Tidak Ada Cinta yang Tidak Cemburu

Tidak Ada Cinta yang Tidak Cemburu
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Terima kasih kepada Nursalam yang telah bersusah payah menerjemahkan kalimat “Pas d’amour est pas jaloux” (walau setelah diminta). Ini materi uda jadi, tinggal nulis nama siapa yang mau menerjemahkan, masa iya saya harus ngerubah paragraf awal. Mending todong Salam untuk terjemahin. Minta ke duo Feri yang hebat gak dijawab, minta ke Eka yang pinter gak direspon. Manager Ferry biasa ngomong kalo dirapat, levelnya bukan lagi tuker pikiran ama kita2 tapi ama gubernur, kurang hebat apa coba. Dosen Feri biasa ngajar dan kasi pelatihan. Eka founder ngopi hijrah biasa nulis materi, jangankan nulis dan bicara, ngopi aja jago. Tapi begitulah kalo di grup ini mereka pada tawadhu.
Ada amal yang berat dan tidak diperuntukkan bagi sekelompok orang tapi ternyata masih ada yang mampu mengerjakannya. Amalan sedekah dan pergi haji bagi orang miskin misalnya, wajarlah jika mereka tidak mampu. Namun kita liat ternyata ada orang2 tertentu yang dapat melaksanakannya. Kenapa mereka bisa sedekah atau naik haji dalam kondisi miskinnya ?
Cara pandang terhadap amal inilah jawabannya. Bagi orang yang berpikir selalu sehat asuransi kesehatan merugikan, setor duit gak dipake2. Namun bagi orang yang kuatir sakit asuransi kesehatan menguntungkan, jika masuk RS tidak pusing mikir biaya lagi. Begitulah perumpamaannya, sedekah bagi sebagian orang adalah metode mengurangi jumlah harta. Tapi bagi orang tertentu sedekah adalah metode menabung. Cara pandang tiap orang berbeda.
Al Quran turun untuk meluruskan cara pandang kita. Memandanglah dengan pandangan langit bukan dengan pandangan bumi. Bumi itu punya gravitasi bikin tubuh tak bisa melayang namun langit bebas gravitasi buat kita bebas melayang. Orang2 bumi susah mengeluarkan hartanya sesusah dia terbang tapi orang2 langit mudah mengeluarkannya semudah dia terbang. Orang2 bumi susah bangun malam ketarik oleh gravitasi, orang2 langit bukan cuma bangun tapi terbang !
Perbedaan cara pandang ini pernah terjadi antara Aisyah dengan Nabi ﷺ. Aisyah r.a meriwayatkan:
“Para shahabat menyembelih seekor domba, lalu Nabi bersabda, ‘Masih adakah sisanya?’ Aisyah berkata, ‘Tidak tersisa apa pun selain bahunya saja.’ Beliau bersabda, ‘Semuanya masih ada kecuali bahunya.” (At-Tirmidzi).
Aisyah melihat makanan yang tersisa di rumahnya sekarang adalah pundak domba sementara Nabi ﷺ memandang semua bagian domba sudah jadi pahala kecuali pundak yang tersisa.
Pada materi lalu tentang polemik rumah tangga Nabi ﷺ kalian melihatnya sebagai apa ? yang melihat sebagai kecemburuan para istri maka kalian telah melihat dengan cara pandang bumi, biasa aja. Namun yang melihatnya sebagai kisah cinta ummahatul mukminin kepada Nabi ﷺ maka kalian telah melihat dengan pandangan langit, cerdas tenan.
Iya polemik keluarga Nabi didasari oleh cinta dari masing2 istrinya. Cinta ini melahirkan cemburu. Tidak ada cinta yang tidak cemburu, begitu bunyi pepatah kuno Perancis. Ini terjemahan yang pas atas kalimat “Pas d’amour est pas jaloux”
Rumah tangga Nabi ﷺ diliputi oleh cinta. Cinta yang diungkapkan dengan perbuatan. Bukan cinta seperti orang sekarang yang bilang kamu suka olahraga ya ?
Qo tau ? Karena kamu terus berlari2 dalam pikiranku.
Atau rayuan jadul dengan senandung seperti yang pernah saya sampaikan. Setau saya Nabi ﷺ tidak pernah mengucapkan kata saya cinta kamu kepada istrinya, entah mungkin ada yang tau. Tapi kalo kalian bilang rumah tangga Nabi tidak romantis, kalian salah besar.
Suatu ketika, di malam giliran ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ meletakkan selendangnya, melepas kedua sandalnya, serta meletakkannya di sisi kedua kakinya. Lalu beliau membentangkan ujung sarungnya di atas tempat tidurnya, setelah itu beliau pun berbaring. Tak berapa lama, beliau bangkit lalu mengambil selendangnya dengan perlahan dan mengenakan sandalnya dengan perlahan agar tidak mengusik tidur ‘Aisyah, kemudian membuka pintu dan keluar dari kamar ‘Aisyah. Setelahnya, pintu ditutup kembali dengan perlahan. ‘Aisyah yang ketika itu disangka telah lelap dalam tidurnya, ternyata melihat apa yang diperbuat suaminya. Ia pun bangkit mengenakan pakaian dan kerudungnya.
Selanjutnya, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha menuturkan, “Kemudian aku mengikuti beliau, hingga beliau sampai di pekuburan Baqi’. Beliau berdiri lama lalu mengangkat kedua tangannya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau berbalik dan aku pun berbalik. Beliau bersegera, aku pun bersegera. Beliau berlari kecil, aku pun berlari kecil. Beliau berlari lebih cepat, aku pun melakukan yang sama, hingga aku dapat mendahului beliau lalu segera masuk ke dalam rumah. Belum lama aku membaringkan tubuhku, beliau masuk. Melihat keadaanku beliau pun berkata, “Ada apa dengan dirimu wahai ‘Aisyah, kulihat napasmu memburu?”
Aku menjawab, “Tidak ada apa-apa.”
Beliau berkata, “Beritahu aku atau Allah subhanahu wa ta’ala yang akan mengabarkan kepadaku.”
Aku pun menceritakan apa yang baru berlangsung. Mendengar ceritaku beliau berkata, “Berarti engkau adalah sosok yang aku lihat di hadapanku tadi?”
Aku menjawab, “Iya.” Beliau mendorong dadaku dengan kuat hingga membuatku kesakitan. Kemudian beliau bersabda, “Apakah engkau menyangka Allah dan Rasul-Nya akan berbuat tidak adil terhadapmu ?”
Aisyah berkata, “Bagaimana pun manusia menyembunyikannya, niscaya Allah mengetahuinya, memang semula aku menyangka demikian.”
Rasulullah ﷺ menjelaskan, “Jibril datang menemuiku saat itu. Dia memanggilku, maka aku pun menyembunyikannya darimu. Aku penuhi panggilannya. Jibril tidak mungkin masuk ke kamar ini sementara engkau telah membuka pakaianmu. Tadi aku menyangka engkau sudah tidur maka aku tidak ingin membangunkan tidurmu, karena aku khawatir engkau akan merasa sendirian (dalam sepi) dalam kegelapan malam. Jibril berkata kepadaku saat itu, ‘Sesungguhnya Rabbmu memerintahkanmu untuk mendatangi pekuburan Baqi’ guna memintakan ampun bagi penghuninya’…” (Sahih, HR. Muslim no. 974)
Lihat bagaimana nuansa cinta yang melimpah dari rumah Nabi ﷺ. Pernah gak Arief disamperin Nisa saat bilang mau rapat santunan yatim ama bang feri dan bang Deni ampe jam 12 malem, anak yatim mana yang melek jam segitu ?
Pernah gak Sigit diikuti Arina saat datang ke rumah customer karena curiga jangan2 customernya perempuan ?
Pernah gak Bambang diikuti Rani saat keluar rumah dengan alasan mau belajar tahfidz, lha istrinya sendiri kan hafidzhah ?
Pernah gak emak2 sini ngikutin suami karena curiga ada the other woman, gak pernah kan ?
Maka perhatikan betapa romantisnya rumah tangga Rasulullah ﷺ yang dipenuhi dengan cinta. Masing2 istri berkata “He’s mine” terhadap diri suaminya.
Cinta seperti inilah yang dapat membawa pada keadilan. Ketika peristiwa haditsul Ifki, Rasulullah ﷺ meminta pendapat Zainab bintu Jahsyin, salah seorang istri beliau, tentang diri ‘Aisyah. Beliau berkata kepada Zainab:
مَاذَا عَلِمْتِ أَوْ رَأَيْتِ؟ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَحْمِي سَمْعِي وَبَصَرِي، وَاللهِ مَا عَلِمْتُ إِلاَّ خَيْرًا
“Apa yang engkau ketahui tentang Aisyah dan apa pendapatmu?” Zainab menjawab, “Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaran dan penglihatanku, demi Allah aku tidak mengetahui darinya kecuali kebaikan.” (Sahih, HR. al-Bukhari no. 4141)
Padahal kita tau bagaimana perdebatan Zainab dengan Aisyah saat kasus keadilan dalam rumah tangga Rasul.
Dengarkan pula pujian ‘Aisyah terhadap Juwairiyah radhiallahu ‘anha, salah seorang Ummahatul Mukminin, “Kami tidak pernah mengetahui ada seorang wanita yang lebih besar berkahnya terhadap kaumnya daripada Juwairiyah”. Pujian ini dilontarkan ‘Aisyah ketika Bani Mushthaliq, kaum Juwairiyah, dibebaskan oleh kaum muslimin dari penawanan karena pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Juwairiyah. Pujian ini dengan jujur diucapkan ‘Aisyah padahal sebelumnya ‘Aisyah cemburu kepada Juwairiyah. ‘Aisyah mengatakan, “Juwairiyah adalah wanita yang berparas elok dan manis. Setiap orang yang memandangnya pasti akan terpikat. Aku melihatnya dari balik pintu saat menemui Rasulullah ﷺ untuk meminta tolong dalam perkara pembebasan dirinya dari status tawanan perang. Ketika itu aku tidak menyukainya karena aku tahu Rasulullah ﷺ akan melihat keelokannya sebagaimana yang aku lihat.”
Semua kebaikan berkumpul didalam rumah tangga Nabi ﷺ, ada kejujuran, ada empati, ada pujian, dan ada cemburu. Ini yang namanya rumah tangga penuh cinta. Beda ama rumah tangga jaman now, kalo istri pertama ditanya tentang istri kedua, apa kalian yakin jawabannya seindah ucapan Zainab tentang Aisyah ?
So.. kalo Fani sering baca WA Ferry dengan alasan pengen baca materi di Kajian Langit Ungu, padahal sebagai alumni FKM dia bisa aja masuk di grup ini maka Ferry harus berbahagia masih dicurigai istri.
Kalo HP Wina diliat kang Dadang (ini orang betawi yg dipanggil kang) dengan alasan clear cache maka berbahagialah masih ada rasa cemburu pada suamimu.
Kalo kalian masih ribut gara2 pasanganmu cemburu padahal sudah menikah satu windu lebih maka berbahagialah.
Karena itulah yang dinamakan cinta. ❤❤
Recent Comments