Kalimat Tauhid

kalimat tauhid
Ilustrasi foto: rumahzakat.org
Bagikan

Kalimat Tauhid

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Ada sebuah kalimat yang jika ditimbang dengan 7 langit dan 7 bumi maka kalimat itu lebih berat. Itulah kalimat tauhid, laa ilaha illallah. Jika ada konglomerat menguasai kekayaan seluruh bumi plus semua benda langit ditambah lagi 6 perbendaharaan yang serupa, masih tidak ada artinya dibanding kekayaan seseorang yang lisannya mengucap laa ilaha illallah.

“Musa berkata : “Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu”. Allah berfirman, ”Ucapkan hai Musa laa ilaha illallah”. Musa berkata, “Ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu”. Allah berfirman, ” Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya -selain Aku- dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimat laa ilaha illallah diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaha illallah  lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hibban no. 6218. Al Hakim menshahihkan hadits ini dan Imam Adz Dzahabi menyetujuinya. Al Hafizh Ibnu Hajar menshahihkan sanad hadits ini dalam Al Fath. Al Haitsami dalam Az Zawaid mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la, perowinya ditsiqohkan atau dipercaya, namun di dalamnya ada perowi yang dho’if. Sedangkan Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini dho’if dalam Kalimatul Ikhlas).

Tapi uniknya kalo kalian perhatikan, kalimat tauhid ini berupa pernyataan. Laa ilaha illallah bukan kalimat perintah. Inikan kalimat penting, kenapa bukan perintah ya ?

Sholat diperintahkan, zakat diperintahkan, haji dan umroh pun diperintahkan. Semua ibadah penting ada dalam kalimat (ayat) perintah seperti aqimus sholat wa atu zakat. Ibadah ini penting, itu sebabnya diperintahkan. Lalu apakah kalimat tauhid tidak penting ? Jelas penting. Kalo penting kenapa tidak diperintahkan ?

Konsekuensi dari sebuah pernyataan adalah ada yang menerima dan ada yang menolak. Yang menerima kalimat tauhid menjadi muslim sementara yang menolak menjadi kafir. Karena bukan perintah maka orang kafir boleh memilih kekafiran. Apakah jika seluruh manusia menolak kalimat tauhid maka mengurangi nilainya ? Tidak, karena ia berupa pernyataan.

Seakan2 dengan kalimat tauhid ini Allah ingin mengatakan jika kalian tolak kalimat ini maka tetap tidak ada ilah kecuali Allah.

Beda halnya jika kalimat ini berupa perintah. Seluruh manusia melanggar perintah akan mengurangi nilai perintah itu. Hal ini seperti larangan verbonden di suatu jalan, jika semua pengendara melanggar maka tanda larangan itu menjadi tak berarti. Atau jika saya perintahkan kalian mencatat semua materi yang pernah ada dan tak ada satupun yang melakukannya maka nilai perintah saya menjadi lemah karena tak dihargai.

Jika semua manusia tidak beriman, tetap saja Allah adalah Tuhan. Jika semua manusia beriman, tetap saja Allah adalah Tuhan. Jika semua manusia bermaksiat, tetap saja Allah adalah Tuhan. Dan jika semua manusia taat seperti ketaatan malaikat, tetap saja Allah adalah Tuhan. Apa yang dilakukan manusia tidak mempengaruhi ketuhanan Tuhan. Ini konsekuensi lain dari kalimat pernyataan.

Ada perintahNya berupa tahajud, kalian sholat atau tidak tetap Allah adalah Tuhan.

Ada perintahNya berupa sedekah, kalian laksanakan atau tidak tetap Allah adalah Tuhan.

Ada perintahNya berupa menyantuni yatim, kalian mau terlibat atau tidak tetap Allah adalah Tuhan.

Allah tidak membutuhkan kita karena Dia tetap Tuhan walau tak ada satupun mahluk di alam semesta ini yang menyembahNya. Beda dengan kita, misalkan emak2 pengen rumah bersih trus ngomong ke anak2nya : “Alangkah indah jika rumah bersih dan barang2 tertata”. Kita tau dengan pernyataan ini takkan ada satupun anak yang mau beberes rumah. Pake kalimat perintah berulang aja tuh pantat anak gak mau bergeser dari depan tv apalagi pake kalimat pernyataan.

Begitulah kehebatan kalimat tauhid. Saking hebatnya kalimat ini menjadi kartu sakti yang mampu menutupi semua dosa dan kesalahan manusia sebagaimana dijelaskan dalam hadits di bawah ini

“Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah yang mencatat hal ini berbuat zholim padamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau punya uzur atau ada kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Sehingga kamu tidak termasuk orang zalim pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu sakti) yang bertuliskan syahadat ‘laa ilaha ilallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rosulullah’. Lalu ia bertanya, “Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidaklah zalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu ampuh ‘laa ilaha illallah’ di daun timbangan lainnya. Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh ‘laa ilaha illalah’ tadi. (HR. Ibnu Majah no. 4300, Tirmidzi no. 2639 dan Ahmad 2: 213. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy yaitu kuat dan perowinya tsoiqoh termasuk perowi kitab shahih selain Ibrahim bin Ishaq Ath Thoqoni. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Cukup dengan sebuah pernyataan “tidak ada ilah kecuali Allah” maka tergambarlah kekuasaan dan kehebatanNya, terlihat bahwa Dia berdiri sendiri, tak butuh yang lain. Terbentang semua sifat2Nya Yang Maha Tinggi.

Allah tidak memerintahkan kita untuk bertauhid, Dia hanya memberitahukan kita tentang adanya kalimat tauhid tapi dengan ini kita tau hanya Dia yang layak disembah dan dimintai pertolongan.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: