Dalam Dakwah, Kita Bukan Siapa-Siapa, Tak Pernah Pula Menjadi Apa-Apa

Dalam Dakwah, Kita Bukan Siapa-Siapa, Tak Pernah Pula Menjadi Apa-Apa
Ilustrasi foto: minanews.net
Bagikan

Dalam Dakwah, Kita Bukan Siapa-Siapa, Tak Pernah Pula Menjadi Apa-Apa

Oleh : Ahmad Khozinudin (Sastrawan Politik)

Saat Elon Musk mengakuisisi Twitter senilai US$44 miliar atau setara Rp683 triliun (asumsi kurs Rp15.525 per dolar AS) pada Oktober 2022 lalu, penulis belum merasa aksi ini aksi yang mengejutkan. Apalagi dianggap luar biasa.

Biasa saja, dalam bisnis seorang pebisnis membeli bisnis baru dengan reputasi dan prospek yang cemerlang, untuk meningkatkan pendapatan dan legacy, kebanggaan dan reputasi, meskipun dengan harga yang sangat mahal. Pepatah Jawa mengatakan: ‘ONO REGO ONO RUPO’ (Ada Harga, Ada Kwalitas).

Saat Elon Musk melakukan ‘pembersihan’ pada sejumlah direksi dan karyawan, memaksa mereka dengan habit baru bersama gaya bos Tesla ini, itu juga biasa. Meskipun, mungkin banyak orang menganggapnya itu tindakan yang gila.

Masuk pada bisnis baru, dan langsung menunjukan gaya otoriter pada sebuah bisnis yang detail core bisnisnya sangat tergantung pada direksi dan karyawan lama, mungkin sebagian orang menganggapnya tak lazim, bahkan dianggap ‘gila’. Tapi, bagi pebisnis yang paham substansi akad ijarah (hubungan ketenagakerjaan), dimana asas bisnis adalah bisnisnya bukan tenaga kerjanya, maka mudah saja Elon menggaji orang baru untuk menggantikan perkerjaan orang lama.

Namun, begitu Elon mengubah Corporat Identity, nama dan logo Twitter, menghapus legacy Jack Dorsey Noah Glass, Biz Stone dan Evan Williams, ini baru luar biasa. Penulis merasa terperanjat, pada awalnya.

Elon bukan hanya membeli Twitter, tetap juga membeli legacy sekaligus menghapus legacy pendiri Twitter. Elon, benar-benar telah mengambil alih Twitter secara sempurna, dengan mengubahnya menjadi ‘X’.

X, bukan hanya menghapus legacy Jack Dorsey Noah Glass, Biz Stone dan Evan Williams, melainkan juga menghapus habit para penggunanya. Sejak twiter diubah menjadi X, tak ada lagi ungkapan ‘nge-twit, trending topik twiter, dan sejenisnya.

Logo burung berkicau yang melegenda, hilang sekejap mata. Diganti dengan logo X, yang sampai hari ini belum terdefinisikan konteks dan maksudnya.

Logo burung berkicau Twitter, sangat pas menggambarkan ekspresi para penggunanya yang sering ‘ngobrol/berkicau’ layaknya burung. Segala hal dikomentari, persis seperti burung berkicau.

Desain logo burung berkicau, juga pasti dibuat dengan serangkaian kajian dan penelitian. Memiliki makna filosofi, substansi hingga histori.

Tapi itu semua, DIHAPUS SEKAJAP MATA OLEH ELON MUSK. Padahal, reputasi Twitter itulah yang membuat harganya mahal, bukan sekedar fungsinya.

Elon Musk menghapus semua legacy Twitter. Menggantinya dengan X. Sejak saat ini dan untuk waktu yang akan datang, pengguna dan generasi selanjutnya hanya akan mengenal dan mengenang X. Kata ‘twitter’ sudah dihapus dari benak netizen di sosial media.

Apakah pengguna Twitter kabur, pasca Twitter diganti X ? Faktanya, tidak. Pengguna lama konsisten, pengguna baru juga terus bertambah. Mereka hanya butuh ruang sosial media yang interaktif, bukan loyalis Twitter.

Di Google Play maupun AppStore, tak ada lagi unduhan Twitter. Yang ada hanya X. Elon Musk, benar-benar telah membeli semuanya, dan menghapus legacy dan masa lalu Twitter.

Kasus Twitter ini juga bisa terjadi dalam dakwah. Maksudnya demikian….

Anda, tidak bisa merasa bangga, pernah ada di barisan dakwah yang terdepan, pernah menjadi siapa-siapa, dan apa-apa. Anda merasa memiliki Legacy luar bisa, yang tidak pernah dapat dihapus oleh siapapun.

Setiap capaian dan keberhasilan dakwah, tidak mungkin dipisahkan dengan eksistensi anda, sebagai orang yang merintis hingga menjadikan dakwah ini begitu melegenda. Sampai-sampai, anda merasa tak boleh ada yang mengubah, merusak, apalagi menghapus legacy anda. Anda, ingin selalu berada pada deretan nama yang dikenang dalam dakwah.

Ingatlah! Allah SWT, bisa saja men-twitter-kan anda. Anda, akan hilang dari dakwah, bukan siapa-siapa dan tidak pernah dikenang menjadi apa-apa.

Ingatlah firman Allah SWT:

“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.” [QS: Al Maidah: 54]

Ayat ingin mengingatkan kita, agar tak lupa pada jatidiri sebagai orang yang beriman dan terus Istiqomah dalam amalan dakwah (Islam). Keluar dari dakwah, bisa dianggap keluar dari Islam. Merasa cukup dengan dakwah, tak mau berupaya lebih, seraya membanggakan capaian masa lalu, dan enggan menatap masa depan yang penuh tantangan, bisa menyebabkan legacy anda akan ditelan masa.

Dan ingat ! Allah SWT tidak kekurangan hamba, bukan hanya anda yang beriman. Jika anda lalai dalam dakwah, merasa cukup dengan amalan diri, merasa bangga dengan legacy, maka sesungguhnya Allah SWT akan datangkan orang-orang yang beriman yang akan menggantikan posisi dan peran anda, dengan amalan yang lebih baik, yang amalannya bisa menghapus legacy anda.

Apalagi, jika ada kesombongan dalam amalan anda, dengan merendahkan pendapat baru, apalagi dengan dalih merendahkan pendapat orang lain, meskipun mengandung kebenaran. Ingat, definisi sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

Sombong bisa muncul karena menolak pendapat yang mengandung kebenaran, juga menolak pendapat dari orang karena anggapan rendahnya kedudukan seseorang, atau karena keduanya: meremehkan kebenaran dan orang yang menyampaikannya.

Ingatlah! Allah SWT tidak akan kehilangan dan menyesal menghapus legacy anda. Karena itu, janganlah anda menghapus legacy anda sendiri.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: