Dan Apabila Aku Sakit, Dia-lah yang Menyembuhkan Aku

Dan Apabila Aku Sakit, Dia-lah yang Menyembuhkan Aku
Ilustrasi foto: umma.id
Bagikan

Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Pekan lalu surprise liat di grup ada 100 notif lebih. Baru ditinggal tidur sebentar ternyata banyak yang posting di grup. Gak sehari2 ini grup dapet 100 notif dalam 1 jam. Ucapan duka cita aja paling banyak puluhan gak pernah menyentuh angka 100.

Begitu saya buka ternyata isinya tentang keluarga yang positif covid. Awalnya Inayati minta didoain, 7 dari 10 orang di rumahnya termasuk kedua ortunya positif covid dan dirawat di RS. Sita yang baru beberapa hari sembuh dari covid timpalin, ceritakan pengalamannya. Feri tambahin anaknya positif pasca pulang dari pesantren. Nurbaiti juga cerita suaminya dirawat di wisma atlet karena positif. Terakhir Arief ungkap dirinya dan ibunya sedang dirawat karena positif.

Tahun duka cita. Tahun ini banyak musibah yang menimpa kita atau keluarga besar kita. Tiga tahun kita bikin santunan nyari2 keluarga yatim diluar 4 keluarga gak dapet2. Namun kemarin dapet berita 2 orang alumni ditinggal mati suaminya karena covid.

‘Aamul huzni. Di grup ini sudah 3 orang kehilangan ibunya. Pertama Sita, Sigit, dan terakhir Arief. Bulan ini juga banyak yang sakit dari kita. Saat saya baca notif kalian juga dalam kondisi pemulihan. Dua pekan lalu keluarga saya pada sakit. Awalnya ibu bed rest kemudian nular ke saya dan terakhir ke kakak. Gejalanya mirip typus, susah makan, pusing, meriang, dan lemes. Tapi saya baca orang2 yang kena covid gejalanya juga seperti ini. Wah… jangan2 positif nih pikir saya.

Saya fokus pada penyembuhan bukan pada jenis penyakit. Mau sakit typus atau covid cara sembuhnya sama, banyak istirahat, banyak makan, dan banyakin suplemen. Dua hari saya sudah bisa berjalan sementara ibu saya masih bed rest. Emang kalo orang tua sakit pemulihannya lama. Makanya saya bisa merasakan kesedihan Inayati dan Arief saat tau ortunya dirawat. Lagi proses penyembuhan tiba2 anak saya bilang kepalanya pusing dan badannya panas. Waduh… yang saya takutkan terjadi. Ngeliat anak sakit ortu itu paling gak bisa tahan. Makanya saat Feri bilang anaknya positif saya bisa merasakan kesusahannya.

Setelah berhari2 sakit saya mengambil pelajaran bahwa penyembuh sesungguhnya adalah Allah. Kecepatan sembuh bergantung pada ketepatan dosis doa. Pada malam pertama saya sakit, saya bangun jam 01.22 untuk sholat tahajud. Namanya lagi sakit gak kuat lama berdiri. Surah yang dibaca pun hanya selevel Adh Dhuha, lebih dari itu uda kelelahan. Seluruh ibadah malam termasuk doa selesai jam 3 setelah itu tidur lagi, badan gak kuat. Namun dalam doa saya memohon agar jangan diberikan ujian yang dapat menghalangi untuk beribadah.

Doa ini yang penting : “Ya Allah janganlah Engkau uji aku dengan ujian yang dapat menghalangiku beribadah kepadaMu”. Kalo saya minta sehat belum tentu dalam waktu singkat bisa sehat. Namun karena saya mengaitkan kesehatan dengan ibadah, sesuatu yang dicintaiNya maka pada malam kedua saya sudah bisa sholat dengan membaca surah al Waqiah !

Inilah pentingnya ibadah disaat lapang. Jika ada kebiasaan kalian dalam ibadah yang terganggu karena suatu ujian maka mintalah agar Allah mengangkat ujian tersebut karena adanya ibadah. Kedudukan kita tiada artinya dihadapanNya jadi kalo minta sehat belum tentu terkabul. Tapi ibadah rutin kita dicintaiNya, jadi kalo ibadah tersebut terganggu karena sakit misalnya maka jika kita meminta sudah pasti gangguan itu dihilangkan.

Jadi clue pertama adalah harus punya ibadah rutin yang tak pernah ditinggalkan. Bisa sholat sunnah, puasa senin kamis, tilawah, sedekah, zikir, atau ngaji. Baguskan (ihsan kan) ibadah tersebut. Kemudian jika tertimpa ujian maka clue kedua adalah menjadikan ibadah tersebut sebagai tawasul (perantara) dalam doa.

Biasa hari Jumat kasi sedekah ke dhuafa namun karena sakit kegiatan ini terganggu maka berdoalah “Ya Allah janganlah Engkau biarkan para dhuafa menengadahkan tangannya tanpa aku bisa memberinya”.

Biasa puasa senin kamis namun karena sakit maka ibadah ini terganggu, berdoalah : “Ya Allah janganlah Engkau timpakan sakit yang dapat menghalangiku beribadah kepadaMu”.

Intinya adalah pada IBADAH RUTIN bukan pada ibadah yang besar. Jika ada pada dirimu maka gunakanlah disaat ujian mendera.
Yang sedang diuji seperti Inayati, Arief, dan Nurbaiti coba ingat2 ibadah rutin apa yang biasa dilakukan kemudian jadikan ibadah tersebut sebagai tawasul dalam doa kalian. Karena salah satu sifat Tuhan adalah menyembuhkan, artinya sakit apapun yang kita miliki maka Dia yang menyembuhkannya.

Tuhan itu bukan seperti pembuat vaksin corona yang masih dipertanyakan keefektifannya.
Kesembuhan dari Tuhan adalah mutlak selama dosis doa yang kita minum sesuai takaran.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: