Sistem Informasi & Intelegensia Kesehatan
Sistem Informasi & Intelegensia Kesehatan
Oleh: Muhyidin, SKM
Definisi Sistem Informasi Kesehatan
Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani “sustema” yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama. Menurut John Mc. Manama, sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien. Sedangkan menurut C.W Churchman memiliki pendapat bahwa sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
Secara umum Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan.
Sedangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah suatu sistem terintegrasi yang mampu mengelola data dan informasi publik (pemerintah, masyarakat dan swasta) di seluruh tingkat pemerintahan secara sistematis untuk mendukung pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, 2012).
SIK adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, 2016).
Sejarah Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Sejarah perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
- Era Manual (Sebelum 2005)
Pada era manual ini dimulai sebelum tahun 2005. Pada era manual aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas kesehatan) ke pusat melalui berbagai jalan. Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing Unit di Departemen Kesehatan. Bentuk datanya agregat. Kelemahannya adalah sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data dan sangat beragamnya bentuk laporan. Kemudian validitasnya masih diragukan dan data yang ada sulit diakses. Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas, maka data sulit dioah dan dianalisis. Dalam pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak ramah lingkungan.
- Era Transisi (Tahun 2005 – 2011)
Dimulai masa transisi pada tahun 2005 sampai 2011 Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip 1 pintu, walau beberapa masih terfragmentasi). Peresebaran data Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual. Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual. Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin. Pada masa transisi ini posisi nya masih setengah setengah karena mulai menggunakan sistem komputerisasi tapi masih belum meninggalkan sistem manual.
- Era Komputerisasi (Tahun 2012)
Baru pada 2012 era komputerisasi dimulai, pada era ini pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi). Data yang ada adalah individual (disagregat). Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langsung diunggah (upload) ke bank data di pusat (e-Health). Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah ke bank data. Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login). Lebih cepat, tepat waktu dan efisien yang pastinya lebih ramah lingkungan.
Penerapan Teknologi Informasi untuk Manajemen Informasi Kesehatan
Secara umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi perangkat input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke digital). Perangkat keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi ke dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer. Bentuk perangkat keras lainya adalah perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan komputer kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk respon lainnya.
Selanjutnya dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi (misalnya Windows, Linux atau Mac) yang bertugas untuk mengelola hidup matinya komputer, menhubungkan media input dan output serta mengendalikan berbagai perangkat lunak aplikasi maupun utiliti di komputer. Pada aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang bersifat terbatas dan dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang dikenal dengan nama Local Area Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan bisa meliputi satu kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area Network (WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi seringkali disatukan dengan perkembangan teknologi komunikasi.
Beberapa contoh penting aplikasi teknologi informasi di bidang kesehatan yaitu (Adik Wibowo dkk, 2015):
- Rekam medis berbasis komputer (Computer based patient record)
Pengertian rekam medis berbasis komputer bervariasi, akan tetapi, secara prinsip adalah penggunaan database untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap event dalam manajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan menghimpun berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari hasil pemeriksaan dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam medis berbasis komputer yang lengkap biasanya disertai dengan fasilitas sistem pendukung keputusan (SPK) yang memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis maupun terapi agar dokter maupun klinisi dapat mematuhi protokol klinik.
- Teknologi penyimpan data portable
Aplikasi penyimpan data portabel sederhana adalah bar code (atau kode batang). Kode batang ini sudah jamak digunakan di kalangan industri sebagai penanda unik merek datang tertentu. Hal ini jelas sekali mempermudah supermarket dan gudang dalam manajemen retail dan inventori. Food and Drug Administration (FDA) di AS telah mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode sebagai penanda obat. Penggunaan bar code juga akan bermanfaat bagi apotik dan instalasi farmasi di rumah sakit dalam mempercepat proses inventori. Selain itu, penggunaan barcode juga dapat digunakan sebagai penanda unik pada kartu dan rekam medis pasien.
Teknologi penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (radio frequency identifier) yang memungkinkan pengidentifikasikan identitas melalui radio frekuensi. Jika menggunakan barcode, rumah sakit masih memerlukan barcode reader, maka penggunaan RFID akan mengeliminasi penggunaan alat tersebut. Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas rekam medis) yang disertai dengan RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database komputer. Sehingga pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis.
- Teknologi nirkabel
Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah dirintis sejak hampir 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter Reed Army Hospital mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di nursing station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel koaxial. Saat ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna tetap tersambung ke dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nir kabel, dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggun mobilitasnya.
- Komputer genggam (Personal Digital Assistant)
Saat ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal yang semakin lumrah di kalangan medis. Di Kanada, limapuluh persen dokter yang berusia di bawah 35 tahun menggunakan PDA. PDA dapat digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien, informasi obat, maupun panduan terapi/penanganan klinis tertentu. Beberapa situs di Internet memberikan contoh aplikasi klinis yang dapta digunakan di PDA seperti epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan jaringan telepon memungkinkan dokter tetap dapat memiliki akses terhadap database pasien di rumahs akit melalui jaringan Internet. Salah satu contoh penerapan teknologi telemedicine adalah pengiriman data radiologis pasien yang dapat dikirimkan secara langsung melalui jaringan GSM. Selanjutnya dokter dapat memberikan interpretasinya secara langsung PDA dan memberikan feedback kepada rumah sakit.
Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
- Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
- Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan)
- Health worksforce (tenaga medis)
- Health system financing (sistem pembiayaan kesehatan)
- Health information system (sistem informasi kesehatan)
- Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Sub sistem manajemen dan informasi kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hokum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya guna, dan mendukung penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai satu kesatuan yang terpadu.
Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu:
- Upaya kesehatan
- Penelitian dan pengembangan kesehatan
- Pembiayaan kesehatan
- Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
- Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
- Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
- Pemberdayaan masyarakat.
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmen setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem Informasi kesehatan berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting menggunakan teknologi komputer dalam mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System).
Informasi-Informasi yang Didapatkan dari Sistem Informasi Kesehatan
Secara garis besar, informasi yang dihasilkan terdiri atas 3 domain, yakni:
- Determinan kesehatan
- Health determinant (sosial ekonomi, lingkungan, perilaku dan faktor genetika) dan kontekstual lingkungan diantara pelaksanaan sistem kesehatan.
- Health inequities (jenis kelamin, status sosial ekonomi, kelompok etnis dan lokasi geografi).
- Sistem kesehatan
Input terhadap sistem kesehatan dan proses yang berhubungan dengannya (kebijakan dan organisasi, infrastruktur kesehatan, fasilitas, peralatan, biaya, sumber daya manusia, dan sistem informasi kesehatan)
- Output dari sistem kesehatan (keberadaan, aksesibilitas, kualitas dan penggunaan informasi dan pelayanan kesehatan).
- Sistem kesehatan yang baik.
- Status kesehatan
Health outcome (mortality, morbidity, KLB, status kesehatan, disabilitas dan kesejahteraan).
Implementasi Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Berdasarkan permasalahan yang ada di Indonesia maka sistem Informasi kesehatan dibagi menjadi 7 komponen yaitu pengelolaan SIK, indikator, sumber data, manajemen data, sumber daya SIK, pengembangan SIK, pemanfaat dan diseminasi SIK.
Sementara tahapan pelaksanaan Sistem Informasi kesehatan dibagi menjadi beberapa tahapan sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini:
Penerapan E-Health Berbasis Web di Indonesia
Penerapan E-Health berbasis web di Indonesia sudah banyak diciptakan, sebagai contoh salah satunya adalah Kota Surabaya. Web yang dapat diakses yaitu http://ehealth.surabaya.go.id/ bertujuan memudahkan warga untuk mempersingkat antrian di puskemas maupun rumah sakit. Melalui penggunaan e-health, pemohon tidak perlu datang langsung ke loket pelayanan. Melainkan, cukup mendaftar di rumah bagi yang mempunyai koneksi internet maupun di e-kios yang tersedia di seluruh kantor kelurahan/ kecamatan dan puskemas Kota Surabaya. Jelas, langkah ini lebih efisien karena pemohon tidak perlu datang langsung ke loket, sehingga pemrosesan berkas pun menjadi lebih cepat. Selama ini warga harus berbaris bahkan sebelum dimulainya jam kerja di puskesmas maupun rumah sakit. Padahal jumlah pasien puskesmas rata-rata perhari adalah 100 s/d 300 pasien. Sedangkan jumlah pasien rumah sakit rata-rata perhari adalah 500 s/d 1.000 pasien.
Hal tersebut tentunya lebih efisien. Terutama, untuk kalangan ekonomi lemah, buta huruf, penyandang cacat, dan manula yang memiliki akses terbatas di aspek kesehatan dan informasi. Warga yang tergolong kelompok tersebut tinggal mendatangi kantor kecamatan/ kelurahan terdekat, kemudian menghubungi petugas yang memang sudah disiagakan.
Secara umum, pasca penggunaan aplikasi ini, volume antrean berkurang hingga sepertiga. Kecepatan pelayanan registrasi pun bertambah. Apabila menggunakan metode konvensional, memerlukan waktu rata-rata 90 detik, sedangkan dengan menggunakan e-Health bisa dipangkas menjadi 30 detik. Pasien yang bisa ditangani menjadi lebih banyak hingga bertambah sepertiga bagian dari sebelumnya. Penyimpanan data pasien menjadi lebih cepat dan validasi data pasien menjadi lebih akurat.
Tentu saja kondisi ini dapat dikembangkan dimasa depan, sebagai contoh ada konsultasi online, edukasi online, rekam medik online, apotik online, rujukan online dan aplikasi e-health lainnya yang terkoneksi dengan hand phone pribadi.
Intelegensia Penyakit dan Penyajian Informasi
Penanggulangan penyakit yang sering muncul pada musim-musim tertentu seperti demam berdarah tentu membutuhkan data-data serta informasi yang memadai bagi pengambil keputusan guna membuat langkah-langkah strategis dalam pncegahan dan penanggulangan penyakit sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Kekuratan data merupakan syarat mutlak didalam pengambilan keputusan. Menurut anis fuad seringkali yang menjadi pelaku survailance didalam penyelidikan suatu kejadian lebih banyak peranannya diambil oleh media masa. Seringkali kita lihat dibeberapa media masa menayangkan tentang hasil investigasi suatu kasus tentang penyakit atau kasus-kasus kejahatan dimana zat-zat berbahaya yang dicampur kedalam makanan yang berakibat fatal terhadap kesehatan masyarakat. Selain itu kualitas lingkungan tempat tinggal terutama disekitar pemukiman kumuh berpengaruh terhadap kualitas kesehatan masyarakat disekitarnya dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan serta timbulnya wabah-wabah penyakit.
Berbicara tentang penyelidikan kesehatan atau yang lebih dikenal dengan health surveillance, istilah ini pertama kali digunakan dalam bidang penyelidikan/intelijen dengan tujuan untuk memata-mati seseorang yang dicurigai yang dapat membahayakan. Surveillance berasal dari Bahasa Perancis yang berarti mengamati tentang sesuatu. Dibidang kesehatan masyarakat, surveillance merupakan cabang ilmu tersendiri yang yang diterapkan secara luas seiring berkembangnya aplikasi dan teori tentang kesehatan masyarakat, pada mulanya istilah surveillance hanya dikenal dalam bidang epidemiologi. Surveillance mencakup masalah morbiditas, mortilitas, masalah gizi, demografi, penyakit-penyakit menular dan tidak menular, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja pada tingkat individu maupun populasi.
Suveillance epidemiologi secara umum digunakan untuk:
- Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi suatu masalah kesehatan
- Penentuan skala prioritas dalam pemecahan masalah kesehatan yang harus diatasi
- Untuk meramalkan terjadinya wabah
- Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program terkait dengan pemberantasan penyakit menular, program pencegahan kecelakaan, program peningkatan gizi masyarakat serta program kesehatan lainnya.
- Untuk mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, kesiapan tanggap darurat serta penanggulangan bencana atau kondisi emergensi merupakan isu utama didalam penyelidikan kesehatan. Informasi-informasi yang tersedia serta data-data yang memadai sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam menangani bencana yang terjadi. Menurut WHO, definisi tentang bencana (disaster) merupakan setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena termasuk kejadian luar biasa (KLB).
Jenis-Jenis e-Health
Tujuan utama darielectronic health(e-health)adalah mempermudah akses terhadap layanan kesehatan, meningkatkan kualitas layanan kesehatan, dan mengurangi biaya untuk mendapatkan layanan kesehatan. Di Indonesia sendiri, sistem layanan tersebut sudah banyak diterapkan. Apalagi, layanan kesehatanonlineyang menyasar konsumen, semakin menjamur dan diminati. Berikut ini jenis-jenis health berdasarkan tipe pengguna utamanya:
- e-Health untuk Konsumen
Layanan electronic health yang ditujukan untuk konsumen, yakni masyarakat umum, disebut dengan informatika konsumen (consumer informatics). Layanan electronic health umumnya digunakan untuk memberi informasi kesehatan kepada masyarakat umum. Selain itu, e-health juga memfasilitasi komunikasi antara dokter dengan pasien tanpa perlu bertatap muka.
Saat ini, ada pula aplikasi kesehatan berbasis mobile yang dapat disetel di perangkat seluler. Salah satu contohnya adalah Klikdokter.com dan situs sejenis. Aplikasi-aplikasi yang ada saat ini tak hanya menyediakan informasi kesehatan atau konsultasi dokter online, tapi juga layanan apotek online, pemeriksaan laboratorium, perawatan di rumah (home care), hingga booking appointment dan ambulans online.
2. e-Health untuk Penyedia Layanan Kesehatan
Layanane-healthuntuk penyedia layanan kesehatan disebut dengan informatika medis dan klinis (medical/clinical informatics). Ini mencakup fasilitas kesehatan, institusi pendidikan kesehatan/medis, dan para praktisi kesehatan atau dokter.
Contoh pemanfaatannya untuk fasilitas kesehatan, yaitu penerapan rekam medis dan peresepan elektronik di rumah sakit. Bagi dokter, sistem informasi dan teknologi dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan akurasi diagnosis dan terapi.
Salah satunya, dengan dimungkinkannya konsultasi antar dokter untuk mendapatkan keahlian klinis hingga interpretasi hasil pemeriksaan seperti rekam jantung atau foto radiologi secaraonline.
Selanjutnya, saat ini juga semakin berkembang perangkat lunak (clinical decision-making tools) hingga kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dapat membantu dokter mendiagnosis penyakit pasien serta menentukan rencana perawatan yang akan dijalani pasien.
3. e-Health untuk Para Akademisi dan Peneliti
Pemanfaatan teknologi kesehatan untuk para akademisi dan peneliti disebut dengan bioinformatika (bioinformatics). Pada jenis ini, sistem teknologi dan informasi dimanfaatkan untuk manajemen, distribusi, dan pengolahan data kesehatan. Misalnya, yang sedang tren saat ini, untuk melihat data sebaran penyakit Covid-19 akibat infeksi virus corona di dunia. Hasil olahan data ini nantinya dipakai sebagai dasar pembuatan rekomendasi atau kebijakan kesehatan maupun pengobatan.
Tantangan Sistem Informasi dan Intelegensia Kesehatan di Indonesia
Kebutuhan akan data dan informasi disediakan melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan saat ini masih terfragmentasi serta belum mampu menyediakan data dan informasi yang handal sehingga Sistem Informasi Kesehatan masih belum dapat menjadi alat pengelolaan pembangunan yang efektif.
Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut :
- Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang lama
- Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai jenjang padahal kapabilitas di rasa memadai
- Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan mengembangkan sistem informasi
- Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasrakan data/informasi
- Belum terdapatnya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem sehingga sering timbulnys keenggsnsn bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi
Pengembangan dan penguatan Sistem Informasi Kesehatan dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
- Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
- Keamanan dan Kerahasiaan Data
- Standarisasi
- Integrasi
- Kemudahan Akses
- Ketewakilan
- Etika, integritas dan kualitas
Recent Comments