Impian Besar
Impian Besar
Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM
Jangan uda jadi sarjana FKM apalagi uda S2 tapi kerjanya cuma jadi reseller doang.
Sekelumit pernyataan pada pertemuan 12 Juli.
Di undangan yang tertulis agenda acara adalah evaluasi STICKERS 2020 dan perencanaan STICKERS 2021. Namun masalah santunan hanya dua kali disebut dalam kalimat. Pertama : masalah santunan itu mudah tanpa bertemu saja bisa kumpulin uang 40 juta lebih, seperti kemarin. Kedua : untuk santunan berikutnya kita bikin launching 2 bulan sebelum Ramadhan. Agenda sesungguhnya adalah membahas impian besar.
Agus, Arief, dan Harun tentu tak menyangka saya membahas sebuah mimpi besar. Kalo diundangan ditulis agenda acara pembahasan impian besar, tentu pada bertanya2 apa maksudnya. Ketimbang bingung sebelum bertemu lebih baik bertemu lebih dulu sehingga kebingungan bisa terjawab. Namun kita tidak akan ulas pembicaraan kemarin. Kalian liat saja catatan Agus perihal materi yang saya sampaikan.
Ada emak2 kampung jualan nasi uduk 4 ribu. Dengan alasan ekonomi lagi sulit seorang sarjana korban PHK jualan nasi uduk 4 ribu juga. Ada emak2 punya olshop, jual perabot rumah tangga. Dengan alasan mengasah jiwa bisnis seorang magister jual pakaian di olshop.
Salahkah hal tersebut ? Tidak. Cuma jika jual nasi uduk adalah perhentian terakhir seorang sarjana lalu untuk apa dia capek2 kuliah. Jika jualan di olshop adalah harapan terakhir seorang magister lalu untuk apa gelar yang tinggi.
Waah ane reseller kopi sama jualan sapi, kata Agus. Makanya jadikan itu sebagai batu loncatan, yang penting tau sistemnya dulu.
Antum jualan apa ? Jual buku2 anak, kata Arief. Nah sekarang harus bermimpi yang besar.
Sementara Harun jualan sapi, itu sebelumnya sudah saya berikan advise. Ada kader PKS yang dulu jual sapi dan kambing eceran sekarang sudah jadi pemain besar, jualnya ke pedagang. Kini bisnisnya merambah ke property.
Jangan lecehkan intelektual anda, ini kalimat yang belum sempat saya sampaikan kemarin.
Jangan yang sekarang reseller pempek, satu dasawarsa kemudian masih reseller pempek.
Jangan yang jual jasa penganan Jogja, sewindu kemudian masih ngarep japrian.
Jangan yang jual pisau atau pedang, selustrum kemudian masih sama.
Jangan yang jual baju, beberapa tahun kemudian masih begitu juga.
Jangan yang jual mobil, setahun berikutnya masih mobil itu juga yang dijual.
Jika ini yang terjadi, itu karena kalian enggan bermimpi.
Ane uda bermimpi bang. Good.
Berikutnya sudahkah konsekuensinya dilaksanakan ?
Bedanya impian dengan angan2 itu terletak pada realisasi dari konsekuensi. Bermimpi punya rumah maka mulai survey rumah yang mau dijual. Kalo gak ada duitnya gimana ? Lha survey kan gak pake duit. Yang pake duit itu kalo mau kasi DP. Jika bermimpi punya rumah sementara survey gak pernah, buka web penjualan rumah juga gak pernah maka ini namanya angan2.
Saya mengajak kalian menjadi kaya. Bukan kaya seperti yang punya mobil Innova apalagi Avanza, kata saya kemarin. Liat Chairul Tanjung maka seperti itulah impian kita.
Mimpi besar maka konsekuensinya akan besar. Tidak apa2. Itu sebabnya saya ajak kalian untuk bangun mimpi bersama. Kalo saya sendiri belum mampu. Doa2 saya belum menembus langit namun jika kita berdoa bersama akan saling menguatkan. Dan semakin banyak yang mendoakan maka semakin bagus. Maka salah satu strateginya kita akan bangun pesantren untuk yatim dan dhuafa. Kita bangun pesantren bukan untuk menghabiskan simpanan kesana. Justru dengan adanya pesantren akan memperbanyak pundi2 amal kita. Demikian pembicaraan selama 2,5 jam kemarin.
Ini yang lain dimasukin grup, tanya Arief. Jangan dulu, kata saya, kita butuh orang yang mau berkorban tenaga dan uang untuk membangun impian ini.
Sebelum pukul 12 edamame 1 kg sudah habis. Waktu ngerebus keliatan banyak ternyata masih kalah banyak dari cacing2 yang ada di perut kita. Edamame-nya Ery memang lain dari yang biasa dijual di olshop. Karena ditanam di tanah Jawa yang subur. Bentuknya lebih besar dan lebih nendang. Harun bawa wedang uwuh, Agus bawa kopi aceh. Cuma gak ada yang mau nyeduh. Jadilah itu sebagai harta ghanimah. Harun bawa kopi Aceh, Agus bawa edamame mentah dan wedang uwuh, saya dan Arief bawa wedang uwuh.
Begitulah yang namanya silaturahim, membawa kegembiraan dan meringankan beban.
Recent Comments