Contoh Kasus & Solusi Ergonomi Pada Supir Truk

Posisi berkendara di truk
Ilustrasi foto: man.com.ge
Bagikan

Contoh Kasus & Solusi Ergonomi Pada Supir Truk

Oleh: Muhyidin, SKM

Supir / driver merupakan salah satu profesi yang memiliki risiko ergonomi. Professional driver (supir profesional) yaitu seseorang yang pekerjaan utamanya mengendarai kendaraan baik itu supir untuk kendaraan perusahaan/instansi maupun kendaraan umum biasanya mengendarai kendaraan mereka selama berjam-jam lamanya di dalam kendaraan.

Sebagai contoh seorang supir truk antar kota antar provinsi (AKAP) yang sudah bekerja puluhan tahun dengan sistem kerja 6 hari berturut turut dan kerjanya >8 jam tentunya memiliki risiko ergonomi yang cukup besar. Terkadang ada supir yang mengalami sakit pinggang dan hanya diberikan balsem atau dipijat saja. Belum lagi kalau membawa kendaraan dengan AC pendingin, pencahayaan yang kurang pada malam hari dan getaran pada jok duduknya, terkadang posis duduknya yang tidak dengan postur netral (misalnya bersandar/miring ke arah pintu kendaraan) menambah daftar panjang risiko tersebut.

Faktor risiko ergonomi pada kendaraan berat/truk

Faktor risiko ergonomic pada contoh supir truk AKAP di atas dibagi dalam 3 kelompok besar, yaitu:

  1. Faktor fisik: postur janggal, pekerjaan statis dengan posisi duduk terlalu lama, suhu dingin, dan vibrasi (hand arm vibration & whole body vibration), repetitive motion (gerakan berulang)
  2. Faktor psikososial: waktu kerja yang lama, waktu istirahat yang kurang, kurangnya kontrol pada pekerjaan
  3. Faktor individu: usia, masa kerja, jenis kelamin, antropometri, kapasitas fisik

Dampak yang mungkin terjadi pada supir truk

  1. Dampak terhadap kesehatan: gangguan musculoskeletal disorder (MSD) terutama sakit pinggang, leher dan bahu serta gangguan cardiovascular terutama tekanan darah tinggi dan jantung (Rusdjijati, 2005). Supir truk AKAP merupakan pengemudi profesional yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi untuk gangguan muskuloskeletal, terutama punggung bawah (lower back), karena duduk lama, dan getaran (Magnusson, et al., 1996 dan Szeto GP & Lam P, 2007). Sebuah studi tentang prevalensi LBP (low back pain) pada pengemudi bus, pengemudi truk, dan pekerja menetap menunjukkan bahwa 81% pengemudi bus Amerika dan 49% pengemudi bus Swedia pernah mengalami LBP selama pekerjaan mereka sekarang (Magnusson, et al., 1996). Pengemudi truk laki-laki empat kali lebih mungkin dibandingkan pekerja yang tidak banyak bergerak untuk mengembangkan diskus lumbal hernia (Kelsey JL & Hardi RJ, 1975), dan 80% operator pelatih motor telah mengalami nyeri punggung atau leher dibandingkan dengan 50% non-pengemudi (Anderson, 1992).
  2. Dampak terhadap kenyamanan: gejala MSD seperti nyeri leher, punggung, bahu, lutut dan paha yang mungkin dialami supir truk AKAP tersebut yaitu akan menimbulkan ketidaknyamanan saat bekerja. Beberapa nyeri tersebut kemungkinan nyeri yang menjalar dari tulang belakang yang berhubungan dengan posisi statis yang lama dan gerakan repetitive saat mengemudi dapat menimbulkan ketidaknyamanan (Szeto GP & Lam P, 2007).
  3. Dampak terhadap performa: gejala MSD yang dialami supir truk AKAP berpotensi untuk menimbulkan cidera dan kesakitan saat melakukan pekerjaan sehingga performa kerjanya akan menurun. Selain itu bisa berdampak pada tingkat ketidakhadiran (absenteeism) karena nyeri yang diderita. Performa yang menurun juga dapat menyebabkan kecelakaan saat berkendara karena nyeri yang dapat mengurangi konsentrasi saat berkendara. Selain itu, hasil kerja tidak sesuai /tidak sesuai target/sering melakukan kesalahan dalam pekerjaan yang mengakibatkan menurunnya produktivitas.

Rekomendasi dengan pendekatan ergonomi untuk supir truk

1.Engineering control (rekayasa teknik): mendesain area kerja dengan mengatur tinggi kursi, sandaran kepala, penahan/bantalan pinggangl, posisi setir, tuas persneling dan pengaturan jarak pedal gas/rem/kopling agar dalam posisi netral/ergonomis dan mudah dijangkau. Kendaraan dilakukan perawatan rutin agar getarannya tidak tinggi dan pengaturan suhu kendaraan agar tidak terlalu dingin serta arah aliran AC tidak langsung ke wajah/tubuh supir.

2. Rekayasa teknik lainnya yaitu dengan memasang DIM (driving improvement monitoring) yang berbasis GPS seperti yang digunakan perusahaan minyak dan gas bumi atau perusahaan lainnya. Fungsi alat DIM ini selain untuk mengendalikan kecepatan kendaraan juga untuk mengendalikan waktu istirahat mengemudi. Misalnya supir ketika berkendara mencapai 2 jam akan ada alarm peringatan yang menandakan untuk istirahat (mobil harus dimatikan agar alarm nya tidak berbunyi lagi) sehingga supir akan mencari tempat istirahat terdekat yang aman.

Pengatur workstation supir yang ergonomis (netral)

Sumber: http://www.m-erg.com/1-3-wellness-blog/ergonomics-for-the-road/

Gambar 1. Pengatur workstation supir yang ergonomis (netral) saat berkendara.

3. Administrative control (pengendalian administratif): memberikan pelatihan kepada supir untuk berkendara dengan selamat (misalnya pelatihan defensive driving, motor vehicle safety training, SMITH system training) agar supir memiliki pengetahuan tentang bahaya ketika berkendara dan cara menanganinya; membuat prosedur seperti journey management plan (JMP), fatigue management, buddy system (adanya supir cadangan untuk perjalanan jauh dan bisa supir bisa bergantian menyetir), dan pemasangan label/rambu/stiker cara mengemudi secara ergonomis.

4. Alat pelindung diri (APD): penggunaan seat belt setiap saat selama mengemudi dan pakaian yang menutupi tubuh agar memberikan kehangatan dari paparan AC kendaraan yang dingin.

 

Referensi:

Anderson R. The back pain of bus drivers. 1. Prevalence in an urban area of California. Spine 1992; 17: 1481-8.

Kelsey JL, Hardy RJ. Driving of motor vehicles as a risk factor for acute herniated lumbar intervertebral disc. Am J Epidemiol 1975; 102: 63-73.

Magnusson ML, Pope MH, Wilder DG, Areskoug B. Are occupational drivers at an increased risk for developing musculoskeletal disorders? Spine. 1996;21:710–717.

Szeto GP, Lam P. Work-related musculoskeletal disorders in urban bus drivers of Hong Kong. J Occup Rehabil. 2007;17:181–198.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: