Bersama dan Beriringan

Bersama dan beriringan
Ilustrasi foto: flickr.com
Bagikan

Bersama dan Beriringan

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Pasca keluar dari ‘jamaahnya’ Khidr, Musa as bikin jamaah bersama Harun as. Masuknya Harun kedalam ‘jamaah’ Musa dijelaskan dalam ayat ini :

“Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (yaitu) Harun saudaraku. Teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutuku dalam urusanku.” (Q. S. Thaha 20: 29-32)

Dulu sih belum familiar istilah berjamaah, paling keren dikenal istilahnya amal jama’i. Maka bersama2lah Musa dengan Harun mendakwahi Bani Israil dan melawan kezhaliman Firaun.

Namanya jamaah manusia pasti ada friksinya. Kita bukan jamaah malaikat, begitu kata senior2 dakwah PKS kepada kami dulu. Malaikat jauh dari hasad, dengki dan penyakit hati lainnya. Malaikat terhindar dari hawa nafsu. Kalo malaikat berjamaah sih bagus, jadi seragam gerak dan ucapannya cuma miskin inovasi dan kreasi. Jamaah malaikat tak ubahnya seperti kerja ASN eselon 3 dan 4 yang akan diganti robot oleh penguasa, mustahil terjadi. Liat aja postingan status Zikri yang masih hepi2 aja, gak kuatir bakal digeser. Coz dia tau yang ngomong sekarang adalah orang yang sama yang ngomong ekonomi di bulan September bakal meroket 4 tahun lalu.

Gambaran goyangnya kebersamaan Musa dengan Harun terlukis dalam Al Quran.

“Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?” Dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: “Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang lalim.” (QS. Al-A’raaf: 150)

Ada perselisihan keras disini. Baik Musa maupun Harun adalah orang shalih, keduanya nabi. Namun masih terdapat perselisihan. Begitu marahnya Musa, dan kita tau bahwa Musa memiliki tempramen yang tinggi, melihat perbuatan kaumnya yang menyembah sapi maka catatan2 yang baru didapat dari Tuhan dilempar. Itu wahyu lho.. bukan sekedar tulisan biasa. Bukan hanya itu, rambut Harun dijambak Musa karena kesal sebagai orang yang ditunjuk jadi Pjs tidak dapat mencegah kemungkaran.

Harun memberi alasan kenapa dirinya mendiamkan kemungkaran terjadi yakni dirinya lemah. Harun tidak sekuat Musa yang sekali gampar orang langsung mati. Kekuatan Harun tidak dianggap oleh kaumnya. Lagipula jika Harun terus menentang kemungkaran Bani Israil maka dirinya berada dalam bahaya, bakal dibunuh. Ini namanya kaidah dakwah membiarkan kemungkaran kecil demi menghindari kemungkaran yang lebih besar. Kalo Harun tiada maka Bani Israil bisa kafir semuanya. Sementara dengan keberadaan Harun hanya sebagian bani israil yang menyembah sapi.

Dalam cerita Yahudi, Musa awalnya digambarkan sebagai panglima perang Firaun yang gagah perkasa. Ada sebuah pertempuran yang Firaun aja gak bisa menang tapi lewat tangan Musa bisa menang. Hingga rakyat Mesir lebih memuja Musa daripada Firaun. Saya liat di film cuma lupa judulnya apa. Itu sebabnya Musa ditakuti oleh Bani Israil. Sehingga tatkala Musa wafat Bani Israil terpecah.

Hal yang sama terjadi pada diri Umar bin Khathab. Dalam sebuah hadits Nabi ﷺ menyamakan Umar dengan Musa. Pasca kematian Umar umat Islam terpecah. Mulai muncul kelompok sempalan seperti syiah yang mendukung Ali daripada Utsman sebagai amirul mukminin. Ada hadits yang saya baca tentang mimpi Nabi ﷺ bahwa Umar adalah orang yang menahan pintu perpecahan agar tertutup (saya males nyari dibuku, pun males googling, jadi kalian percaya aja ada hadits ini). Takwilnya setelah Umar tiada maka kaum muslimin berpecah belah dalam kelompok2.

Jamaah itu begitu, ada yang kuat seperti Musa dan ada yang kurang kuat seperti Harun. Tidak pernah seragam, namanya juga jamaah manusia. Musa akhirnya menyadari kenyataan ini sehingga beliau bertobat atas kemarahannya seraya memohon ampun bagi dirinya dan Harun. “Musa berdoa: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang”. (QS. Al-A’raaf: 151)

Ribut2 mah biasa aja, yang penting setelahnya berkoalisi membangun negara. Musa dengan Khidr berselisih, Musa dengan Harun berselisih. Ini yang namanya jamaah manusia, selalu ada gesekan didalamnya. Kisah perbedaan pandangan dari para nabi Allah ini yang  tetap menjalankan amanat dakwah adalah gambaran indah dari sebuah jamaah.

Perbedaan ini melahirkan persaudaraan dan persaudaraan mendatangkan rahmat Allah. Pada akhir cerita Allah memuji mereka, Musa dan Harun. Iya… mereka yang pernah berselisih dipuji oleh Rabbul Izzati. Bukan hanya dipuji tapi juga diselamatkan atas bencana besar. Maka wajar saja jika orang2 sesudah mereka yang datang berkata : salamun ‘ala musa wa harun, Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun.

“Dan sesungguhnya Kami telah melimpahkan nikmat atas Musa dan Harun. Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya dari bencana yang besar. Dan Kami tolong mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang. Dan Kami berikan kepada keduanya kitab yang sangat jelas. Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus. Dan Kami abadikan untuk keduanya (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian. (yaitu): “Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun” (Q. S. Ash-Shaffat 37: 114-120)

Musa dan Harun berselisih tapi tetap bersama itu sebabnya ada pengagungan dalam bentuk doa kepada mereka berdua. Musa dan Khidr berselisih dan tidak bersama, tidak ada pengagungan kepada mereka dari generasi sesudahnya. Itu karena kebersamaan adalah sebuah hal yang agung. Maka pertahankanlah ya akhi.. ukhuwah kalian kepada sesama muslim agar kalian mendapat doa kesejahteraan dari generasi mendatang.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: