Kelembutan Hati Para Sahabat Rasulullah SAW

Kelembutan Hati Para Sahabat Rasulullah SAW
Ilustrasi foto: islam.nu.or.id
Bagikan

Kelembutan Hati Para Sahabat Rasulullah ﷺ

Tiada kaum yang paling tinggi ilmunya, paling faham agama dan kitab sucinya, paling mengerti perkataan dan perilaku nabinya selain para sahabat.

Dan, kepada merekalah Rasulullah ﷺ mengajarkan Al-Quran, akhlak mulia dan beragam keutamaan. Maka, kalaulah kemuliaan akhlak diibaratkan perhiasan dunia, maka gudang perbendaharaannya hadir pada masa sahabat.

Ada begitu banyak kisah tentang kemuliaan akhlak mereka. Dua di antaranya, sebagaimana disebutkan oleh Khalid Muhammad Khalid dalam Rijal Haula Ar-Rasul, dapat kita sebutkan di sini.

1. Ketika Hasan bin Ali ra. Menaklukkan Seorang Arab Badui

Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra., siapa yang tidak kenal dengan cucu kesayangan Rasulullah ﷺ ini. Beliau tidak hanya mewarisi semulia-mulianya nasab. Tetapi juga mewarisi kecerdasan akal, kemuliaan hati, dan tampilan fisik yang mirip dengan sang kakek.

Ada banyak kisah mengagumkan tentang beliau. Salah satunya saat dia berhadapan dengan seorang Arab pedalaman. Saat tengah duduk di depan pintu rumahnya, tiba-tiba datanglah seorang Arab badui.

Tanpa tatakrama, orang ini langsung mencaci maki Sayyidina Hasan beserta kedua orangtuanya.

Mendapati hal ini, Sayyidina Hasan tenang-tenang saja. Beliau mendengarkan setiap perkataan yang diucapkan si Arab badui tanpa sedikit pun berubah paras mukanya atau membalas caci makinya.

“Apakah engkau lapar atau dahaga? Atau, adakah sesuatu yang menggundahkan hatimu?” ujar beliau.

Tanpa mempedulikan pertanyaan ini, si lelaki terus memaki dan mencaci Hasan.

Mendapati hal tersebut, putra kesayangan Sayyidah Fathimah ra. ini menyuruh pembantunya untuk membawakan sekantong uang perak, lalu memberikannya kepada orang ini sambil berkata:

“Wahai saudaraku, maafkanlah diriku. Hanya ini yang aku miliki. Jika ada harta berlebih, niscaya aku tidak akan menyembunyikannya darimu.”

Lembutnya sikap Sayyidina Hasan dan baiknya pelayanan yang beliau berikan, berhasil melembutkan hati orang badui ini. Dia berhenti memaki dan lalu menangis. Dia kemudian bersimpuh di kaki Sayyidina Hasan sambil berkata:

“Wahai cucunda Rasulullah ﷺ, maafkanlah diriku karena telah berlaku kasar kepadamu. Sebenarnya aku sengaja melakukan hal ini untuk menguji kemuliaan akhlakmu sebagai cucu Rasulullah ﷺ yang aku kasihi. Sekarang aku benar-benar yakin kalau engkau memiliki budi pekerti mulia.

2. Salman Al-Farisi Menjadi Kuli Angkut dari Rakyatnya

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab ra., negeri Syam dan imperium Persia berhasil ditaklukkan. Pada saat itulah, sejumlah sahabat diutus untuk menjadi gubernur di wilayah-wilayah tersebut. Salah satunya adalah sahabat Salman Al-Farisi.

Uniknya, walaupun sudah menjadi pejabat tinggi, kehidupan Salman nyaris tidak berubah. Beliau tetap hidup dalam kesederhanaan dan ketawadhuan.

Pada suatu hari, saat tengah berada di pinggir jalan, seseorang menarik Salman dengan kasar. Dia kemudian menyuruh sang gubernur untuk mengangkut sekarung besar barang bawaannya.

Tanpa banyak kata, Salman menuruti perintah orang ini. Beliau mengangkut karung tersebut di pundak.

Di pertengahan jalan, ada seseorang mengenali Salman. Dia segera mengucapkan salam dan memberi tahu si lelaki tentang siapa orang yang bersamanya itu:

“Tahukah engkau bahwa orang yang memikul karung ini adalah Salman Al-Farisi, amir negeri kita!”

Lelaki ini bukan main terkejutnya. Dia pun langsung meminta maaf dan memohon kepada Salman untuk menurunkan karung yang dipikulnya.

Namun, sahabat mulia ini justru berkata, “Oh, tidak mengapa. Biarlah aku untuk memikul barang ini sampai ke rumahmu.”

Inilah Salman Al-Farisi, lulusan madrasah Rasulullah ﷺ yang berhati lembut lagi penuh ketawadhuan. Tingginya jabatan tidak mengubah apapun dari dirinya selain menjadikannya lebih mulia.

•┈┈•••❁

Maka, terkait kemuliaan para sahabat, benarlah apa yang dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud ra.

“Sesungguhnya Allah memperhatikan hati para hamba-Nya. Allah mendapati hati Muhammad ﷺ adalah hati yang paling baik, sehingga Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya sebagai pembawa risalah-Nya.

Kemudian Allah melihat hati para hamba-Nya setelah hati Muhammad. Allah mendapati hati para sahabat beliau adalah hati yang paling baik. Maka, Allah menjadikan mereka sebagai para pendukung Nabi-Nya yang berperang demi membela agama-Nya.

Apa yang dipandang baik oleh kaum Muslim (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi Allah.” (HR Ahmad dalam Al-Musnad, I/379, No. 3600)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: