Apanya yang Baru

Apanya yang Baru
Oleh: Muhyidin, SKM
Note: tulisan ini telah dimuat di buletin KALAM (Kajian Islam Lobam) pada bulan Januari 2017
Setiap menjelang pergantian tahun, para pemuda-pemudi beramai-ramai merayakannya. Ada yang kebut-kebutan pake motor sambil keliling kampung, ada yang asyik nongkrong di pantai, ada yang pergi ke tempat-tempat hiburan, dan ada pula yang sibuk pacaran (Masya Allah…). Tradisi ini begitu menggejala mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua sekalipun. Jarang sekali kita melihat, pergantian tahun ini terutama tahun baru Islam diisi dengan kajian keislaman seperti muhasabah, mabit, atau mukhoyam (kemping) untuk menikmati keindahan alam dan memikirkan kebesaran ciptaan Allah. Fenomena ini menggambarkan kondisi umat saat ini.
Jika kita kilas balik selama 2006, di bumi Indonesia terdapat bencana dimana-mana. Banjir bandang dan tanah longsor di Sabang, Medan,Solok. Kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera yang asapnya kita ekspor hingga ke Singapura dan Malaysia. Tsunami yang menggerus pantai selatan Jawa, Pangandaran. Hingga gempa bumi di Yogyakarta yang menewaskan ribuan orang tewas. Belum lagi, kerusuhan di Poso yang belum juga reda. Bentrok mahasiswa dengan polisi di depan kampus Universitas Cendrawasih yang menewaskan 4 polisi dan 1 tentara. Penyakit merajalela, seperti Flu Burung, demam berdarah, diare, dan busung lapar. Di awal tahun ini saja, berita terbaru tentang tenggelamnya kapal KM Senopati dan pesawat Adam Air yang sampai sekarang masih sulit ditemukan oleh tim SARS.
Renungi Fenomena yang Ada
Sudahkan kita merenungi fenomena-fenomena di atas? Ikhwati fillah, sudah kita menata ulang tujuan hidup kita? Apa rencana-rencana di tahun ini, 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, atau bahkan 20 tahun lagi? Sudahkah kita beramal untuk orang lain? Bukan hanya untuk kesholihan pribadi, tapi juga keshalihan sosial. Itulah misi muslim yang ideal.
Rasulullah SAW di saat akan dicabut ruhnya oleh malaikat Izrail, beliau merasakan sakit yang teramat sangat, dan meminta supaya umatnya tidak merasakan rasa sakit tersebut dan ditumpahkan sakit itu kepadanya. Beliau pun menanyakan kepada malaikat, bagaimana kondisi umatku nanti, ummati…ummati…ummati. Jangan sampai kita menjadi muslim yang egois. Syurga bukan untuk kita semata, dan jangan pula kita menjadi calon penghuni neraka yang gemar melakukan maksiat. Atau jangan pula kita menjadi materialis, bukan ummati…yang dipikirkan, tapi OT…OT…OT…(overtime). Wallahu’alam
Recent Comments