Penyiksaan Kepada Rasulullah dan Sahabat

Penyiksaan Kepada Rasulullah dan Sahabat
Ilustrasi foto: Tripwiremagazine.com
Bagikan

Penyiksaan Kepada Rasulullah dan Sahabat

Oleh: Dr.Said Ramadhan Al Buthy (dikutip dari buku Fiqih Sirah)

Permusuhan kaum Quraisy kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya semakin keras dan gencar. Rasulullah saw sendiri mengalami berbagai macam penganiayaan. Di antaranya ketika Nabi saw sedang shalat di Ka’bah, tiba-tiba leher Nabi dicekik. Abu Bakar datang menyelamatkan Nabi saw, seraya berkata: “Apakah kalian hendak membunuh seorang yang mengucapkan Rabb-ku adalah Allah“

Ketika Nabi saw sedang sujud di sekitar beberapa orang Quraisy, tiba-tiba ‘Uqbah bin Abi Mu’ith datang dengan membawa kotoran binatang, lalu melemparkannya ke atas punggung Nabi saw. Beliau tidak mengangkat kepalanya sehingga datang Fatimah r.a. membersihkan dan melaknati orang yang melakukan perbuatan keji tersebut.

Selain itu Nabi saw , juga menghadapi berbagai pengkhianatan, ejekan dan cemoohan setiap kali lewat di hadapan mereka.

Ath-Thabari dan Ibnu Ishaq meriwayatkan bahwa sebagian mereka pernah menaburkan tanah di atas kelapa Rasulullah saw ketika beliau sedang berjalan di sebuah lorong di Mekkah,  sehingga beliau kembali ke rumah dengan kepala kotor. Kemudian salah seorang anak perempuan Nabi saw membersihkan sambil menangis.

Penyiksaan-penyiksaan yang dialami oleh para sahabat ini terlalu banyak untuk disebutkan di sini.

Beberapa Ibrah

Apa yang terlintas di kepala setiap orang yang membaca kisah berbagai macam penyiksaan yang dialami Rasulullah saw dan para sahabatnya ialah pertanyaan: Mengapa Nabi saw dan para sahabatnya harus merasakan penyisaan, sedangkan mereka berada di pihak yang benar? Mengapa Allah tidak melindungi mereka, padahal mereka adalah tentara-tentara-Nya, bahkan di tengah-tengah mereka terdapat Rasulullah saw yang mengajak kepada agama-Nya dan berjihad di jalan-Nya?

Jawabannya, sesungguhnya sifat pertama bagi manusia di dunia ini ialah dia  itu mukallaf, yakni dituntut oleh Allah untuk menanggung beban (taklif). Melaksanakan perintah dakwah kepada Islam dan berjihad menegakkan kalimat Allah merupakan taklif yang terpenting. Taklif merupakan konsekuensi terpenting dari ‘ubudiyah kepada Allah.

Oleh karena itu, kewajiban hamba Allah di dunia ini ialah mewujudkan dua hal : Pertama, berpegang teguh dengan Islam dan membangun masyarakat Islam yang benar. Kedua, menempuh segala kesulitan dan menghadapi segala resiko dengan mengorbankan nyawa dan harta demi mewujudkan kewajiban tersebut.

Allah mewajibkan kita mempercayai tujuan dan sasaran, di samping mewajibkan kita menempuh jalan yang sulit dan panjang unutk mencapai tujuan tersebut, betapa pun bahaya yang harus kita hadapi.

Tetapi perjuangan yang terlalu mudah ini belum dapat membuktikan sama sekali ‘ubudiyah seseorang kepada Allah, bahwa dia telah menjual seluruh kehidupannya dan hartanya kepada-Nya, dan bahwa dia telah mengikuti sepenuhnya apa yang dibawa oleh Rasulullah saw.

Penderitaan & Kesulitan Merupakan Sunnah Ilahiyah

Segala penderitaan dan kesulitan yang dialami para penyeru kepada jalan Allah dan perjuangan penegak masyarakat Islam merupakan Sunnah Ilahiyah di dunia semenjak permulaan sejarah. Di samping merupakan tuntunan dari tiga hal :

Pertama , sifat ‘Ubudiyah manusia kepada Allah.

“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada -Ku .“

QS 51 : 56

Kedua , sifat taklif yang bersumber dari sifat ‘ubudiyah. Setiap orang, lelaki dan wanita, yang sudah mencapai usia akil baligh, diwajibkan (mukallaf) oleh Allah untuk menerapkan syariat Islam pada dirinya, dan merealisasikan sistem Islam di dalam masyarakatnya, dengan menanggung segala penderitaan dan kesulitan yang ada hingga makna taklif tersebut dapat terwujud.

Ketiga, pembuktian kebenaran orang-orang yang benar dan kedustaan orang-orang yang dusta. Jika manusia dibiarkan begitu saja mendakwahkan Islam secara lisan, niscaya akan sama antara orang yang benar-benar beriman dan orang-orang yang berpura-pura. Maka ujian dan cobaanlah yang bisa membedakan orang yang benar-benar beriman dari orang yang berpura- pura.

“Alif Laam Mim . Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (sja) mengatakan :“ Kami telah beriman.“ Sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar, dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.“

QS al-Ankabut : 1-3

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang- orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.“

QS Ali Imran :  142

Karena ini sudah menjadi Sunnahtullah yang berlau pada hambah-nya, maka Sunnahtulalh ini pun tidak akan pernah berubah, sekalipun terhadap para Nabi dan orang-orang pilihan-Nya. Oleh sebab itu, Rasulullah saw juga mengalami penganiayaan sebagaimana semua Nabi dan Rasul sebelumnya. Demikian pula para sahabat Rasulullah saw. Bahkan di antara mereka ada yang meninggal atau buta akibat penyiksaan, kendatipun mereka memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah.

Penderitaan dan Penganiayaan Jalan Biasa yang Digariskan Allah

Jika anda telah ketahui betapa penderitaan dan penganiayaan yang dihadapi oleh seroang Muslim, maka seharusnya anda menyadari bahwa sebenarnya itu bukan rintangan atau hambatan, yang menghalangi para pejuang sebagaimana anggapan sebagian orang, atau mujahid untuk mencapai tujuan. Tetapi merupakan perjalanan di atas jalan biasa yang telah digariskan oleh Allah bagi mereka yang ingin membuktikan keimanannya dan mencapai tujuannya.

Setiap Muslim akan semakin dekat mencapai tujuan yang diperintahkan oleh Allah kepadanya manakala ia semakin berat menghadapi penganiayaan, atau mati syahid di tengah perjuangannya.

Bahkan dia harus semakin optimis terhadap kemenangan apabila dalam perjuangannya mewujudkan perintah Allah tersebut semakin berat menghadapi cobaan dan penyiksaan.

Hal ini dapat anda perhatikan secara jelas di dalam firman Allah :

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu(cobaan) sebgaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya ,“ Bila kah datangnya pertolongan Allah?

“Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.“

Kisah Khabbab bin Al-Arit

Kenyataan ini lebih jelas lagi dapat anda perhatikan di dalam kisah Khabbab bin Al-Arit , ketika datang kepada Rasulullah saw dalam keadaan memar dan babak belur sekujur badannya akibat penganiayaan, meminta agar Rasulullah saw berdoa bagi kemenangan kaum Muslimin . Permintaan ini dijawab oleh Rasulullah saw dengan jawaban yang maksudnya :

“Jika engkau merasa heran dan terkejut melihat penyiksaan dan penganiayaan yang dialami oleh orang-orang yang berjihad di jalan-Nya, maka ketahuilah bahwa itu adalah jalan yang seharusnya ditempuh. Ada yang disikat dengan sikat besi hingga terkelupa kulit kepalanya. Adalah keliru jika engkau mengira bahwa penganiayaan dan penyiksaan itu akan menimbulkan keputus asaan dan pesimisme. Tetapi sebaliknya justru menjadi pertanda akan dekatnya kemenangan. Demi Allah , Allah pasti akan memenangkan agama ini sehingga orang berani berjalan dari Shan’a ke Hadhratumaut tanpa rasa takut kepada siapa pun selain Allah, dan hanya takut kambingnya disergap oleh serigala.“

Itulah sebabnya mengapa Rasulullah saw pernah menyampaikan berita gembira bahwa Allah akan menaklukan negeri Persia dan Romawi kepada mereka. Sungguhpun demikian, kedua imperium tersebut baru dapat ditaklukan setelah wafatnya Rasulullah saw. Adalah sesuai dengan kemuliaan Rasulullah saw disisi Allah, jika Allah menaklukan negeri-negeri tersebut di masa pemerintahan Rasulullah saw, di bawah pimpinannya secara langsung, bukan oleh salah seorang pengikutnya. Tetapi sesungguhnya kemenangan itu berkaitan dengan ketetapan dan Sunnatullah yang kami sebutkan di atas.

Harga Kemenagangan Harus Dibayar Sepenuhnya

Kaum Muslimin semasa hidup Rasulullah saw belum membayar sepenuhnya harga kemenangan mereka di Syam dan Iraq. Sebelum kemenangan harga itu harus sudah dibayar sepenuhnya. Ya, mereka harus membayar harga kemenangan itu terlebih dahulu, kendatipun Rasulullah saw ada di tengah-tengah mereka. Terbukanya dan tertaklukannya suatu negeri tidak berkaitan dengan nama Rasulullah saw atau harus dibawah pimpinannya mengingat kecintaan Allah yang begitu besar kepada Rasulullah saw.

Tetapi masalahnya ialah, bahwa kaum Muslimin yang telah berbai’at kepada Allah dan Rasul-Nya itu harus membuktikan kebenaran janji mereka kepada Allah setelah mereka menandatangani transaksi jual beli dengan Allah di bawah firman-Nya :

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh.“

QS at-Taubah : 111

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: