Belajar Lagi dari Semut

semut
Ilustrasi foto: suara.com
Bagikan

Belajar Lagi dari Semut

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Kehebatan semut adalah memiliki reseptor bau empat sampai lima kali lebih banyak daripada kebanyakan serangga lainnya. Hal ini membuat semut memiliki kemampuan indera dengan rasa dan bau. Sebagai perbandingan, ngengat sutra memiliki reseptor bau 52 , lalat buah memiliki 61, nyamuk sekitar 74-158 dan lebah madu memiliki 174. Nah semut berkali-kali lipat dari itu.

Indera penciuman semut terletak pada antenenya, maka dia dapat mencium bau dari jarak jauh. Tapi bukan itu yang bikin kita harus belajar dari semut. Setiap mahluk diciptakan Allah dengan keistimewaan masing-masing.

Ada ucapan semut yang Allah abadikan dalam Al-Quran :

Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”; (An Naml : 18)

Apa makna dari ucapan ratu semut kepada kaumnya diatas ? Dia berbaik sangka kepada Sulaiman dan tentaranya!

Semut yang keberadaannya biasa disapu ama emak-emak dan kalo bergerombol biasa disiram minyak tanah ternyata memiliki sifat baik sangka! Sungguh hebat sifat ini. Wajar jika Al Qur’an merekamnya.

Uniknya, semut masih berbaik sangka pada nabi Sulaiman dengan mengatakan kepada semut lain “hati-hati prens.. ente bisa diinjak oleh Sulaiman karena dia tidak tau ente disitu” padahal ada taruhan nyawa disini. Semut gak menyalahkan manusia yang menginjak dirinya, dia berbaik sangka jika manusia menginjak dirinya, itu karena ketidaktahuannya. Masya Allah… sungguh mulia sifat ini. ?

Lihat… sampai merenggang nyawapun semut tetap berbaik sangka. Lha kita berdo’a kepada Allah gampang putus asa. Baru ada Corona uda bingung. Baru di lockdown 2 pekan uda hilang harapan. Etdah.. semut mempertaruhkan nyawanya masbro tapi tetap berbaik sangka. Kalian baru WFH sepekan uda berkurang ibadahmu dan bertambah berat badanmu.

Siapa yang dibaiksangkakan oleh semut? Seorang nabi yang imannya tidak diragukan lagi. Sementara ada muslim yang baca fatwa MUI tentang pelaksanaan sholat jumat malah nyari masjid yang Jumatan. Tau ada berita fatwa ulama Saudi menutup masjid-masjid kecuali Masjidil Haram dan Masjid Nabawi gak mudeng. Denger kyai, habib, dan ustadz menutup pengajiannya malah nyari pengajian lain. Ribet bener hidupnya. Hidup itu seperti semut, ada orang sholeh maka berbaik sangka kepadanya. Itu semut kalo punya kewajiban mengikuti nabi Sulaiman sudah pasti diikuti.

Semut berbaik sangka sehingga umurnya panjang. Di laboratorium, semut ratu bisa hidup selama hampir 30 tahun. Bandingkan dengan anjing dan kucing yang ‘cuma’ 15 tahun. Orang yang hidupnya dibawa asyik, ada fatwa ditaati, ada himbauan diikuti, seakan-akan dia hidup seperti semut, penuh kebaikan.

Semut ngajarin kita untuk berbaik sangka kepada ulama pewaris para nabi dan kepada orang sholeh. Kalo kita masih bandel juga, apa gak malu ama semut ?

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: