Kisah Nabi Shaleh: Kelompok yang Selamat
Kisah Nabi Shaleh: Kelompok yang Selamat
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Allah binasakan kaum Tsamud namun Dia selamatkan orang beriman. Iya karena adzab diperuntukkan untuk orang yang mendustakan ayat-ayat Nya.
Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-Lah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Huud [11] : 66).
Allah bedakan kata Shaleh dengan orang-orang beriman tapi Allah selamatkan semuanya. Secara keimanan jelas jauh beda antara nabi Shaleh dengan pengikutnya. Tapi secara perlakuan sama. Ini yang namanya berkah berjamaah. Boleh jadi iman kita tidak cukup untuk mendatangkan pertolongan Allah. Namun karena kita mendukung para ulama maka kita menjadi bagian yang diselamatkan.
Uniknya langit yang menaungi kaum Tsamud adalah langit yang juga menaungi orang beriman, namun suara dari langit hanya didengar oleh kaum Tsamud.
Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. (QS. Huud [11] : ayat 67)
Begitu dahsyatnya suara itu terdengar hingga memutus jantung mereka, kata Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi. Memotong-motong hati mereka, kata tafsir Al Muyassar. Menimbulkan getaran dalam hati, kata Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar.
Apapun caranya satu suara dari langit telah menghentikan tanda-tanda vital mereka. Seketika mereka langsung jatuh tersungkur di tempat berdirinya tanpa sempat pindah posisi. Boro-boro sempat mudik, eeh pulkam, menggeser kakinya saja tidak sempat. Langsung tumbang seperti burung jatuh kata tafsir. Bum… serempak ribuan orang jatuh ke tanah sedetik setelah terdengar suara keras dari langit
Ribuan orang mati oleh satu suara. Laa haula wala quwwata illa billah… begitu mudahnya Allah membinasakan satu negeri. Cukup satu suara gak perlu puluhan bahkan ribuan suara, mereka tumbang semuanya tak menyisakan satupun. Itulah keperkasaan dan kekuatan Allah swt. Itu sebabnya ayat ini ditutup dengan kalimat “Sesungguhnya Tuhanmu Dia-Lah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa”
Beberapa hari lalu terdengar dentuman suara beberapa kali dari langit di waktu anak Krakatau erupsi. Jika yang merasakannya tahu kisah pembinasaan Tsamud bakal bergetar dirinya. Apalagi ada statemen dari PVMBG bahwa suara itu bukan berasal dari anak Krakatau, waah… makin horor. Satu suara yang dulu menghantam kaum Tsamud juga bukan berasal dari letusan gunung atau retakan gempa. Ini murni suara dari langit sebagaimana yang dikatakan para mufassirin.
Adzab bagi Tsamud berbeda dengan adzab bagi kaum Luth. Saat Allah akan menurunkan siksa bagi kaum sodom, Luth dan pengikutnya diperintahkan meninggalkan TKP agar tidak kena adzab. Sehingga di TKP hanya tersisa orang-orang durhaka. Sementara di wilayah Domatha dan Hegra masih dihuni oleh kaum Tsamud dan Shaleh bersama orang beriman.
Siksa bagi kaum Luth adalah siksa yang menyeluruh, jika anda ada disana maka anda terkena. Sementara siksa bagi kaum Tsamud adalah siksa yang bisa membedakan mana orang beriman dan mana orang durhaka. Lalu bagaimana dengan Corona? Corona seperti siksa bagi kaum Tsamud, bisa membedakan. Jadi gak perlu takut dengan datangnya siksaan, yang perlu ditakuti adalah jika kita tidak beriman.
Menegaskan bahwa keselamatan semata2 terjadi karena kehendak Allah bukan perbuatan manusia, ayat ini berbunyi “Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama dia.” Jadi bukan karena kehebatan perlindungan Shaleh dan orang-orang beriman sehingga mereka tidak binasa. Dan bukan karena daya tahan tubuh kita yang kuat atau bukan karena physical distancing atau bukan karena pake masker sehingga kita negatif Corona. Jika Dia kehendaki siapapun bisa terjangkit virus yang tak kasat mata ini sebagaimana siapapun bisa mendengar suara keras yang menimpa kaum Tsamud.
Itulah “rahmat dari Kami” lanjut ayat ini. Dalam kemarahanNya selalu ada rahmatNya. Sedahsyat-dahsyatnya adzab bagi kaum durhaka selalu ada rahmat Tuhan didalamnya. Dengan rahmat inilah kita berlindung agar terhindar dari adzab. Maka satu-satunya jalan keluar dalam pandemi ini hanyalah berlindung didalam rahmatNya. Dan hanya orang-orang beriman yang bisa menggapainya.
Ternyata semua itu adalah isyarat dari Allah bahwa apa yang menimpa umat terdahulu bisa menimpa kita. Dan jika memang ditakdirkan adzab itu datang maka jadilah kelompok yang selamat sebagaimana selamatnya Nabi Shaleh dengan orang-orang yang beriman. Yakni kelompok yang takut pada ancaman Allah dan siksa neraka sebagaimana nasehat yang diberikan oleh Abu Utsman.
Recent Comments