Contoh Khutbah Idul Adha Terbaru

Khutbah Idul Adha
Ilustrasi foto: wikihow.com
Bagikan

Pengorbanan Bukti Cinta dan Peduli

Oleh: Ust.Mahmud Mahfudz Lc. MH.

Khutbah I Shalat Idul Adha

Jamaah shalat Idul adha Rahimakumullâh….. Suasana Hari Raya Idul Adha kali ini berbeda dengan tahun tahun sebelumya karena adanya musibah pandemi covid 19 yang berakibat meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan baru. Kondisi seperti inilah yang menuntut kita untuk meningkatkan jiwa pengorbanan dan semangat kepedulian dan berbagi sebagai bukti rasa cinta kita kepada sesama yang sedang menderita .
Semua rasa cinta membutuhkan pengorbanan,cinta tanpa pengorbanan adalah cinta palsu.
Setiap kepedulian memerlukan perjuangan,kepedulian tanpa perjuangan adalah kepedulian semu.
Cinta menuntut tanggalkan segala kepentingan guna menggapai keridhaan.

Peduli mengharuskan tinggalkan segala urusan guna mencapai kesejahteran . Jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullâh …..

Macam –Macam Pengorbanan:

1.Berkorban Memberikan yang Terbaik menurut Selera dan Nafsu Demi Mencapai Kebaikan Sempurna . Allah berfirman:

لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran : 92)

Rasululloh bersabda:

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa.” (Hadits hasan shahih, kami telah meriwayatkannya dari kitab Al Hujjah dengan sanad shahih).

2.Berkorban Meninggalkan Keluarga dan Kesenangan Duniawi demi Meraih Cinta Allah dan Rasul.

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS.At Taubah: 24)

3.Berkorban Jiwa dan Harta demi Menggapai Surga

إِنَّ ٱللَّهَ ٱشْتَرَىٰ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلْجَنَّةَ ۚ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ وَٱلْإِنجِيلِ وَٱلْقُرْءَانِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِ ۚ فَٱسْتَبْشِرُوا۟ بِبَيْعِكُمُ ٱلَّذِى بَايَعْتُم بِهِۦ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.(QS.At.Taubah: 111)

Jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullâh……..

Contoh Pengorbanan

1.Pengorbanan Keluarga Ibrahim.

Sosok Ibrahim sebagai seorang suami dan ayah yang mampu mendidik keluarganya (anak dan isteri) sehingga menjadi orang-orang yang taat pada perintah Allah dan rela berkorban apa saja. Hal ini nampak pada perbincangan Ibrahim dan Isma‟il:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (umur dewasa ) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab:“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat: 102).

Pertanyaan besarnya adalah: kenapa Isma‟il, seorang anak yang masih belia rela menyerahkan jiwanya?. Bagaimanakah Isma‟il memiliki kepatuhan yang begitu tinggi?. Karena Nabi Ibrahim senantiasa berdoa:

فَبَشَّرْنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٍ

“Tuhanku, anugerahkan kepadaku anak yang shalih. Maka Allah mengkabulkan doanya:

.رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Kami beri kabar gembira kepada Ibrahim bahwa kelak dia akan mendapatkan ghulamun halim”. (QS.Ash-Shaffat: 100-101).

Demikian pula Nabi Ibrahim telah berhasil mendidik isterinya, Hajar sebagai seorang wanita yang yakin pada janji Allah. Dia tidak ragu akan pertolongan Allah yang akan diberikan pada siapapun yang mentaati perintah Nya. Bagi Hajar jawaban bahwa apa yang dilakukan suami tercinta berasal dari perintah Allah merupakan jaminan bahwa perkara tersebut akan mendatangkan kebaikan dan pertolongan Allah SWT. Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadist:

أَاللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا قَالَ نَعَمْ قَالَتْ إِذَنْ لَا يُضَيِّعُنَا

“Apakah Allah yang memerintahkan hal ini kepadamu?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Siti Hajar berkata, “Kalau begitu Allah tidak akan menyia-nyiakan kami” (HR Bukhari)

Demikianlah keluarga Ibrahim telah berkorban dengan sepenuh hati demi cintanya kepada Allah.

2.Pengorbanan Ulama dan Santri dalam Menjaga Keutuhan dan Kesatuan NKRI

Sidang perdana BPUPKI berlangsung pada 29 Mei-1 Juni 1945.. Total anggota BPUPKI adalah 68 orang.Wakil kubu nasionalis Islam antara lain KH. Abdul Kahar Muzakkir, Ki Bagus Hadikusumo, dan KH. Mas Mansur (Muhammadiyah); KH. Abdul Wahid Hasyim dan KH Masykur (NU); Sukiman Wirjosandjojo (Partai Islam Indonesia); Abikusno Tjokrosujoso ( Partai Syarikat Islam Indonesia); Haji Agus Salim (Pergerakan Penyadar); serta KH Ahmad Sanusi dan KH Abdul Halim (Persatuan Umat Islam).BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang bertugas menggodok kompromi tentang dasar negara Indonesia merdeka. Panitia ini terdiri atas nama-nama dari dua kubu nasionalis Islam dan nasionalis sekular.Mereka adalah Sukarno, Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, AA Maramis, Ahmad Subardjo,Haji Agus Salim (Pergerakan Penyadar) ,Abikusno Tjokrosujoso ( PSII), KH Abdul Wahid Hasyim (NU) dan KH Abdul Kahar Muzakkir (Muhammadiyah). Mereka merumuskan salah satu bunyi Piagam Jakarta yaitu: “Ketuhanan, dengan Kewajiban Menjalankan Syari’at Islam Bagi Pemeluk-pemeluknya”.

Namun Sebelum Pembukaa (Preambule) disahkan, pada tanggal 17 Agustus 1945 Mohammad Hatta mengutarakan aspirasi dari rakyat Indonesia bagian Timur yang mengancam memisahkan diri dari Indonesia jika poin “Ketuhanan” tidak diubah esensinya. Akhirnya setelah berdiskusi dengan para tokoh agama di antaranya Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wahid Hasyim, dan Teuku Muh. Hasan, ditetapkanlah bunyi poin pertama Piagam Jakarta yang selanjutnya disebut Pancasila itu dengan bunyi: “Ketuhanan Yang Maha Esa”.Inilah hadiah dan pengorbanan terbesar ummat Islam demi menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI.

Jamaah shalat Idul Adha Rahimakumullâh……..

Saatnya Berbagi dan Melayani

Saat ini kita sedang menghadapi musibah pandemi covid 19 yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran 4 juta -5,5 juta orang . Bahkan dipredeksi bisa menembus angka 10,7 juta – 12,7 juta orang pada 2021. Dan naiknya angka kemiskainan pada Maret 2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang terhadap September 2019 dan meningkat 1,28 juta orang terhadap Maret 2019. Pandemi Covid-19 mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi dan kondisi kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 diproyeksikan minus (-) 0,4 persen sampai dengan 1 persen sehingga dapat mengaakibatkan resesi ekonomi nasional.Nah dalam kondisi seperti inilah yang sangat tepat kita tingkatkan kepedulian kita kepada mereka yang terdampak covid 19 dengan berbagi sedekah. Nabi bersabda: Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ada seseorang yang menemui Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, lalu ia berkata,


يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا، وَلِفُلاَنٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ

“Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab, “Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat, saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu, hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, “Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1419 dan Muslim no. 1032)

Demikianlah khutbah singkat ini dengan kesimpulan bahwa pengorbanan keluraga Ibrahim demi menggapai cinta Allah dan pengorbana para ulama demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dari perpecahan . Daa saat inilah waktu yang tepat untuk berkorban dengan berbagi dan tetap melayani walaupun ditengah pandemi.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

Khutbah II Shalat Idul Adha

Khutbah Idul Adha 1441 H

Meneladani Semangat Jiwa Berkurban dan Mengabdi Nabi Ibrahim, dan Nabi Ismail Di Era Covid 19

Oleh: Dr. H. Ali Fikri Noor Lc, MA.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لا إلو إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وىزم الأحزاب
وحده لا إلو إلا الله ىو الله أكبر الله أكبر ولله الحمد، الحمد لله نستعينو ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيآت أعمالنا من يهده الله فلا مضل لو ومن
يضللو فلا ىادي لو والصلاة والسلام على سيدنا محمد وعلى آلو وصحبو أجمعين أما بعد:
رَبِِّّ ىَِّبْ لِِِّ مِِّنْ اِّلصَّالِِِينَ )ِّالصافات 011 ( فَِّ بَشَّرْنََهُ بِِّغُلََمٍ حَِّلِيمٍ )ِّالصافات 010 ( فَِّ لَمَّا بَِّ لَغَ مَِّعَوُ اِّلسَّعْيَ قَِّالَ يََِّب نَََُّ إِِّنِّّ أَِّرَى فِِِّ اِّلْمَنَامِ أَِّنِّّ أَِّذْبََُكَ فَِّانظُرِّْ
مَاذَا تَِّ رَى قَِّالَ يََِّأَبَتِ اِّفْ عَلْ مَِّا تُِّ ؤْمَرُ سَِّتَجِدُنِِّّ إِِّنْ شَِّاءَ اِّللََُّّ مِِّنْ اِّلصَّابِرِينَ )ِّالصافات 011 ( فَِّ لَمَّا أَِّسْلَمَا وَِّتَ لَّوُ لِِّلْجَبِينِ )ِّالصافات 012 ( وَِّنََدَيْ نَاهُ أَِّنْ يََِّإِبْ رَاىِيمُِّ
)الصافات 013 ( قَِّدْ صَِّدَّقْتَ اِّلرُّؤْيََ إِِّنََّ كَِّذَلِكَ نََِّْزِي اِّلْمُحْسِنِينَ )ِّالصافات 014 ( إِِّنَّ ىَِّذَا لََِّوَُ اِّلْبَِّلََءُ اِّلْمُبِينُ )ِّالصافات 015 ( وَِّفَدَيْ نَاهُ بِِّذِبْحٍ عَِّظِيمٍِّ
)الصافات 016 ( وَِّتَ رَكْنَا عَِّلَيْوِ فِِِّ اِّلْْخِرِينَ )ِّالصافات 017 ( سَِّلََمٌ عَِّلَى إِِّبْ رَاىِيمَ )ِّالصافات 018 (كَِّذَلِكَ نََِّْزِي اِّلْمُحْسِنِينَ )ِّالصافات 001 ( إِِّنَّوُ مِِّنْ عِِّبَادِنََِّ
الْمُؤْمِنِينَِّ ( )وَا ذكُرْ فِ الكِّتابِّ إبْ راىِّيمَ إنوُ كَانَ صِّ دِّيقًا نبيا ( : مريم

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar[1283]. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (yaitu) Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

Dan Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi. (Q.S Maryam : 41).

Kaum Muslimin Yang Dirahmati Allah swt (Allaahu Akbar 3 x Walillahil hamdu)

Di era merebaknya virus corona sekarang ini kita sangat membutuhkan asupan ruhani tentang spirit keikhlasan dan jiwa berkurban yang telah dicontohkan oleh para pendahalu kita dari kalangan manusia teragung, yakni para utusan dan Rasul-Rasul Allah swt, demikian agar kita dapat mengaca sejauh mana puncak pengorbanan mereka untuk selanjutnya basis spirit keihlasan dan semangat berkorban tsb dapat kita tumbuhkan, kita bina, kita pupuk, dan kita perkuat di tengah masyarakat dan bangsa kita ini, sehingga pada akhirnya dapat terbangun semangat (spirit) jiwa berkorban, jiwa melayani, dan jiwa mengabdi kepada sesama saudarasaudara kita sebangsa dan setanah air yang sedang mendapatkan ujian kesusahan dan kemiskinan hidup dari Allah swt.

Kaum Muslimin Yang Dirahmati Allah swt (Allaahu Akbar 3 x Walillahil hamdu)

Para ulama berpandangan bahwa kisah-kisah yang diabadikan Al-Qur’an adalah kisahkisah terbaik yang pernah ada dalam sejarah peradaban umat manusia, Allah swt menceritakan kisah-kisah sejarah manusia di dalam kitab Nya dengan tujuan untuk dijadikan ibrah
(pelajaran), kisah Al-Qur’an yang berisi kebaikan berikut balasan-balasan kebaikannya agar dijadikan pelajaran oleh manusia untuk ditiru dan dan praktekkan, sementara kisah keburukan berikut dengan hukuman-hukumannya juga dimaksudkan agar manusia itu menjadikannya sebagai pelajaran untuk ditinggalkan, dan bahwa barang siapa yang melakukannya akan mendapat ganjaran yang sama, yang baik akan dibalas dengan kebaikan, dan yang buruk akan dibalas dengan keburukan pula.

Syekh Muhammad Qutub, seorang pakar dalam bidang ilmu-ilmu Al-Qur’an menjelaskan : “Kisah-kisah Al-Qur’an itu berbeda dengan kisah-kisah lainnya, kisah AlQur’an itu berisi tentang pelajaran-pelajaran agung seperti amanah, Iffah (keluhuran kepribadian), kecintaan Allah, dan kecintaan terhadap Allah, amal saleh, berjihad, sholat dll, juga mencakup tentang kasus-kasus psikologis yang berisi anjuran dan larangan, perintah dan ancaman, di mana dengannya jiwa manusia itu semua secara instink dan fitrahnya diciptakan berdasarkan hal tsb, sehingga dengan kisah alQur’an tsb manusia dapat diarahkan kepada arah yang benar dan dapat dijauhkan dari jalan yang menyimpang”.

Di antara kisah terindah dan teragung yang pernah ada dalam sejarah umat manusia yang telah diabadikan Al-Qur’an adalah kisah puncak kepatuhannya Nabi Ibrahim as dan puncak keikhlasan dan kepasrahan puteranya nabi Ibrahim, yaitu yang bernama nabi Ismail as terhadap perintah Allah swt, Tuhan pencipta manusia dan alam semesta. Puncak Kesetiaan, kepatuhan, dan keluhuran budi pekerti rasul Allah yang mulia ini, yakni Nabi Ibrahim as dan Nabi Isma’il diabadikan di dalam FirmanNya:

“Dan Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi”.

Sedangkan kisah puncak keikhlasan dan kepasrah puteranya Nabi Ibrrahim as yang bernama Nabi Isma’il as juga diabadikan dalam Firman Nya

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi”.

Kaum Muslimin Yang Dirahmati Allah swt(Allaahu Akbar 3 x Walillahil hamdu)

Akhlak Para Nabi dan Rasul Di Dalam Menepati Janji

Banyak di antara para ulama dan ahli tafsir seperti Imam Ibnu Jarir At-Tabariy, Sufyan Ats-Tsauriy, Imam Abu Daud di dalam Sunannya, Abu Bakar Muhammad Bin Ja’far AlKhara’itiy di dalam kitabnya (Maka>rim al- Akhla>q), yang menuturkan tentang puncak keluhuran budi pekerti Nabi Isma’il dan anak keturunannya, yaitu Nabi Muhammad saw di dalam menepati dan membenarkan janji-janjinya.

Imam Ibnu Jarir At-Tabariy, meriwayatkan: ‚Dari Amr bin al-Harits bahwa Sahal bin Uqail menceritakan kepadanya: bahwa Nabi Isma’il as telah berjanji kepada seseorang untuk berjumpa bertemu di dalam suatu tempat, maka ia menghadiri tempat tsb. Namun laki-laki tsb lupa, maka nabi Isma’il terus menunggunya hinga bermalam, lalu laki-laki tsb datang pada keesokan harinya, nabi Isma’il lalu berkata kepada laki-laki tsb ‚Apakah kamu bermalam sejak di sini ?‛, laki-laki tsb menjawab : ‚tidak ! saya lupa‛, nabi Ismail berkata : ‚Saya selalu berada dan tidak meninggalkan tempat ini sampai kamu mendatangi saya‛. Itulah puncak keagungan nabi Isma’il di dalam menepati janjinya, atas itulah itu Allah swt memujinya dengan ungkapan Nya:

“Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya”.

Imam Sufyan Ats-Tsaury bahkan menceritakan bahwa Nabi Isma’il as itu sampai berdiam di tempat tsb dan menunggunya selama satu tahun, hingga laki-laki tsb datang‛.

Tentang keluhuran budi pekerti Nabi Muhammad saw di dalam menepati dan membenarkan janji-janjinya yang merupakan ciri dan tanda utama bagi seorang beriman ini dituturkan pula oleh Imam Abu Daud (di dalam Sunannya) dan Abu Bakar Muhammad Bin Ja’far Al-Khara’itiy di dalam kitabnya (Maka>rim al-Akhla>q) dari Abdullah bin Abi al-Hamsa, ia mengatakan : ‚Saya telah berbai’at kepada Rasulullah saw sebelum ia diutus menjadi Rasulullah, saya kemudian menundanya hingga beberapa sa’at, dan saya berjanji kepadanya untuk datang berbai’at pada suatu tempat, lalu saya lupa pada hari itu, dan keesokan harinya pada hari ketiga saya datang, dan ternyata Nabi Muhammad saw masih berada di tempat tsb dan beliau lalu mengatakan : ‚Wahai pemuda engakau telah menyusahkan saya, saya selalu berada di tempat ini sejak tiga hari, menunggumu‛.

Kaum Muslimin Rahimakumullah (Allaahu Akbar 3 x Walillahil hamdu)

Kisah Al-Qur’an Tentang Kepatuhan Nabi Ibrahim as, dan Keikhlasan Nabi Ismail as

Puncak kesetiaan dan keteguhan keimanan Nabi Ibrahim dan putranya, yaitu Nabi Ismail as ini telah diabadikan dan diceritakan di dalam literatur-literatur keislaman, oleh para ahli tafsir, seperti Imam Ibnu Katsir, yakni dalam penjelasan ini: “Bahwa setelah Allah swt memenangkan Nabi Ibrahim as atas kaumnya, dan setelah beliau menyaksikan ketidakmungkinan kaummnya untuk beriman sekalipun mereka telah menyaksikan tanda-tanda kebesaran Nya Allah swt, maka Nabi Ibrahim as itu berhijrah dari kaumnya seraya mengatakan

“Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orangorang yang saleh”. (Q.S.as-Shaffat: 99).

Anak tsb adalah bernama Ismail as, yaitu anak yang paling pertama yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim as, dan hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama kaum muslimin dan ulama Ahli Kitab, yaitu Nabi Ismail ini adalah puteranya Nabi Ibrahim yang lebih besar dari putranya yang lain, yaitu Nabi Ishak as. Bahkan di dalam teks kitab-kitab mereka dicatat bahwa di saat Nabi Ismail dilahirkan usia Nabi Ibrahim saat itu adalah delapan puluh enam (86) tahun, sedangkan usia Nabi Ibrahim di saat putranya yaitu Nabi Ishak dilahirkan adalah sembilan puluh sembilan (99) tahun. Lalu setelah itu Allah swt memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya itu yang bernama Ismail as.

Para ulama, dan pakar tafsir seperti Imam Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah , Sa’id Bin Jubair, Imam Atha’ Al-Khurasany dan Zaid bin Aslam, dan yang lainnya menjelaskan pengertian dan makna potongan ayat ini “di saat itu Nabi Ismail sedang dalam usia remaja” :

Yaitu: “Di saat Nabi Ismail itu beranjak menjadi seorang pemuda dan seorang laki-laki yang kuat bekerja dan kuat mengerjakan apa-apa yang mampu dipikul dan dikerjakan oleh ayahnya, dari suatu perjalanan dan pekerjaan”.

Di saat itu sang ayah Nabi Ibrahim as mengatakan : “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”. Maka saat itu sang putra yang taat dan patuh lagi beriman menjawab : “: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orangorang yang sabar”.

Imam Ibnu Katsir menuturkan kembali kelanjutan kisah ini, Yaitu, sang putra yang bernama Nabi Ismail itu menjawab : “Wahai ayahku Nabi Ibrahim!, laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah swt kepadamu, yaitu engkau diperintahkan untuk menyembelihku, niscaya aku akan bersabar dan memohon itu sebagai pahala di sisi Allah swt.

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya)”.

Yaitu di saat nabi Ibrahim dan putranya Ismail as sama-sama memasrahkan damn menyerahkan dirinya masing-masing, di mana Nabi Ibrahim menunaikan perintah Tuhannya, dan Nabi Ismail as patuh terhadap perintah dan permintaan ayahnya karena ta’at dan patuh kepada Allah dan kepada ayahnya.

Imam Mujahid, Qatadah, Ikrimah, Assuddy, Ibnu Ishak dan lainnya menjelaskan dalam Tafsir mereka terkait ayat ini: “Yaitu Nabi Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipisnya sambil memalingkan wajahnya untuk menyembelihnya pada bagian lehernya, dan beliau tidak melihatnya di saat menyembelihnya, agar lebih mudah melakukannya, … dan di saat itu sang anak, yaitu Nabi Ismail yang sudah siap untuk disembelih sedang mengenakan pakaian berwarna putih, dia berpesan kepada sang ayah: “Wahai ayahku aku ini tidak memiliki baju untuk dijadikan kain kafan jika aku meninggal selain baju yang aku kenakan ini, maka itu lepaskanlah bajuku ini dan kafanilah aku dengan bajuku ini, maka Nabi Ibrahim membenarkan posisi anaknya untuk melepaskan baju yang dikenakannya, maka di saat itu ia mendengar Firman Allah swt dari arah belakangnya:

Maka nabi Ibrahim menengok ke arah belakang ternyata didapati olehnya seekor domba besar berwarna putih, dengan tanduk yang indah dan mata yang bagus. Domba tsb adalah sebagai ganti dari Nabi Ismail yang ingin dikurbankan sebelumnya.

Kaum Muslimin rahimakumullaah. (Allaahu Akbar 3 x Walillahil hamdu).

Pelajaran penting yang dapat dipetik dari kisah tsb adalah point-poin di bawah ini:

Betapa teguhnya keimanan dan kesetia’an nabi Ibrahim dalam menunaikan amanah dan perintah dari Tuhan Nya, yaitu dia siap mengorbankan putranya, yakni sesuatu yang sangat bernilai dan berharga, sesuatu yang sangat dicintainya sekalipun siap dia kurbankan jika itu adalah perintah dan permintaan Allah swt. Sungguh hal itu adalah sesuatu yang sangat sulit dan sangat berat dilaksanakan oleh kita. Karena demikian besarnya ujian yang dihadapi Nabi Ibrahim, sampai-sampai Allah swt memujinya dengan pujian ini:

“Sesungguhnya Ia (Nabi Ibrahim as ) adalah seorang yang sangat membenarkan (perintah Tuhannya) lagi seorang Nabi”.

2. Betapa teguh, tinggi, dan kuatnya keikhlasan dan kesabaran serta kepasrahan Nabi Ismail, yaitu putranya Nabi Ibrahim as dalam menghadapi ujian yang menimpanya. Di mana nyawa yang sangat berharga baginya sekalipun siap dipertaruhkan jika sang pemiliknya, yaitu Allah swt memintanya. Karena demikian kuat kepasrahan dan kesabarannya sampai-sampai Allah swt memujinya di dalam Al-Qur’an dengan pujian ini:

“Sesungguhnya dia (Ismail as) itu seorang yang benar janjinya, dan dia seorang Rasul dan seorang Nabi”.

3. Allah swt tidak akan menyia-nyiakan kebaikan, kesetiaan, kesabaran, ketabahan, dan ketakwaan setiap hamba Nya, siapa yang bertakwa dari hamba Nya itu pasti akan diberikan kemudahan dan jalan keluar pada setiap kesulitannya, dan diberikan balasan dan ganjaran yang terbaik dan termulia dari Nya. Hal ini telah diabadikan pada ayat ini:

“Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Kebaikan Nabi Ibrahim dan puteranya, yakni Nabi Isma’il as telah diganti oleh Allah swt, di mana kurban yang sebelumnya adalah anaknya, maka kemudian Allah ganti dengan seekor domba, yang hingga kini dan hingga Hari Kiamat akan selalu kita laksanakan peristiwa Idul Kurban tsb. Sebagai sebuah pelajaran bagi kesetiaan dan kepatuhan seorang hamba terhadap pesan dan perintah Tuhannya, yaitu siapa yang telah diberikan keluasan harta oleh Nya maka ia dianjurkan dan disunnahkan berkurban.

4. Mereka yang selalu mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam kepatuhan, ketundukan, kesabaran, ketakwaan, dan terutama dalam kerelaan berkurban dan mengabdi akan selalu digolongkan oleh Allah swt sebagai hamba-hamba Nya yang beriman. Hal ini sesuai dalam Firman Nya:

“Sesunggunya dia itu (Ibrahim as) termasuk hamba-hamba kami yang beriman”

5. Berkurban adalah bagian dari bersedekah dengan kelebihan harta yang dimiliki seseorang, dan berkurban adalah bagian dari bukti kepatuhan dan kesetiaan seorang hamba di dalam menjalankan perintah Allah swt, sang pemberi dan pengatur rezeki. Allah swt akan memelihara dan menambahkan harta hamba-hamba Nya yang rajin bersedekah dan berkurban. Sebagaimana Imam Hasan Al-Bashri menjelaskan: ‚Sesungguhnya Allah swt itu pasti akan menganugerahkan nikmat sesuai kehendak Nya, maka itu siapa yang tidak bersyukur atas nikmat Nya, kelak akan Allah balik nikmat itu menjadi adzab, dan karena itu para ulama menamakan syukur itu dengan dua sebutan nama, yaitu yang pertama adalah (al-H{a>fiz{), atau pemelihara, sebab syukur itu akan melestarikan, menjaga, dan memelihara nikmat yang ada, dan yang kedua adalah (al-Jalib), yaitu pengundang, sebab sifat syukur itu akan mengundang datangnya nikmat-nikmat yang belum ada sehingga menjadi ada‛.

6. Di antara keluhuran sifat Nabi Ibrahim adalah as-s{iddi>qiyyah, yang artinya ‚benar‛, yaitu kebalikan berdusta, juga dimaknai dengan istilah ‚orang yang benar di dalam ucapannya, keyakinannya, dan di dalam mewujudkan kebenarannya itu melalui perbuatannya‛, atau dimaknai pula dengan: ‚orang yang tidak dimungkinkan keluar darinya kedustaan, karena telah terbiasa melakukan kebenaran‛.

Al-Qur’an menyebutkan ada tiga Nabi yang dikenal memiliki sifat ‚benar‛ (ass{iddi>qiyyah), yaitu Nabi Yusuf, Nabi Idris, dan Nabi Ibrahim as. Demikian pula dengan Maryam binti Imran, ia dijuluki Al-Qur’an sebagai wanita yang memiliki sifat ass{iddi>qiyyah, Begitu pula dengan Nabi Muhammad saw, ia mendapatkan julukan alami>n, yaitu orang yang sangat terpercaya. Begitu pula manusia-manusia biasa lainnya yang kedudukannya mulia di sisi Allah swt dikarenakan keta’atan mereka terhadap Allah swt dan Rasul Nya, hingga mereka itu dapat menyaingi derajat orang-orang soleh dan para Syuhada juga Al-Qur’an menjuluki mereka dengan sebutan as-s{iddin.3 Hal ini sebagaimana telah difirmankan oleh Nya:

‚Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersamasama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya‛. (Q.S. An-Nisa : 69).

7. Nabi Ibrahim ini telah meraih sifat as-s{iddi>qiyyah, yakni kebenaran di dalam keimanan kepada Allah swt, yang karenanya beliau kemudian berada pada puncak kebenaran tsb, baik benar di dalam ucapan, keyakinan, dan perbuatan, dan tidak pernah terjerumus di dalam perilaku kedustaan sama sekali, yang karenanya beliau kemudian berhak mendapatkan predikat khalilu Rahman (teman dan kekasihnya Nya Allah yang maha Rahman).

8. Sifat-sifat yang mesti dipenuhi oleh orang-orang bertakwa, sebagai syarat untuk menjadi ahli syurga ini telah dipenuhi, dibangun, dan dicontohkan oleh moyangnya para nabi dan rasul , yaitu Nabi Ibrahim as sejak ribuan tahun yang lampau, yaitu sifat –sifat ini: Al-Awwab, Al-Hafiidz, Al-Khosyah, Al-Muniib.
‚Dan didekatkanlah syurga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturanperaturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat‛. (Q.S. Qaaf : 31-33).

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: