Keajaiban Terakhir itu
Keajaiban Terakhir itu
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Dalam materi sebelumnya saya ungkap perihal keinginan meletakkan bom terakhir dalam santunan yatim dan dhuafa tahun ini. Bom yang meledakkan kesulitan dan kesusahan hingga menyisakan kebahagiaan. Alhamdulillah keinginan ini Allah kabulkan. Duh… saya jadi ingat munajatnya Nabi Zakariya
dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. (Maryam : 4)
Saya berdoa Ya Allah saya ingin memberangkatkan ibuku haji sekarang maka Allah belum mampukan saya namun Dia takdirkan tiada haji tahun ini.
Saya berdoa Ya Allah janganlah Engkau biarkan para yatim dan dhuafa berlalu dihadapanku tanpa aku dapat menyantuninya, maka tak ada yatim dan dhuafa yang saya kenal kecuali telah saya santuni termasuk lewat kegiatan ini.
“Jika (niat) dia benar maka Allah akan membenarkannya” kata Nabi ﷺ mengomentari statemen seorang sahabat yang ingin syahid di medan perang. Dan benar saja dia gugur sesuai dengan yang diinginkannya.
Niat (yang baik tentunya) jika benar pasti terwujud, doa jika tulus pasti terkabul. Dan kemarin saya menginginkan adanya bom dalam kegiatan ini maka Dia pun mengabulkannya.
Tahap 1 dalam pengumpulan dana internal di grup ini terkumpul Rp. 8,8 juta dan LPJ-nya sudah saya berikan. Tahap 2 pengumpulan dana alumni terkumpul Rp. 36.975.000,- dibulatkan oleh Feri sang bendum menjadi Rp. 37 juta. Jadi totalnya 45,8 juta.
Apa yang kalian liat dari paragraf diatas, hanya sebaris data kan ? Padahal bukan itu yang terjadi. Kalian tidak liat bagaimana panitia telpon2an di pagi hari bada Subuh karena tak bisa kumpul merancang strategi penyebaran proposal. Kalian tak liat panitia pusing mencari PJ angkatan bukan sekedar orang yang sebar proposal tapi ikut memonitorinya. Kalian tak liat bagaimana panitia curhat meliat respon minim dari para alumni. Kalian tidak liat bagaimana tekanan panitia menanggung malu meminta testimoni dari penerima bantuan agar para donatur percaya dengan kegiatan ini. Kalian tidak liat karena kalian tidak ada disana. maka biarkan saya bercerita karena menceritakan sesuatu yang tidak diketahui adalah bagian dari tarbiyah Ilahi.
padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (Ali Imran : 44)
Sebagian besar kita di grup ini tak pernah bertemu muka. Jangkauan saya hanya sampai pada angkatan 99, itupun terpaku pada Iqbal dan Harun saja. Yang lain ghaib. Namun akhirnya segelintir anggota bisa tatap muka, Arief dua kali ketemu, Irma sekali ketemu muka, dua kali ketemu kebulinya, Eni sekali ketemu, Sigit pun sekali ketemu cuma diwakili oleh gudeg Yu’ Jum-nya. Padahal grup ini sudah berjalan selama 4 tahun dengan materi pertama Tarbiyatul Aulad tanggal 03 Mei 2016 (gak usah dihapalin, cukup Rina aja yang hapal). Selama masa itulah kepercayaan terpupuk. Kalian percaya dengan saya sehingga tatkala kegiatan santunan pertama kali muncul mendapat respon yang baik. Kemudian PJ angkatan dalam distribusi proposal mendapat kepercayaan dari rekan2 angkatannya. Intinya kegiatan ini terlaksana karena kepercayaan individu bukan karena kegiatannya.
Donatur ngeliat siapa pembawa proposal bukan kepada bentuk kegiatannya. Maka tatkala donatur di angkatan 93 tidak tembus2, saya gonta ganti PJ dan jalur. Padahal ada yatim dari angkatan 94 yang mereka kenal banget. Hal yang sama menimpa angkatan 98. Ada yatim dari angkatan mereka namun sejak awal responnya kurang. Hal ini semata2 karena interaksi dan tingkat kepercayaan dari PJ yang lemah. Itu sebabnya kami selalu bongkar pasang PJ namun tidak bongkar pasang ketua dan bendahara.
Antum itu ane tunjuk jadi bendahara bukan karena kerjanya bagus, kata saya kepada Feri yang uda 2 kali jadi bendahara. Dikontak susah, respon lama, tambah saya, tapi untuk genapin pemasukan biar enak ngebaginya. Dan kami pun tertawa. Nyuruh2 manager PKPU buat ngeluarin duit selalu menyenangkan.
Tapi tidak ada yang seabadi jabatan Humas, uda hattrick 3 kali berturut2 tak tergantikan. Maka tak heran jika ada meme siapapun ketuanya, Sigit tetap humasnya. Semua permintaan saya terhadap data yatim dilahap habis oleh Sigit. Awalnya dia minder nanya2 ke para janda. Bang ini nanyanya gimana, katanya. Dengan sok tau saya kasi kisi2nya padahal saya juga gak berani meminta data kepada mereka, sungkan. Tapi dasar orangnya caur, kata Mustakim, tembus aja tuh permintaan. Bagai hidung dicocok, eeh gimana peribahasanya? Bagai Sigit dicocok.., lho ngapain Sigit main peribahasa ? Pokoknya begitulah, aura Sigit membuat para senior tunduk patuh dengan perintahnya.
Kegiatan ini masih ada ketimpangan dari beberapa PJ. Ada yang berlari kencang, ada yang berjalan cepat namun ada berjalan sambil ngos2an. Ini tidak terkait pada kondisi apakah sebelumnya dia pernah menjadi atlit taekwondo yang biasa keliling GBK 7 kali atau sekedar gowes sepeda muterin HI. Tapi lebih kepada berapa banyak relasi di kontak HP dan penerimaan dia dikalangan rekan2nya.
So.. jika ada diantara kalian yang memiliki no kontak rekan2, yang aktif di grup angkatan dan diterima oleh rekan2 maka jadilah sebaik2 manusia, yaitu yang bermanfaat bagi orang lain kata Nabi ﷺ (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).
Bukan cuma harta yang harus disumbang, jiwa pun ikut disumbang. Dua hal ini yang selalu beriringan dalam Al Quran ketika bicara perihal pengorbanan. Karena nikmat yang Allah berikan bukan hanya harta, sehat pun termasuk nikmat.
Pembagian penerimaan yang ditampilkan dalam video LPJ harus memotivasi lebih dalam. Jika angkatan S1-95 dengan jumlah mahasiswa kurang dari 80 bisa merespon 20 orang maka mengapa angkatan 2005 dengan 170 orang hanya bisa merespon 5 orang ? Inipun ternyata lebih baik dari angkatan 2006 yang hanya direspon oleh 3 orang (kalimat terakhir buat menghibur Sigit dan membungkam senyum Mustakim ?).
Jadilah sebaik2 manusia… jika banyak penduduk bumi mengenalmu dalam kebaikan maka penduduk langit akan mengenalmu pula. Potensi kebaikan jangan disimpen untuk diri sendiri tapi harus disebarkan. Dan jika usaha sudah maksimal, sangat layak membawa amal ini kehadapan Allah. Ya Allah inilah amal kami, jadikan ini sebaik2 amal kami, terimalah amal kami. Sempurnakan apa yang kurang dan perbanyak ganjarannya. Ini doa saya semalam. Sesungguhnya doa itu terikat dengan amal sebelumnya.
(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur. (Ali Imran : 17)
Sebelum permohonan ampun ada amal kesabaran, pengetahuan kebenaran, ketaatan, dan berinfak sebagai syarat masuk surga. Ada amal optimal yang dilakukannya sehingga layak dipersembahkan kepada Allah. Sebagaimana Habil mempersembahkan qurban terbaiknya. Sama2 mempersembahkan qurban tapi beda perilaku. Habil membaguskan amal sementara Qabil asal2an, yang penting kan uda qurban. Yang membaguskan diterima sedang yang lain tidak diterima.
Lalu bagaimana bisa hanya dengan nge-share tanpa memonitor, tanpa re-share tapi berharap amalnya diterima dan berharap masuk surgaNya ?
Baguskan amalmu kemudian berdoalah maka kalian akan liat keajaibannya.
Recent Comments