Ukuran Frekuensi Penyakit

Ukuran Frekuensi Penyakit
Ilustrasi foto: ec.europa.eu
Bagikan

Ukuran Frekuensi Penyakit

Pengukuran frekuensi penyakit mengukur seberapa sering suatu penyakit atau kondisi muncul dalam populasi tertentu. Dengan demikian, ukuran frekuensi penyakit juga disebut ukuran kejadian. Tiga ukuran utama frekuensi penyakit adalah (Gertsman, 2013):
● proporsi insiden (risiko)
● tingkat insiden (kepadatan insiden)
● prevalensi.

Ketiga ukuran frekuensi penyakit ini merupakan jenis rasio yang terdiri dari pembilang dan penyebut . Pembilang (numerator) setiap ukuran frekuensi penyakit adalah beberapa jenis jumlah kasus. Penyebut (denumerator) adalah ukuran ukuran populasi atau ”orang-waktu”. Saat Anda mempelajari masing-masing ukuran frekuensi penyakit ini, perhatikan dengan cermat persamaan dan perbedaan pembilang dan penyebutnya.

Pertimbangan penting ketika mempelajari frekuensi penyakit adalah apakah populasi yang diteliti tertutup atau terbuka.

1. Populasi tertutup juga disebut kohort. Mereka tidak mendapatkan anggota baru setelah mereka ditetapkan dan kehilangan anggota hanya jika anggota meninggal atau tidak lagi berisiko menjadi kasus karena alasan apa pun. Jadi, mereka mulai dengan sejumlah individu dan menyusut dari waktu ke waktu seiring dengan kematian dan individu dihapus dari risiko.

2. Berbeda dengan populasi tertutup, populasi terbuka menambah anggota baru melalui kelahiran dan imigrasi, dan kehilangan anggota melalui emigrasi dan kematian. Seiring waktu, populasi terbuka dapat tumbuh, tetap berukuran sama, atau menyusut, tergantung pada rate tingkat arus masuk atau arus keluar mereka. Populasi terbuka yang masuk keadaan stabil — jadi, misalnya, saat satu orang meninggal, seorang individu baru lahir ke dalam populasi dan yang lain menua untuk menggantikan kematian — dikatakan tidak bergerak.

Jenis ukuran frekuensi penyakit

1. Angka Kasus

Ini merupakan ukuran yang paling sederhana & bermanfaat dalam alokasi pelayanan kesehatan tapi terbatas penggunaannya (besarnya populasi sumber kasus tidak diperhitungkan). Angka kasus tidak dapat membandingkan kejadian pada 2 populasi. Contoh:

  • Terdapat 580 kasus baru PJK (penyakit jantung koroner) di kota Mataram (jumlah populasi 450.000 orang)
  • Terdapat 350 kasus baru PJK di kota Kuta (jumlah populasi 54.000 juta orang)
  • Jika dilihat dari angka kasus tersebut bisa diinterpretasikan bahwa kebutuhan medis, diagnosis, tatalaksana di kota Mataram (580/450.000 = 0,0012) lebih prioritas dari kota Kuta (350/54.000 = 0,0064) karena kasusnya hampir 2x lipat.

2. Rasio

Merupakan terminologi umum yang bermakna suatu kuantitas/angka dibagi kuantitas lain. Sedangkan dalam pengertian umum yaitu numerator (pembilang) dibagi denumerator (penyebut) dan numeratornya tidak termasuk di dalam denumerator. Sifatnya bisa berdimensi (punya unit pengukuran) bisa juga tidak.

Kalau dilambangkan maka rasio = a/b

Contoh: rasio kasus bayi lahir mati (a) / 1000 lahir hidup (b)

3. Proporsi

Proporsi merupakan sejenis rasio yang numeratornya termasuk di dalam denumerator. Proposi bersifat tidak berdimensi (tidak punya unit pengukuran) dan berkisar dari nilai 0 – 1. Proporsi juga sering dinyatakan dalam prosentase (%).

Kalau dilambangkan maka proporsi = a/(a+b)

Contoh:

  • Proporsi wanita usia di atas 50 tahun yang menjalani hysterektomy. Artinya wanita 50 tahun yang hysterektomy/jumlah populasi
  • Proporsi kematian janin dari jumlah total kelahiran (lahir hidup + lahir mati)

4. Rate

Rate adalah sejenis rasio yang numeratornya berbeda dari denumerator dan ukuran waktu merupakan bagian dari intristik dari denumeratornya. Ini merupakan potensi perubahan seketika pada satu kuantitas per unit perubahan kuantitas lainnya (yang biasanya berupa waktu). Berdimensi dan nilainya berkisar dari 0 – tak terhingga.

Metode untuk menghitung rate:

Jumlah orang yang mengalami peristiwa/Jumlah populasi berisiko sesuai numerator dalam waktu tertentu (per unit waktu)

Kalau dilambangkan maka rate = a/b (satuan waktu tertentu)

Contoh:

  • Kecepatan mobil (km/jam)
  • Jumlah kasus baru kanker paru payudara per 100.000 perempuan pada tahun 2001
  • Jumlah serangan flu di kalangan 1.000 anak SD perbulan
  • Pengeluaran energi (kalori) harian/kg

5. [Point] Prevalence Rate

Proporsi individu di dalam populasi yang menderita penyakit pada titik (“point”) waktu tertentu. Menggambarkan status penyakit pada populasi pada titik waktu tertentu (“point prevalence”). Point prevalence rate ini dapat memperkirakan peluang individu menderita penyakit pada titik waktu tertentu.

Rumus prevalence rate: (jumlah kasus periode tertentu)/(jumlah populasi pada waktu T)

Dalam survey framingham: 310 dari 2477 subyek berusia 52 – 85 tahun menderita katarak. Prevalence katarak (pada waktu survey) = 310/2477 = 12.5 %.

Catatan: prevalence rate sebenarnya adalah proporsi.

6. Period Prevalence

Period prevalence = (kasus prevalens pada awal pengamatan + kasus insidens selama periode pengamatan) / besar populasi studi*)

*) catatan:

fixed cohort: besar populasi di awal pengamatan;

stable dynamic population: rata-rata populasi selama masa pengamatan (yang diperkirakan sama besar dengan midyear population)

7. Incidence Risk & Rate

Kasus atau kejadian baru yang muncul (berkembang) di populasi dalam kurun (interval) waktu tertentu dan dihitung dalam setting kohort/ longitudinal/ follow-up. Ada 2 macam:

7.a. Cumulative incidence (risk)

Proporsi orang-orang yang menjadi sakit dalam periode waktu (longitudinal) tertentu dan memperkirakan peluang atau risiko seseorang (yang semula sehat) untuk menjadi sakit (“develope a disease”) selama periode waktu tertentu. Menggambarkan:

  • peluang risiko kelompok
  • peluang risiko individual

Rumus cumulative incidence risk = jumlah kasus baru / jumlah populasi berisiko

Populasi yang berisiko (“population at risk”) = populasi orang yang tidak menderita penyakit tersebut pada awal pengamatan (namun berisiko terkena dalam perjalanan waktu). Asumsinya semua anggota populasi berisiko (“population at risk”) pada awal studi telah dipantau selama interval waktu tertentu untuk melihat munculnya penyakit yang sedang diselidiki.

7.b. Incidence density (rate)

Merupakan ukuran rate seketika (“instantaneous rate”) dari perkembangan penyakit di populasi. Digunakan untuk mengukur dan menggambarkan laju/ kecepatan penyakit di populasi –> force of morbidity. Tidak dapat secara langsung dipakai untuk memperkirakan risiko.

Rumus incidence density rate = jumlah kasus baru / jumlah orang-waktu berisiko

Orang-waktu berisiko (person-time at risk) = kuantitas periode waktu sehat yang disumbangkan/ dikontribusikan oleh anggota kohort selama follow-up.

Catatan:

  • Jika time at risk masing-masing individu tidak diketahui:
  • PT = besar populasi rata-rata*) x lama periode follow-up:

-Penyakit jarang

-Besar dan rata-rata umur populasi stabil dalam seluruh periode pengamatan

-*) besar populasi rata-rata dapat diperkirakan dari midyear population

 

  • ID (Incidence density) dapat dipakai untuk memperkirakan Cumulative incidence (dapat merupakan estimasi yang baik untuk CI) jika:

-Penyakit/ outcome jarang (rate penyakit rendah)

-Rate penyakit/outcome konstan

-Penyakit/ outcome terjadi secara seragam (uniform) sepanjang waktu

-Lamanya periode follow-up singkat (misal 1 tahun)

  • CI merupakan efek kumulatif dari ID:
  • CI = ID x T   (T=lama periode follow-up)

Hubungan Prevalence dan Incidence

Prevalence (P) secara proporsional merupakan produk dari incidence rate (I) dan rata-rata lamanya penyakit (D).

P = I x D

Syarat:

  1. Dalam situasi “steady state” yaitu:

◦incidence rate konstan setiap waktu

◦distribusi lamanya sakit (dari diagnosis sampai sembuh atau wafat) konstan

  1. Prevalence di populasi rendah (< 0.1)

Perbedaan incidence dan prevalence terdapat pada gambar di bawah ini.

Perbedaan incidence dan prevalence

Prevalence pot / dynamic of prevalence

Prevalensi suatu penyakit dalam suatu populasi bergantung pada tingkat masuknya kasus
ke dalam populasi dan arus keluar kasus dari populasi. Inflow masuk ditentukan dengan tingkat kejadian penyakit dalam populasi dan imigrasi ke populasi orang yang sudah mengidap penyakit. Outflow ditentukan oleh rate resolusi baik melalui pemulihan atau kematian, dan juga oleh emigrasi kasus dari populasi.

Untuk memahami dinamika prevalensi, bayangkan ketinggian fluida di cekungan masuk dimana air mengalir melalui insiden dan mengalir keluar melalui kematian (gambar prevalence pot di bawah).
Tingkat air di cekungan mewakili prevalensi kondisi tersebut. Catat itu prevalensi suatu kondisi dapat meningkat baik dari peningkatan insiden atau penurunan tingkat kematian. Misalnya, peningkatan kelangsungan hidup pasien HIV / AIDS melalui pengobatan yang efektif akan meningkatkan prevalensi kondisi di populasi jika kejadian HIV / AIDS tetap konstan.

Dynamic of prevalence (prevalence pot)

Referensi:

  • Gerstman, B. Burt.(2013). Epidemiology kept simple : an introduction to traditional and modern epidemiology. 3rd edition. Wiley-Blackwell. A john Wiley & Sons, Ltd, Publication
  • Mondastri Korib Sudaryo. (2020). Ukuran frekuensi penyakit – bahan ajar epidemiologi. FKM UI.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: