Pendekatan Teknik Keselamatan Tradisional

Traditional safety engineering approach
Ilustrasi foto: agtry.com
Bagikan

Pendekatan Teknik Keselamatan Tradisional Terhadap Kecelakaan dan Kesalahan Manusia

Daftar Isi

Pendekatan teknik keselamatan tradisional (traditional safety engineering) berfokus kepada manusia sebagai penyebab kecelakaan kerja / kegagalan. Suatu kegagalan seringkali dipandang sebagai akibat dari hilangnya motivasi untuk bekerja dan berperilaku secara aman, rendahnya disiplin diri, atau kurangnya pengetahuan terhadap perilaku aman. Tindakan tidak aman ini apabila digabungkan dengan keadaan atau situasi tidak aman dianggap sebagai penyebab utama kecelakaan.

Asal muasal pandangan ini adalah teori kerawanan kecelakaan. Teori ini menunjukkan bahwa segelintir orang bertanggung jawab terhadap mayoritas kecelakaan dan teori ini masih banyak dijadikan sebagai acuan dalam industri tradisional. Tidak hanya itu, pandangan ini juga menganggap bahwa seseorang memiliki tanggung jawab legal apabila terjadi suatu kecelakaan. Artinya, seseorang dapat disalahkan dan dikenai hukuman dari sudut pandang hukum, seperti pemberian hukuman yang berkaitan dengan kompensasi.

Sudut pandang tradisional menekankan asumsi bahwa pencegahan kecelakaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pekerja. Artinya, apabila suatu kecelakaan tetap terjadi walaupun pekerja sudah dibekali pelatihan atau alat pelindung diri, perusahaan pemberi kerja dibebaskan dari kewajiban untuk melakukan pencegahan kecelakaan. Dengan kata lain, pekerja dapat diberikan hukuman dan bahkan kemungkinan paling buruk hingga pemutusan hubungan kerja.

Program perubahan perilaku modern bersandar penuh pada identifikasi dan penegakkan perilaku aman. Ada banyak studi yang menyebutkan bahwa program ini berbanding lurus dengan peningkatan kinerja keselamatan. Namun demikian, peningkatan kinerja akan menurun ke titik awal apabila program tersebut ditiadakan. Oleh karena itu, program perubahan perilaku menjadi penting untuk tetap dipertahankan.

Kelemahan Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional berfokus pada menyalahkan individu merupakan sesuatu hal yang wajar. Hal ini berdampak pada kemungkinan penyebab kecelakaan lainnya yang mungkin antara lain karena prosedur yang tidak memadai, desain peralatan yang buruk, maupun investigasi lainnya dalam mencari penyebab masalah utama. Dampak buruk lainnya yaitu pekerja akan lebih cenderung menutupi insiden ataupun kejadian near miss, sehingga tindakan perbaikan  seperti mendesain ulang peralatan, meningkatkan pelatihan, dan mendesain ulang prosedur tidak akan terlaksana.

Dalam pengumpulan data kecelakaan, data yang diambil berfokus pada karakteristik individu penyebab kecelakaan daripada data penyebab potensial lainnya seperti prosedur yang tidak memadai, desain pekerjaan yang tidak memadai, dan kegagalan komunikasi.

Jika terjadi kecelakaan yang penyebabnya diluar kendali pekerja maka tidak tepat meminta pertanggungjawaban pekerja karena pendekatan berbasis modifikasi perilaku secara tunggal tidak dapat menghilangkan jenis kesalahan penyebab kecelakaan. Ada beberapa metode khusus yang dapat digunakan untuk melaksanakan pencegahan kecelakaan, yaitu promosi keselamatan kerja dan pendisiplinan perilaku pekerja.

Kampanye Keselamatan / Safety Campaigns

Dengan asumsi bahwa motivasi yang buruk atau kurangnya kesadaran akan keselamatan berkontribusi besar terhadap kecelakaan, sebagian besar perusahaan melakukan kampanye keselamatan. Kampanye keselamatan dapat didefinisikan sebagai “suatu kegiatan atau program yang ditujukan untuk mempengaruhi orang/pekerja, agar berpikir atau bertindak dengan cara yang aman”. Program semacam ini dirancang untuk memengaruhi perilaku dengan menggunakan pujian, hukuman, atau ketakutan. Selain itu, mereka mungkin juga menyediakan informasi spesifik sebagai faktor penguat untuk pelaksanaan safety training.

Safety campaigns hanya mengurangi kemauan tenaga kerja untuk melaporkan kecelakaan daripada secara signifikan mengurangi kejadian dan bahaya kecelakaan yang mendasarinya. Ini adalah masalah yang tidak hanya terjadi pada kampanye yang bersifat motivasi, tetapi sebenarnya umum untuk semua pendekatan yang melibatkan pemantauan kecelakaan atau kesalahan manusia.

Cara tidak langsung untuk mengevaluasi efektivitas safety campaigns adalah dengan melihat beberapa indikator kinerja lain yang dapat diamati seperti penggunaan alat pelindung diri (APD). Banyak kampanye ditargetkan untuk meningkatkan penggunaan berbagai jenis APD. Pemantauan hasil kampanye tersebut dilakukan dengan menetapkan tingkat penggunaan APD sebelum kampanye dan kemudian melihat persentase perubahan penggunaan ini pada orang yang sama setelah kampanye dan kemudian setelah beberapa bulan berlalu. Tabel 1 memperlihatkan beberapa hasil ringkasan dari studi oleh Pirani dan Reynolds (1976) yang menunjukkan efek dari berbagai jenis skema motivasi pada penggunaan APD untuk kepala, tangan, mata, dan kaki. Kolom pertama menunjukkan persentase perubahan yang terjadi 2 minggu setelah kampanye. Kolom kedua mencatat persentase perubahan yang terjadi 4 bulan setelah kampanye.

Tabel 1. Efek Skema Motivasi yang Berbeda pada Penggunaan APD

Effect of Different Motivational Schemes on Use of PPE

Sumber: CCPS, 1994 adapted from Pirani and Reynold, 1976

Tabel 1 menunjukkan bahwa kampanye yang paling berhasil untuk mendorong penggunaan APD adalah metode roleplay. Di sinilah para pekerja diminta untuk memberi pandangan berbeda atau bertindak dengan cara berbeda dari perilaku mereka yang biasa. Dalam hal ini, para pekerja yang biasanya tidak memakai APD diajak berdiskusi mengenai pentingnya pemakaian APD. Metode roleplay mungkin dapat efektif karena dua alasan yaitu (1) pekerja akan lebih terbiasa dengan pandangan pentingnya penggunaan APD; (2) aspek yang lebih penting, pekerja perlu menjelaskan mengapa mereka melakukan hal tersebut, yang dalam hal ini mendukung penggunaan APD.

Safety campaigns tidak boleh menjadi program satu kali saja karena efeknya akan berumur pendek (tidak lebih dari 6 bulan). Kampanye yang bersifat membangun motivasi merupakan salah satu cara untuk menangani pelanggaran rutin. Program safety campaigns ini tidak dimaksudkan untuk menyelesaikan permasalahan human errors yang disebabkan oleh kesalahan desain ataupun ketidaksesuaian antara manusia dan tugas.

Tindakan Disiplin / Disciplinary Action

Tindakan disiplin merupakan pendekatan yang menerapkan hukuman apabila terjadi suatu kecelakaan atau tindakan yang tidak aman. Dari perspektif praktis, tindakan disiplin adalah cara tentang bagaimana membuat peluang untuk dikenakan hukuman cukup tinggi hingga dapat mempengaruhi perilaku disiplin kerja. Dari perspektif filosofis, terlihat tidak adil jika menyalahkan seseorang atas kecelakaan yang disebabkan oleh faktor-faktor diluar kendalinya.

Hasil investigasi menunjukkan bahwa sebagian besar kecelakaan sering kali terjadi disebabkan oleh prosedur/kebijakan yang buruk di suatu organisasi/perusahaan. Tindakan disiplin tepat diterapkan pada suatu keadaan dimana pekerja dengan jelas mengabaikan peraturan yang sudah dibuat dengan baik. Namun, studi oleh Pirani dan Reynolds menunjukan bahwa tindakan disipliner ini tidak efektif dalam jangka panjang (terbukti dari hasil studi tersebut tindakan displiner tersebut tidak meningkatkan penggunaan APD). Dari hasil studi terlihat bahwa setelah empat minggu diterapkan pendekatan disipliner, penggunaan APD justru menurun. Sebagian besar menyebutkan bahwa tindakan disipliner hanya menciptakan rasa takut pada pekerja dan justru menutup informasi mengenai penyebab utama yang mendasari terjadinya kecelakaan.

Sistem Audit Manajemen Keselamatan

Audit ini merupakan alat bantu yang berguna untuk mengidentifikasi area-area masalah dan hazard/bahaya yang ada sehingga strategi pengurangan kesalahan dapat dibuat sesuai kebutuhan. Audit ini juga mendukung pemantauan yang rutin di tempat kerja dan dapat menuntun pada komunikasi yang lebih terbuka dengan stakeholder mengenai adanya permasalahan. Adanya audit keselamatan juga dapat mengindikasikan kepada pekerja mengenai komitmen besar manajemen terhadap aspek keselamatan.

Audit berguna sebagai metode untuk meningkatkan awareness terkait keselamatan dan komitmen manajemen terhadap keselamatan sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi kecelakaan. Audit ini harus diperlakukan sebagai langkah pertama dan manajemen harus siap untuk melakukan lebih dari sekedar melaksanakan inspeksi keselamatan. Para penggagas sistem audit keselamatan harus disiapkan untuk memberikan petunjuk pada langkah-langkah berikutnya dalam mengurangi kesalahan setelah masalah diidentifikasi.

Pelatihan/Training

Adanya pelatihan bagi para pekerja sangat penting dilakukan terutama dimana pekerja dituntut mengerjakan suatu pekerjaan spesifik. Pelatihan ini diberikan dalam rangka untuk mengurangi kegagalan manusia (human failures) dalam melakukan pekerjaannya. Pelaksanaan pelatihan dapat dibarengi dengan kampanye keselamatan (safety campaigns) yang diinisiasi oleh perusahaan. Safety campaigns dibuat bukan untuk menggantikan keberadaan pelatihan, namun sebagai dua kegiatan yang saling komplemen. Pemberian pelatihan tentang safety kepada pekerja harus dibarengi dengan safety campaigns agar pekerja dapat lebih aware, paham dan sebagai upaya untuk meminimalisir adanya human error.

Perlu diperhatikan bahwa seorang trainer terbaik pun dapat menemukan kesulitan ketika dirinya dihadapkan pada masalah yang kompleks, seperti desain mesin-pekerja yang buruk atau unmatch, beban kerja yang berat, lingkungan yang bising dan tidak nyaman sehingga pekerja mengalami stress. Dalam pelaksanaannya, tidak ada jaminan seberapa sering mengikuti pelatihan dapat menjadi kompensasi dalam mengatasi faktor-faktor masalah tersebut. Pelatihan yang dilaksanakan perlu membahas mengenai desain pekerjaan, peralatan, alat bantu kerja, dan faktor-faktor lainnya yang menjadi masalah utama di dalam pekerjaan. Pelatihan harus diarahkan pada pembahasan mengenai penyebab terjadinya kesalahan/error.

 

Referensi:

  •        Center for Chemical Process Safety of the American Institute of Chemical Engineers. (1994). Guidelines for Preventing Human Error in Process Safety. In Guidelines for Preventing Human Error in Process Safety. American Institute of Chemical Engineers. https://doi.org/10.1002/9780470925096

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: