Berbaik Sangkalah

Berbaik Sangkalah
Ilustrasi foto: suaramasjid.com
Bagikan

Berbaik Sangkalah

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Kenapa saya yang kena musibah, bukankah saya selalu menyambung silaturahim ?
Kenapa saya bisa sakit, bukankah saya rajin sedekah ?
Kenapa ujian ini datang padaku, padahal saya senantiasa menghidupkan malam ?

Pertanyaan2 diatas mungkin pernah terlintas pada diri kita. Melihat orang fajir sehat wal afiat sementara orang beriman ditimpa sakit. Melihat orang kafir mudah hidupnya sejak lahir sementara hidup seorang muslim akrab dengan kata susah.

Si Densi yang terang2an menistakan agama sehat walafiat sementara Arief & Budi malah sakit. Abu Janda baik2 saja tak terdengar kena musibah sementara keluarga Inayati, Feri, & Nurbaiti sedang diuji. Kalo kita bertanya apa yang Allah inginkan dengan kondisi ini, maka itu adalah pertanyaan yang tak layak keluar dari seorang muslim. Yang wajar adalah kita bertanya apa hikmah dibalik semua ini ?

Seorang ulama buat status seperti ini : Sesungguhnya Allah tidak menurunkan bala bencana kepada manusia dgn tujuan untuk menyiksa mereka atau balas dendam kepada mereka, sama sekali bukan…

Sesungguhnya itu semua adalah hikmah Ilahi bagi mereka agar mereka bertaubat dan terus bersikap lurus juga untuk menyadarkan diri mereka dan memberi petunjuk kepada mereka, seperti yang Allah firmankan :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar Rum : 41)

Gara2 sakit, kita jadi memperbanyak sedekah
Gara2 kena musibah, kita jadi menghidupkan malam
Gara2 ujian, kita jadi memperbanyak zikir
dst…

Tapi kenapa ujian ini berlangsung lama ? Saya tanya Inayati yang uda negatif dan boleh pulang hanya 2 orang dari 7 anggota keluarganya. Ortu dan suaminya masih dirawat. Saya tanya Arief kondisinya masih batuk2 dan lemes. Capek dikit batuk, napas panjang dikit batuk. Belum sehat seperti sediakala.

Pernah liat pengamen bersuara emas, dia nyanyi modal bawa alat musik. Biasanya kalo dia nyanyi orang2 nungguin selesai satu lagu baru kasi uang. Dulu jaman di kereta masih bebas, ada pengamen seperti ini. Tapi di kereta ada juga pengamen yang suaranya memprihatinkan. Uda alat musiknya botol minuman diisi kerikil, gitar dari kotak kayu plus botol galon yang dipukul layaknya drum. Ampun dah… yang kayak gini semua penumpang berdoa smoga mereka lekas pindah gerbong. Gak ada yang mau mendengar nyanyian mereka. Jika ada yang kasi duit itu karena ingin membersihkan dompetnya dari uang receh.

Pengamen pertama dikasi duit karena penumpang menikmati lagunya sementara pengamen kedua dikasi duit agar mereka buru2 minggat.

Dalam audisi Indonesian Idol pun demikian. Penyanyi bersuara indah pasti lama audisinya ditanya ini itu trus diminta nyanyi lagi. Sementara penyanyi bersuara ngepas belum habis satu lagu distop dan langsung voting.

Begitulah kenapa ujian ini berlangsung lama. Karena Allah ‘menikmati’ rintihannya seorang Arief, Inayati, Feri, Budi, Nurbaiti, dan mereka yang sedang ditimpa musibah. Suara emas kalian sungguh indah didengar saat mengadu, memohon, dan merintih dihadapan Allah.

Maka berbaik sangkalah kepada Rabb-mu dalam semua hal. Yang diuji lama bukan karena dibenci. Yang tidak diuji pun bukan karena dicintai. Semua berjalan menurut ketetapanNya. Yang jelas tugas kita hanya berbaik sangka karena buruk sangka kepada Allah adalah salah satu sifat di antara sifat orang2 munafiq

dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. (Al Fath : 6)

وَظَنَنتُمْ ظَنَّ ٱلسَّوْءِ وَكُنتُمْ قَوْمًۢا بُورًا
dan kamu telah berprasangka dengan prasangka yang buruk, karena itu kamu menjadi kaum yang binasa (Al Fath : 12)

Berbaik sangkalah agar kita tidak binasa karena buruk sangka. Coz ada sekelompok orang yang mati bukan karena penyakit tapi karena ketakutan atas penyakit tersebut. Pikirannya membinasakannya. Berbaik sangkalah atas kondisimu saat ini karena Dia sedang mendengar ‘nyanyianmu’.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: