Sekte-Sekte Syiah yang Berkembang pada Masa Modern

Sekte-Sekte Syiah yang Berkembang pada Masa Modern
Bagikan

Sekte-Sekte Syiah yang Berkembang pada Masa Modern

Oleh: Dr. Abdul F attah Ahmad Fu’ ad (dikutip dari buku: Ensiklopedia Aliran dan Madzhab di Dunia Islam. Tim Riset Majelis Tinggi Urusan Islam Mesir. Pustaka Al Kautsar)

 

Pada abad 19 Masehi, muncul dua sekte baru dari Syiah, namun sekte ini kemudian menanggalkan bajunya. Dua sekte ini adalah Al-Babiyah di Iran yang didirikan oleh Mirza yang bergelar Al-Baba. Sedang sekte kedua adalah Al-Bahaiyah yang berhasil menempati posisi sekte Al-Babiyah mulai tahun 1863 Masehi. Sekte Al-Baha’iyah ini didirikan oleh Mirza Husain yang terkenal dengan nama Baha’ullah (1817-1892M).

  1. Sekte Al-Babiyah

Pendiri sekte Al-Babiyah ini seseorang berkebangsaan Persia, bernama Mirza Ali Muhammad bin Mirza Ridha Al-Bazzaz Asy-Syairazi. Dia lahir pada awal bulan Muharram tahun 1235H1jriyah/21, Oktober tahun 1819 Masehi. Dia menerima pendidikan tentang Syiah dari sekte Asy-Syaikhiyah, sebuah sekte yang memisahkan diri dari sekte Imamiyah ltsna Asyaiyah.

Sekte Asy-Syaikhiyah didirikan oleh Syaikh Ahmad Al-Ahsa’i pada abad 12 Hijriyah. Dia seorang tokoh besar kaum Risyti dan seorang yang membawa kabar gembira tentang dekatnya kemunculan Imam Al-Mahdi Al-Muntazhar.

Pada tahun 1261. Hijriyah, Mirza mendeklarasikan dirinya sebagai Imam Mahdi, namun tiba-tiba dia mengubah deklarasinya, dia menyerukan bahwa dirinya adalah “Al-Baba”. Istilah ” Al-Baba” menurut orang-orang Syiah adalah juru kunci Imam Mahdi Al-Muntazhar, yaitu orang yang akan

mengantar manusia yang mengikutinya mengetahui Imam Mahdi Al-Muntazhar. Artinya,lewat dia manusia akan mengenali imam keduabelas yang kehadirannya ditunggu-tunggu oleh kaum Syiah sekte Imamiyah Itsna Asyariyah. Langkah Mirza berhasil menarik perhatian para pengikut Syiah sekte Ismailiyah dengan huruf-huruf dan menjelaskan nilainya berdasarkan bilangan. Barangkali Al-Bayan merupakan buku paling penting dari karya-karyanya.

Pemerintah Iran menghukum mati Mirza pada tanggal 27 Sya’ban tahun 1226 Hijriyah/9 Juli tahun 1850 Masehi. Jasad Mirza dan jasad seorang pengikut setianya ditinggalkan di tanah lapang sampai para pengikutnya -selang beberapa tahun- memindahkan jasadnya ke Palestina dan mereka membangun kuburan megah untuk jasad Mirza di Akka.

  1. Sekte Al-Bahaiyah (Baha’i)

Al-Baba telah menunjuk dua orang bersaudara dari manusia pilihan warga Persia untuk meneruskan kekhalifahannya. Dua orang ini adalah Mirza Yahya Ali Nura dengan gelar “Shubh Azal” dan Mirza Husain Ali Nura dengan gelar “Bahaullah”.

Bahaullah lahir pada tanggal 2 Muharram tahun 1.223 Hijriyah/2 November tahun 1817 Masehi. Pada usia ketiga puluh, Bahaullah mengikuti Syiah sekte Al-Babiyah dan reputasinya mulai melambung. Gerakan sekte Al-Babiyah berlanjut terus -sementara Bahaullah termasuk tokoh yang membidani pergerakan- dan berjalan secara rahasia dengan konsep dasar berhati-hati agar tidak dicekal pemerintah.

Tatkala terjadi upaya pembunuhan Syah Iran Nashiruddin pada bulan Agustus tahun 1852 Masehi, sementara kelompok Syiah sekte Al-Babiyah dituduh bertanggung jawab atas rencana tersebut maka mayoritas pengikut Al-Babiyah ditangkap, termasuk di dalamnya adalah dua bersaudara, Yahya dan Husain Ali Nura. Mereka berdua diasingkan ke Baghdad, dan setelah mereka diusir dari Baghdad, maka mereka pergi ke Edirne di Turki.

Perseteruan memperebutkan kekhilafahan Al-Baba di antara dua bersaudara ini semakin menghangat, masing-masing berambisi untuk mendudukinya, sehingga mereka satu sama lain saling serang dan saling menjatuhkan. Akibatnya, sekte Al-Babiyah terpecah menjadi dua kubu, satu ada di kubu Bahaullah, dan kubu ini paling banyak pengikutnya, sedang selainnya mengikuti kubu Shubh Azal.[1]

Seperti inilah akhir perjalanan sekte Al-Babiyah, ia terpecah menjadi dua kelompok, Al-Baha’iyah dan Al-Azaliyah.

Perseteruan di antara dua bersaudara ini berakhir dengan langkah pemerintah Turki yang mempersempit gerak mereka berdua serta para pengikutnya. Shubh Azal dibuang ke Qubrus, sedangkan Bahaullah bersama tujuh puluh orang pengikutnya dibuang ke Akka. Bahaullah dan tujuh puluh pengikutnya tiba di Akka pada bulan Agustus tahun 1868 Masehi, sehingga kota Akka menjadi markas utama bagi pergerakan sekte Al-Bahaiyah dan kota suci bagi mereka.

Syiah sekte Al-Bahaiyah tidak dapat dikategorikan sebagai perpanjangan dari Al-Babiyah, bahkan sekte ini mempunyai akidah baru yang berbeda sama sekali dari akidah-akidah Syiah sebelumnya. Bahaullah menyeru manusia seluruhnya supaya mengikuti agama baru ini.

Bahaullah meninggal dunia di Akka pada tanggal 2 bulan Dzul Qa’dah tahun 1309 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 28 Mei tahun 1892 Masehi dan dimakamkan di sana.[2]

Untuk mendapatkan keterangan lebih detil, silahkan melihat kitab Itsna’ Asyariyah, lsma’iliyah wa Zaidiyah.

[1] Dr.Zaenab Mahmud Al-Hudhairi, Dirasah Falsaftyahli Ba’dh Al-Eiraq Asy-Syi’iyah, hlm.97 dan halaman setelahnya, penerbit Dar Ats-Tsaqafah li Ath-Thiba’ah wa An-Nasyr,Kairo, tahun 1986 M., dan Al:Aqa’id Asy-Syi’iyah, karya Nashiruddin Syah, hlm. 118 dan halaman berikutnya, (tanpa penerbit) tahun 1987 M.

[2] Dr.Zaenab Mahmud Al-Hudhairi, Dirasah Ealsafiyahli Ba’dh Al-Firaq Asy-Syi’iyah, hlm.99 dan halaman setelahnya.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: