanan.
Sabar dalam kemisikinan itu hebat tapi lebih hebat lagi syukur dalam kemapanan. Karena yang pertama tidak ada pilihan sedang yang kedua ada pilihan.
Maka jika seorang Sulaiman yang tajir melintir menujukkan ketaatannya, ini hebat. Dan inilah yang ingin ditunjukkan Al Quran kepada kita, kisah seorang hamba Allah yang kaya raya namun amat taat (awwab).
Entah ada dimana posisi kita dalam hal kemapanan. Yang jelas kalo Ammar Zoni dan Irish Bella sholat tahajud maka amal kita tak ada apa2nya. Mereka bangun dari kasur merk Chattam & Wells The Throne seharga 350 juta sementara saya cek di toped harga kasurnya Rahma, Mustakim dan Sigit tidak sampai 10 juta. Yang tidur dipeluk bidadari aja bisa bangun masa yang dipeluk satpam gak bisa bangun… ?♂️?♂️
Dan jika Sulaiman bisa meninggalkan kemewahannya untuk rutin berdzikir masa kita tidak bisa meninggalkan kemiskinan untuk berdzikir. Jika kita tidak sukses memainkan peran miskin, bagaimana mungkin bisa sukses memainkan peran kaya ?
“Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73)
Ujian kekayaan itu lebih berat daripada ujian kemiskinan, begitu yang disampaikan oleh kanjeng Nabi Muhammad ﷺ. Maka jika kondisi saat ini adalah titik nadir dalam kehidupan namun tak membuatmu istiqomah dalam ibadah, yakinlah jika dunia dibentangkan maka malaikat akan kehilangan rengekanmu di tengah malam. ?
Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat. (Shad : 34)
Nabi Sulaiman diuji, tak dijelaskan ujian yang dimaksud namun yang jadi fokus perhatian adalah sikap beliau terhadap ujian, yakni bertaubat. Hebat ya… orang super kaya sakit tergeletak lemah yang diingat bukannya RS di Singapura tapi Allah. Beda ama kita level BPJS uda bolak balik ke RS baru inget Allah.
Sakit adalah ujian, itu yang terjadi pada diri nabi Sulaiman. Apa yang Allah inginkan dengan ujian ini ? Taubat, maka Sulaiman pun bertaubat.
Saat ini kita sedang diuji dengan pandemi, apa yang Allah inginkan dari kita ? Taubat maka bertaubatlah, kembali kepadaNya. Just so simple…
Namun setan kan tak pernah cuti. Level Nabi Ayyub aja digoda apalagi level mukena parasut kayak kita. Sakit kita tidak lagi bermuara pada taubat tapi pada selainNya. Boro2 mikir taubat, menjaga ibadah yang ada aja kolaps mlulu. Hal ini karena bersliweran berita2 kematian dan orang sakit yang bikin ketakutan, kecemasan, dan gundah gulana memuncak. Orang baik2 saja kalo cemas dan takut bisa sakit apalagi orang sakit.
Imam Ghazaly pernah sakit susah bicara. Bayangin lagi tenar2nya gagal ceramah gara2 suara gak keluar. Setelah diperiksa oleh dokter katanya ini bukan sakit fisik tapi sakit psikis. Ada kecemasan dalam diri sang imam sehingga berdampak pada tubuhnya. Tuh selevel Imam Ghazaly aja bisa sakit gara2 cemas apalagi level kita.
Jadi benar apa yang dikatakan oleh sebagian ulama :
الأمراض كلها تأتي من الله و لكن الأفكار تسرع وصولها
“semua penyakit datangnya memang dari Allah, namun fikiran negatif bisa mempercepat sampainya kepada kita“
Ujian sakit itu harus di-positive thinking agar tak ada hijab antara kita dengan taubat. Agar bisa kembali kepada Allah. Namun jika cemas, takut, kuatir dan pikiran2 negatif lainnya hinggap pada diri alamat bakal panjang rawat inapnya. Orang kalo sakit tak berdaya boro2 mikir konsistensi ibadah, mikir makan aja susah. Itu sebabnya di grup WA saya tegur yang posting kematian. Kalian jangan bantuin setan meniup2 ketakutan atas saudaramu.
Ada sebuah ucapan yang dinisbatkan kepada Ibnu Sina “Avicenna”( Bapak kedokteran Modern ) :
“الوهم نصف الداء، والاطمئنان نصف الدواء، والصبر أول خطوات الشفاء”
“ketakutan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan ( keinginan untuk sembuh serta ) kesabaran adalah langkah pertama untuk kesembuhan“
Kondisi lagi susah begini jangan posting yang sedih2. Besok uda lokdon masih posting berita yang bikin tubuh drop. Gak usahlah posting berita ekonomi hancur, hutang negara 6000 trilyun, dst. Ngapain coba ? Emang dikira abis posting trus utang jadi berkurang. Posting itu yang lucu2 yang bikin orang ketawa dan bahagia karena itu separuh obat. Itu sebabnya ada sunnah takziah orang sakit dan ada pahala didalamnya. Karena dalam takziah ada kebahagian yang kita bawa (ya… minimal bawa buah).
Treakhir saya tutup dengan statusnya ust Rudi Wahyudi yang barusan saya liat saat nulis materi ini, saya copas aja ya…
Gak usah khawatir, malaikat maut sudah pegang daftar siapa yang akan dicabut nyawanya, karena covid-19, sakit lainnya, kecelakaan, atau usia tua, tidak akan tertukar. Sudah lengkap dan detail, kapan meninggal, dengan siapa, jam berapa, di mana, sebabnya apa, dah satu paket. Tidak ada penyakit mendahului kematian, tetapi kematian mendatangkan penyakit.
” Apa yang ditetapkan menimpamu, tak akan keliru. Apa yang ditetapkan tak menimpamu, tak mengenaimu….”
Jaga prokes karena itu sunnah para Nabi dan tetap jaga iman terhadap taqdir karena itu aqidah para Nabi. Jaga prokes agar kita tidak jadi orang yang anti syariat, jangan pula bergantung padanya agar kita tidak membatalkan iman kepada haqiqat. Wallahu a’lam
Badan boleh lemah tapi hati tetap bersyukur sebagaimana yang dilakukan oleh nabi Sulaiman, walau tak berdaya diatas kursi namun hatinya bertaubat. Yang sedang sakit atau yang anggota keluarganya sakit bergembiralah dengan janji Allah. Apa janjiNya ? tunggu aja di materi selanjutnya….
Recent Comments