Begitu Cepatnya Tepung Gandum Menjadi Roti Gulai Daging nan Lezat Sebagai Kuahnya

Begitu Cepatnya Tepung Gandum Menjadi Roti Gulai Daging nan Lezat Sebagai Kuahnya

“Sedekah tidak mengurangi harta. Apabila seseorang mengulurkan tangannya untuk memberi sedekah, maka sebelum sedekah itu sampai ke tangan penerimanya, niscaya dia telah sampai ke tangan qudrat Allah Yang Mahasuci (atau diterima oleh Allah) …” (At-Taghîb)

•┈┈•••❁ 1⃣

Habib Al-Ajmi adalah seorang saleh yang terkenal pada masanya. Satu ketika, istrinya menyiapkan tepung gandum untuk membuat adonan roti. Setelah itu, dia pergi ke rumah tetangganya untuk meminta api.

Pada saat hampir bersamaan, datanglah seorang peminta sedekah. Tidak pikir panjang, Habib Al-Ajmi langsung memberikan tepung gandum kepada orang tersebut.

Saat istrinya datang dengan membawa api, dan mendapati kalau tepung gandum sudah tidak ada di tempatnya, dia pun bertanya kepada suaminya, “Di mana tepung yang aku simpan tadi?”

Habib menjawab, “Tepung itu sudah dibawa pergi untuk dimasak.”

Istrinya tidak percaya dengan jawaban Habib sehingga dia menanyakannya sampai berkali-kali. Akhirnya, Habib terpaksa mengatakan kejadian sebenarnya, “Aku sudah memberikannya kepada peminta sedekah!”

“Subhânallâh, hanya tepung itulah yang ada di rumah kita. Sekarang tidak ada lagi yang bisa kita makan. Dan, kita sangat memerlukan makanan …”

Belum selesai wanita ini berbicara, tiba-tiba datanglah seseorang ke rumah mereka dengan membawa mangkuk besar yang dipenuhi gulai daging bersama roti yang banyak.

Mendapati hal tersebut, Habib Al-Ajmi berkata penuh takjub, “Mâ syâ Allah, begitu cepatnya tepung menjadi roti! Bahkan, gulai pun datang sebagai tambahannya!” (Raudhur Riyâhin)

•┈┈•••❁ 2⃣

Selain ketidakpastian, ada banyak kepastian dalam hidup manusia. Satu di antaranya adalah hadirnya balasan terbaik atas sedekah yang kita keluarkan di jalan Allah. Nilai kepastiannya bagaikan terbitnya matahari pada esok pagi.

Dan, yang namanya balasan dari Allah Ta’ala tidak sekadar hadirnya pahala yang akan dicairkan di akhirat. Balasan dari Allah pun, DP-nya sudah diberikan di dunia dalam beragam bentuk yang Allah Ta’ala sesuaikan dengan kebutuhan sang hamba.

Ada kalanya balasan itu hadir dalam bentuk materi (harta benda), dalam wujud kesehatan dan kesembuhan, keterjagaan dari bencana, bertambahnya ilmu, dipermudah urusan, hadirnya kebahagiaan dan ketenangan hati, dan lainnya.

Apa yang terjadi kepada Habib Ajmi rahimahullâh adalah sebagian kecil saja dari balasan di dunia, sebelum Allah memberikan balasan utuhnya di akhirat kelak.

•┈┈•••❁ 3⃣

Begitu besarnya fadilah dari sedekah bagi seorang Muslim, di dunia maupun di akhirat, Rasulullah ﷺ senantiasa mengingatkan para sahabatnya untuk menjaga amalan yang satu ini.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. misalnya disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sedekah tidak mengurangi harta. Apabila seseorang mengulurkan tangannya untuk memberi sedekah, maka sebelum sedekah itu sampai ke tangan penerimanya, niscaya dia telah sampai ke tangan qudrat Allah Yang Mahasuci (atau diterima oleh Allah) …” (At-Taghîb)

•┈┈•••❁ 4⃣

Dari Jabir bin Abdillah ra. disebutkan pula bahwa dalam salah satu khutbahnya Rasulullah ﷺ bersabda:

“Wahai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah sebelum datangnya saat kematianmu. Dan, bersegeralah kamu dalam (menunaikan) amal-amal baik sebelum datangnya kesibukan dalam pekerjaanmu.

Dan, kuatkanlah hubunganmu dengan Allah Ta’ala dengan memperbanyak zikrullah serta memperbanyak sedekah, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.

Yang mana, dengan hal itu (zikir dan sedekah) engkau akan dikaruniai rezeki; engkau akan dibantu dan aneka kerugianmu akan diberi ganti (dengan pergantian yang terbaik).” (At-Taghîb)

Abdurrahman bin Auf ra. berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Ada tiga perkara, dan demi Zat yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya, aku bersumpah mengenai ketiga hal ini. (Yang pertama), dengan bersedekah, harta tidak akan berkurang, maka perbanyaklah sedekah …” (At-Taghîb)

???? … Disarikan dari Fadhilah Sedekah karya Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandhalawi.