Konsep Dasar Ergonomi

Faktor risiko MSD
Bagikan

Konsep Dasar Ergonomi

Oleh: Muhyidin, SKM

Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Ergon” yang artinya “Kerja” dan “Nomos” yang artinya “Peraturan/Hukum”.

Kalau secara istilah yaitu penyesuaian pekerjaan atau tugas terhadap kapabilitis pekerja. Jadi titik tekannya adalah alat atau pekerjaan tersebut harus sesuai dengan karakteristik manusia atau pekerjanya agar dapat bekerja dengan nyaman.

Berikut ini definisi ergonomic menurut beberapa sumber:

  • Internasional Ergonomic Association: “studi tentang aspek – aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, enginering, manajemen dan desain”
  • Internasional Ergonomic Association: “studi tentang aspek – aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, enginering, manajemen dan desain”
  • Adyana Manuaba (2000): “ Satu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan kemampuan,keahlian dan keterbatasan manusia. sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, nyaman, efisien dan produktif melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal”.

Jadi tujuan ergonomi yaitu agar dapat melakukan pekerjaan dengan aman, selamat, efisien, mudah penggunaan dan produktif. Pekerjaan yang tidak ergonomis akan menimbulkan gangguan trauma kumulatif atau Cumulative Trauma Disorder (CTD). The Bureau of Labor Statistik (BLS) melaporkan bahwa CTD tercatat hampir 60% kasus penyakit terkait pekerjaan di tahun 1990 dan 56% cidera di tempat kerja karena trauma yang berulang (US Department of Labor, 1991). Bahaya ergonomic yang harus ditanggung cukup besar, mulai dari biaya medis kompensasi pekerja, biaya disabilitas sementara, pelatihan karyawan baru, penurunan produktivitas, waktu investigasi, biaya pengacara dan litigasi. Kasus pertama terjadi terhadap Karyawan Boeing sebesar US$ 1,2 juta setelah Karyawan tsb kehilangan kegunaan kedua tangannya karena trauma berulang (USA Today, 24 Agustus 1992)

Faktor Risiko MSD

Tempat kerja yang tidak ergonomis dapat juga menyebabkan Muskulosceletal Disease (MSD) yaitu suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen, otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang.

Sistem muskuloskeletal melibatkan struktur yang mendukung anggota badan, leher dan punggung.

Gangguan ini menyebabkan jaringan tubuh rusak secara lambat laun sehingga mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan Anda untuk bergerak, yang dapat mencegah Anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Faktor risiko yang terkait MSD yaitu:

FORCE + REPETITION + POSTURE + NO REST = POTENTIAL MSD

Perancangan produk fasilitas kerja melalui data antropometri telah diatur dalam Permenaker No.5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Penggunaan data antropometri tsb dapat diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:

1) Perancangan area kerja (work station, mobile, interior, dll).

2) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas dan sebagainya.

3) Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja , dan sebagainya.

4) Perancangan lingkungan kerja fisik

Secara umum sekurang-kurangnya 90% – 95 % dari populasi yang menjadi target utama malam kelompok pemakai suatu produk haruslah dapat menggunakan produk tsb. Misalkan saat bekerja di kantor, maka kursi ergonomis dapat menyesuaikan dengan kondisi pekerja. Kursi ergonomis tsb harus bisa digunakan oleh orang yang pendek (dengan cara diturunkan posisi kursi dan sandaran lengannya) dan bisa pula digunakan oleh orang yang tinggi / jangkung (dengan cara dinaikkan posisi kursi dan sandaran lengannya). Bisa pula digunakan oleh orang yang gemuk dengan cara dilebarkan sandaran lengan dan dimajukan alas kursinya bisa pula digunakan oleh orang yang lebih kurus atau tubuh ideal.

Desain Area Kerja

Bagaimana cara mendesain stasiun kerja? Berikut ini beberapa ruang lingkup yang perlu kita perhatikan:

  1. Desain ketinggian kerja: stasiun kerja secara umum haruslah dapat mengakomodasi rentangan tinggi badan dari seluruh pekerja untuk menjamin bahwa persentasi terbesar populasi dapat bekerja secara optimal.
  2. Layout stasiun kerja: Layout stasiun kerja duduk harus mempertimbangkan bahwa sebagian pekerja duduk melakukan pekerjaan yang sama sepanjang hari kerja maka harus dipikirkan bagaimana menggunakan mesin-mesin, kursi dan peralatan kerja lainnya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu pekerja.
  3. Stasiun kerja dan sikap kerja duduk: pastikan tempat duduk dapat melakukan variasi perubahan posisi, fleksi lutut membentuk sudut 90 derajat dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau injakan kaki, jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diatur turun dan naik, sudut pandang yang netral yang tidak menyebabkan leher mendongak, posisi tangan yang netral yang tidak menyebabkan bahu terangkat
  4. Desain stasiun kerja dan sikap kerja berdiri: ketinggian landasan kerja untuk sikap kerja berdiri berdasarkan jenis pekerjaan dan hubungan antara ketinggian landasan objek kerja dengan sudut pandang adalah seperti gambar di bawah ini.
  5. Desain stasiun kerja dan sikap kerja dinamis. Dimensi area kerja harus sesuai dengan dimensi anggota tubuh tertentu (seperti: tinggi objek kerja dengan tinggi mata) sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang nyaman.
Ilustrasi stasiun kerja dinamis
Ilustrasi landasan kerja untuk sikap kerja berdiri
Ilustrasi desain stasiun kerja duduk

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: