Kisah Nabi Shaleh Memahami Tanda-Tanda Allah

Kisah Nabi Shaleh Memahami Tanda-Tanda Allah
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Jangan seperti kaum Tsamud yang kebangetan, tanda nyata segede gaban yang gak perlu diindera lagi mereka ingkari. Mereka malah meneruskan kerusakan di muka bumi. Keberadaan onta bukannya bikin mereka tunduk kepada kekuasaan Allah malah menimbulkan rasa hasut dan dengki. Sehingga tercapai kesepakatan sembilan orang diantara mereka bersekongkol untuk membunuh unta tersebut.
Kisah ini disebutkan dalam firman Allah, “Di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang berbuat kerusakan di bumi, mereka tidak melakukan perbaikan. Mereka berkata, ‘Bersumpahlah kalian dengan (nama) Allah bahwa kita pasti akan menyerang dia bersama keluarganya pada malam hari, kemudian kita akan mengatakan kepada ahli warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu, dan sungguh, kita orang yang benar.’ Dan mereka membuat tipu daya, dan Kami pun membuat tipu daya, sedang mereka tidak menyadari. Maka, perhatikanlah akibat dari tipu daya mereka, bahwa kami membinasakan mereka dan kaum mereka semua. Maka, itulah rumah-rumah mereka yang runtuh karena kezhaliman mereka. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mengetahui,” (QS. An-Naml [27]: 48-52).
Sekelompok orang yang berkuasa berbuat semena-mena di muka bumi. 9 adalah simbol tertinggi dalam angka. Bukan sembarang kelompok tapi mereka adalah keturunan orang terpandang, anak petinggi negeri, kalo sekarang stafsus Presiden. Karakter mereka adalah melakukan perusakan di muka bumi tanpa diselingi sedikit pun unsur perbaikan, demikian dikatakan tafsir Mukhtasar.
Nah stafsus yang kemarin bikin surat edaran ke camat agar dapat proyek 5,6 T sepertinya masih keturunan 9 orang di jaman Shaleh. Coz karakternya sama, tiap bulan terima gaji tanpa terdengar aktivitasnya, sekalinya muncul malah KKN.
Tindak tanduk 9 orang membunuh onta tak bisa dibendung oleh aparat. Iyalah aparat mana yang berani berhadapan dengan anak petinggi negeri. Mereka leluasa berbuat kerusakan sampai berani berkata : ‘Bersumpahlah kalian dengan (nama) Allah bahwa kita pasti akan menyerang dia bersama keluarganya pada malam hari. Ini jatuhnya sudah makar. Ada niat membunuh Shaleh dan keluarganya dan diviralkan pula. Harusnya mereka ditangkap dan diadili, niat dan bukti sudah ada. Cuma lagi-lagi aparat mana yang berani menyentuh anak petinggi negeri ?
Qatadah dan Abdurrahman bin Abi Hatim berkata: “9 laki-laki ini akhirnya mati digilas batu besar”. Jadi ceritanya setelah 9 orang ini membunuh onta, Shalih berkata kepada kaum Tsamud : “Bersukarialah kalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.” (Huud: 65), mereka (9 orang ini) berkata: “Shalih mengira bahwa ia dapat lepas dari kita selama tiga hari, padahal kita akan menangkapnya sebelum tiga hari”.
Shalih memiliki sebuah masjid pada sisi lembah gunung, dimana ia shalat di dalamnya.” Mereka berencana mencegatnya di waktu malam, seraya berkata: “Apabila ia datang untuk shalat, kita akan membunuhnya. Kemudian kita kembali jika kita sudah menyelesaikannya, lalu kita membinasakan keluarganya.”
Sungguh dahsyat makarnya…. Namun makar Allah lebih besar dari makar mereka. Allah kirimkan batu besar yang amat keras kepada mereka. Keruan saja mereka ketakutan pake sangat. Siapa yang berani menahan batu besar jatuh dari atas bahkan sekelas Ade Rai bakal kabur dihujani bata block apalagi batu besar. Mereka lari tunggang langgang ketika batu itu akan menimpanya. Namun takdir sudah tertulis, biar kata mereka lari pake supercar tak bakal mampu melawan ketetapan Allah. Dengan cepat batu itu menimpa mereka dan merekapun mati dibawahnya. Sejak itu kaum Tsamud tidak mengetahui keberadaan mereka.
Yang dikira punya kekuasaan abadi, tak tersentuh hukum dan tak terjamah oleh kekuasaan ternyata mati dalam kenistaan. Tak diketahui jasadnya. Mereka membunuh onta yang keluar dari batu dan merekapun mati oleh batu. Hukum karma? Bukan, ini penghinaan yang Allah berikan. Mereka melecehkan mukjizat Shalih berupa onta yang keluar dari batu. Kemudian Allah hinakan mereka dengan batu. Mereka mengira diri mereka kuat, kuat secara fisik dan kuat secara kedudukan sehingga melakukan kerusakan di muka bumi. Ternyata ada mahluk Allah lain yang lebih kuat yakni batu. Begitulah nasib orang yang sombong.
Ada sekelompok orang menghina mukjizat nabi ﷺ yakni Al Quran. “Jangan mau dibohongi oleh surah Al Maidah : 51”. Ada yang menghina simbol Islam, adzan disamakan dengan kidung nyanyian. Ada yang menghina Nabi Muhammad ﷺ, apa jasanya bagimu ? Ada yang mempersekusi ulama pewaris para nabi. Mereka merasa hebat, untouchable man. Kalian perhatikan saja bagaimana kesudahan mereka.
Yang ngomong dibohongi oleh Al Maidah hanya satu orang tapi buzzernya banyak. Yang menyamakan adzan dengan kidung satu orang tapi yang ngebela banyak. Yang mempersekusi ulama hanya segelintir orang tapi yang setuju banyak. Yang membunuh onta Allah hanya 9 orang tapi yang dibinasakan adalah satu kaum. Itu karena mereka bersekutu dalam kerusakan. Nah mereka semua yang bakal kena adzab sebagaimana nasib kaum Tsamud.
Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud. (QS. Huud (Hud) [11] : ayat 67-68)
Dua kali Allah bilang alaa (ﺃﻵ) ingatlah, ini gak main-main, peringatan serius bagi kita. Adzab itu bisa turun hanya karena satu orang yang melakukan kedurhakaan. Peringatan bagi kita adalah pertama cegah kedurhakaan itu. Kedua jangan jadi pendukung kedurhakaan atau berada satu kubu dengan mereka. Ingat kisah diatas hanya 9 orang yang melakukan kerusakan, ingat kebinasaannya yang menimpa satu negeri.
Mirisnya masyarakat Indonesia bukannya sadar dengan corona tapi makin menggila. Bukannya beramai2 tobat tapi tetap dengan kesyirikannya. Kalian tau pada hari Kamis, 26 Maret masyarakat sekitar Merapi melakukan larung Merapi, memberi sesajen kepada jin penjaga gunung. Keesokan harinya Merapi meletus memuntahkan debu sejauh 5 kilometer. Gila bener… Uda ada tanda corona, uda ada ratusan orang yang positif tapi masyarakat masih berbuat syirik. Kalo seperti ini kenyataannya dengan cara bagaimana lagi Allah harus memberi tanda untuk mengingatkan mereka ?
Maka kepada perkataan apakah selain Al Quran ini mereka akan beriman? (Al Mursalat : 50)
Recent Comments