Categories: KeselamatanNon Paper

Teknik Penyelamatan & Pertolongan Pertama di Ruang Terbatas

Bagikan

Teknik Penyelamatan & Pertolongan Pertama di Ruang Terbatas

Pemilihan peralatan penyelamatan sangat bergantung pada kondisi ruang terbatas (confined space) itu sendiri. Beberapa akses mungkin mengijinkan mengalokasi peralatan pengangkut untuk mengangkat pekerja. Akses horizontal menjadikan beberapa penolong harus memasuki ruang terbatas tersebut dan mengangkat petugas utama yang cedera keluar. Kesulitan dalam melakukan hal tersebut tidak dapat dianggap remeh. Aturan umum mengatakan harus ada tiga orang tambahan untuk mengeluarkan satu korban. Tambahan kesulitan juga dapat terjadi pada saat memindahkan orang yang tidak sadar yang menggunakan alat pelindung diri lengkap melalui pintu yang sangat kecil.

Beberapa alat penyelamatan yang sering digunakan adalah:

  1. Self Contined Breathing Apparatus (SCBA)
  2. Tenda atau strecher
  3. Tripod dan winch
  4. Life lines dan lanyard serta connector
  5. Full body harness
  6. dan lainnya sesuai kondisi

Dikarenakan tingginya risiko yang akan diterima oleh penyelamat, maka tidak sembarang orang dapat menjadi penyelamat. Bahkan seorang petugas madya hanya dapat menjadi anggota tim penyelamat yang bertugas dari luar ruang terbatas (Non Entry Rescuer). Namun demikian kemampuan untuk memberikan tindakan pertolongan pertama adalah suatu yang vital dimiliki oleh seorang petugas madya, seperti teknik menilai korban, respons, pengenalan anatomi dan sampai melakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP), mobilisasi korban luka dan keracunan dan sebagainya.

Beberapa teknik pertolongan pertama yang penting dikuasai adalah:

A. Penilaian Keadaan

Menilai keadaan dapat menggunakan tiga kriteria seperti dibawah ini :

  • Bagaimana kondisi saat itu
  • Apakah kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi
  • Bagaimana mengatasinya

A.1. PENILAIAN DINI

Definisi : Suatu proses untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat mengancam nyawa korban

Langkah – langkah penilaian dini :

1. Kesan umum

Tentukan kasus trauma atau medis

Leher : Periksa bagian depan dan belakang, pasang cervical collar bila perlu

Pemeriksaan leher korban

2. Periksa respon

Ada 4 tingkatan yang umum dipakai untuk menentukan tingkat respon seseorang yaitu “Alert” (sadar), Verbal, Pain (nyeri), Unresponsive (tidak ada respon)

  • A = Alert, korban sadar sepenuhnya dan mengenali keberadaannya dan lingkungannya
  • V = Verbal, korban bereaksi bila dipanggil / dapat mengikuti perintah sederhana
  • P = Painful = Nyeri, korban hanya bereaksi pada rangsangan nyeri
  • U = Unresponsive, korban tidak bereaksi pada rangsangan apapun, tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara maupun terhadap rasa nyeri. Seseorang dalam keadaan tidak sadar yang berat tentunya memerlukan jalan napas baik dan pertolongan pendukung lainnya.

3. Pastikan jalan napas terbuka dengan baik

4. Nilai pernapasannya

Pernapasan diperiksa dengan cara lihat, dengar dan rasakan. Ada tidaknya napas ditentukan dalam 5 –10 detik pertama.

5. Nilai sirkulasi dan hentikan perdarahan berat

Untuk memeriksa ada tidaknya nadi pada penderita diperiksa selama 5 – 10 detik

6. Hubungi bantuan, informasikan status keadaan terakhir korban

Catatan: Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan dengan pemeriksaan fisik.

 

A.2. PEMERIKSAAN FISIK

  • Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu kita dalam mengidentifikasi keadan – keadaan yang mengancam nyawa korban, meliputi seluruh tubuh penderita.
  • Bertujuan untuk mengetahui adanya tanda – tanda sakit atau cidera pada korban
  • Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan, dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki namun dapat berubah sesuai dengan kondisi korban.

Prinsip Pemeriksaan Korban

Pemeriksaan korban merupakan ketrampilan yang harus dilatih. Tindakan ini melibatkan panca indera kita berupa :

  • Penglihatan / Inspeksi
  • Pendengaran / Auskultasi
  • Perabaan / Palpasi

Pada cedera beberapa hal yang harus dicari adalah :

  • D (Deformity) = Perubahan bentuk (deformitas)
  • O (Open wounds) = Luka terbuka
  • T (Tenderness) = Nyeri tekan
  • S (Swelling) = Pembengkakan

Beberapa tanda mungkin sangat nyata, sedang yang lainnya mungkin tidak tampak, biasanya pada cedera organ dalam dan cenderung serius.

A.3. PEMERIKSAAN FISIK UJUNG KEPALA – UJUNG KAKI

1. Kepala

  • Kulit kepala dan tulang tengkorak
  • Telinga dan hidung
  • Anak mata / pupil
  • Mulut
  • Wajah dan tulang – tulangnya.

2. Leher

  • Lakukan dari bagian depan ke belakang
  • Periksa trakea

3. Dada

  • Periksa tulang rusuk hingga ke bagian belakang, tapi jangan sampai mengangkat korban
  • Periksa tulang sternum

4. Perut

  • Periksa ketegangan dinding perut
  • Luka yang ada
  • Periksa kuadran perut bagian yang nyeri terakhir

5. Punggung

  • Bagian dada belakang
  • Tulang belakang
  • Periksa luka tembus, luka tusuk, luka robek
  • Bila ada akumulasi darah di panggul, pertanda cedera perut

6. Panggul

  • Terdiri dari ileum kanan dan kiri, ischium dan tulang pubic
  • Patah tulang panggul akan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 2 liter
  • Pada daerah kemaluan : Priapismus pada laki – laki

7. Alat gerak bawah

Cek PMS (pulse, motoric, sensorik)

8. Alat gerak atas

Cek PMS

A.4. MEMERIKSA TANDA VITAL

Parameter yang dikelompokan dalam tanda vital adalah :

  • Denyut nadi
  • Pernapasan
  • Suhu tubuh
  • Takanan darah
  • Pupil

A.5. RIWAYAT KORBAN

  • S igns and symptoms (Gejala dan tanda)
  • A llergies (Alergi)
  • M edications (Pengobatan)
  • P ertinent Past History (Riwayat penyakit sekarang)
  • L ast oral intake (Makan dan minum terakhir)
  • E vent (Peristiwa)

A.6. PELAPORAN

Data korban

Semua pemeriksaan dan tindakan yang telah diberikan :

  • keluhan utama
  • kesadaran
  • status ABC
  • riwayat korban
  • perawatan yang diberikan

Pertolongan dilaporkan secara singkat dan jelas kepada penolong selanjutnya.

B. Bantuan Hidup Dasar dan Resusitasi Jantung Paru

Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem diantaranya yang utama adalah

  1. Sistem pernafasan
  2. Sistem peredaran darah

Kedua sistem ini merupakan komponen utama untuk mempertahankan hidup seseorang. Terganggunya salah satu atau kedua fungsi ini dapat mengakibatkan ancaman kehilangan nyawa pada seseorang.

Dalam istilah kedokteran dikenal dua istilah mati ;

a. Mati klinis

Muncul bila korban mengalami henti nafas dan henti jantung, sel – sel otak mulai rusak dalam waktu 4 – 6 menit, tetapi korban masih dapat ditolong dengan RESUSITASI JANTUNG PARU. Penanganan yang baik masih memberikan kesempatan kedua sistem tersebut berfungsi kembali

b. Mati biologis

Mati biologis adalah kematian sel / jaringan yang sifatnya menetap. Kita sudah mengetahui bahwa otak merupakan pusat pengatur kegiatan seluruh tubuh manusia yang bila rusak tentu akan berakibat pada tubuh lainnya.

Tanda – tanda pasti kematian :

  • Lebam mayat
  • Kaku mayat / rigor mortis
  • Pembusukan / dekomposisi
  • Tanda lainnya (cedera mematikan)

Salah satu cara yang paling dikenal untuk mengatasi mati klinis adalah dengan Resusitasi Jantung Paru atau RJP. Tindakan ini telah mengalami perubahan yang mendasar dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir sampai cara yang kita kenal kini.

Prinsip dasar RJP dikenal dengan singkatan A, B dan C.

  1. A = Airway Control atau penguasaan jalan napas
  2. B = Breathing Support atau pernapasan buatan / bantuan napas
  3. C = Circulatory Support atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan pijatan jantung luar

1. AIRWAY CONTROL

Tindakan ini merupakan prioritas pada semua penderita. Prosedurnya sangat bervariasi mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit dan penanganan bedah. Tindakan-tindakan lain kecil peluangnya untuk berhasil bila jalan napas seseorang masih terganggu

Beberapa cara membuka jalan napas yang dikenal adalah :

1. Tekan dahi angkat dagu (Head Tilt Chin Lift )

Tekan dahi angkat dagu

2. Manuver rahang bawah ( Jaw Thrust Manouvre )

Manuver rahang bawah

Jangan lupa untuk memeriksa mulut penderita apakah ada suatu benda yang dapat menyumbat saluran napas (sisa makanan, gigi palsu, dll) Pembersihannya dapat dilakukan dengan cara sapuan jari Tetapi cara ini tidak boleh dilakukan pada bayi dan anak kecil.

SUMBATAN JALAN NAFAS

Penyebab sumbatan jalan napas :

  • Lidah : lidah jatuh ke belakang, umumnya terjadi pada orang yang tidak sadar
  • Epiglotis : muncul bila ada alergi, dan kejang
  • Benda asing : makanan, es, mainan, gigi, muntahan dan cairan yang menutup bagian atas saluran nafas
  • Luka : disebabkan karena luka tusuk pada leher, remuk pada wajah, menghirup udara panas ( kebakaran ), menelan bahan kimia.
  • Sakit : infeksi saluran nafas, asma dll.

2. BREATHING SUPPORT

Oksigen yang dikandung udara disekitar kita kurang lebih 21 %. Sedangkan proses bernapas manusia hanya memanfaatkan sekitar 5 % saja, yang berarti udara yang kita keluarkan masih mengandung sebanyak 16 % oksigen. Udara ini dapat diberikan kepada korban yang mengalami henti napas sampai ada sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya.

Ada beberapa tehnik yang dikenal untuk memberikan pernapasan buatan diantaranya :

  1. Mulut ke masker
  2. Mulut ke mulut
  3. Mulut ke mulut dan hidung
  4. Dengan peralatan dikenal Bag Valve Mask (BVM)

Frekuensi pernapasan

Dewasa : 10 – 12 x pernapasan / menit masing-masing 1,5 – 2 detik

Anak : 20. x pernapasan / menit masing-masing 1 – 1,5 detik

Bayi baru lahir : 40 x pernapasan / menit masing-masing 1 – 1,5 detik

Bahaya bagi penolong

  • Penyebaran penyakit
  • Kontaminasi bahan kimia
  • Muntahan penderita

Saat memberikan pernapasan buatan petunjuk yang dipakai untuk menentukan cukup tidaknya udara yang diberikan adalah gerakan naiknya dada. Jangan sampai memberikan udara berlebihan, karena akan mengakibatkan udara juga masuk dalam lambung serta mungkin akan menimbulkan kerusakan pada paru-paru.

Pada beberapa keadaan kita mungkin akan menemukan sumbatan setelah melakukan pernapasan buatan yang ditandai dengan beratnya upaya kita memberikan udara. Dalam normal

  • Gerakan dada kurang baik
  • Ada suara napas tambahan
  • Gerakan bantu napas
  • Sianosis
  • Frekwensi kurang / berlebihan
  • Perubahan status mental / kesadaran.

Tidak bernapas

  • Tidak ada gerakan dada / perut
  • Tidak terdengar aliran udara dari mulut / hidung

3. CIRCULATORY SUPPORT

Tindakan paling penting pada C ini adalah Pijatan Jantung Luar.

Ingat: menghentikan perdarahan besar merupakan tindakan yang sangat penting dan harus segera dilakukan bila seorang korban ditemukan dalam keadaan perdarahan besar.

Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar dari jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung, sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal pada keadaan mati klinis.

Posisi Penekanan :

Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada kurang lebih 2 jari dari pertemuan tulang rusuk paling bawah kiri dan kanan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti berdenyut maka pernapasan akan berhenti juga, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang mungkin hanya mengalami kegagalan pernapasan dengan jantung yang masih berdenyut, walau kalau kelamaan akan berakhir terjadinya henti jantung juga karena kekurangan oksigen.

RESUSITASI JANTUNG PARU

Resusitasi Jantung Paru harus dimulai sesegera mungkin saat menemukan korban mengalami. Henti nafas dan henti jantung. Tindakan ini merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B dan C.

Pelaksanaannya terlihat pada skema dasar resusitasi.

  1. Pastikan korban tidak sadar
  2. Panggil bantuan
  3. Cek ABC
  • Airway / jalan nafas : gunakan cara yang tepat dalam membuka jalan nafas
  • Breathing / nafas : LDR. Jika korban tidak bernafas, berikan 2 nafas awal.
  • Circulation : periksa nadi 5 – 10 detik. Jika nadi tak teraba, lakukan RJP.

Pada orang dewasa rasio untuk RJP untuk satu atau dua orang penolong adalah :

30 kompresi dada : 2 ventilasi

Pada bayi dan anak hanya dikenal satu rasio yaitu 5 : 1

Tempat kompresi untuk RJP dewasa :

  • Posisikan korban. Harus ditempat yang rata dan keras, lengan korban disamping badan korban.
  • Ekspos dada korban. Buka baju korban dan berikan privasi.
  • Posisikan penolong. berlutut disisi kanan atau kiri korban, lutut dibuka selebar bahu.
  • Tentukan titik xiphoid process. Cari dari pertemuan dua tulang iga paling bawah korban.
  • Tentukan titik kompresi. Letakan 2 jari diatas pertemuan tulang iga paling bawah dan letakan salah satu tumit tangan dan tangan yang lain ditempatkan diatasnya (saling mengunci)
  • Posisikan bahu. Tegak lurus dengan telapak tangan
  • Lakukan kompresi dada. Lengan lurus dan dikunci. Ayunan dari pinggang melalui bahu.

Lepaskan tekanan setiap kali selesai kompresi. Jangan angkat tangan dari titik kompresi. Bila korban menunjukan tanda-tanda pulih, maka tindakan RJP dihentikan atau hanya diarahkan ke sistem yang belum pulih saja. Biasanya yang paling lambat pulih adalah pernapasan spontan.

Correct positioning for CPR

CATATAN UNTUK PELAKSANAAN RJP

RJP yang baik bukan berarti penderitanya akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada korban.

Tanda – Tanda keberhasilan RJP :

  • Saat melakukan pijatan jantung luar (PJL), suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
  • Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan pernapasan buatan.
  • Reaksi pupil mungkin kembali normal
  • Warna kulit penderita akan berangsur-angsur baik
  • Penderita mungkin akan menunjukan refleksi menelan dan bergerak
  • Denyut nadi akan kembali

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi saat melakukan RJP :

  • Patah tulang dada dan tulang iga
  • Bocornya paru-paru (pneumothorax)
  • Perdarahan paru – paru ( haemothorax )
  • Luka dan memar pada paru – paru
  • Robekan pada hati

Referensi:

  • Modul Petugas Ruang Terbatas, Depnakertrans RI

 

Muhyidin, SKM

Recent Posts

Mengenal Sejarah Pemberian Tanda Baca pada Mushaf Al Quran

Mengenal Sejarah Pemberian Tanda Baca pada Mushaf Al Quran إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ…

3 weeks ago

I’tikaf, Tradisi Para Nabi yang Disempurnakan Pada Masa Rasulullah SAW

I’tikaf, Tradisi Para Nabi yang Disempurnakan Pada Masa Rasulullah SAW Tradisi i'tikaf telah dikenal dan…

3 weeks ago

Tiga Amalan Hebat Pada Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan

Tiga Amalan Hebat Pada 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan "Jika kuda pacu sudah mendekati garis…

3 weeks ago

Jangan Lepaskan Malam Ke-27 Ramadhan Karena Dia Sangat Istimewa!

Jangan Lepaskan Malam Ke-27 Ramadhan Karena Dia Sangat Istimewa! Al-Imam Asy-Syirwani berkata, "Syeikh kami (yaitu…

3 weeks ago

Seperti Apa Puasa Para Nabi Sebelum Masa Rasululullah SAW?

Seperti Apa Puasa Para Nabi Sebelum Masa Rasululullah SAW? Puasa termasuk ibadah yang paling tua…

1 month ago

Seperti Inilah Syariat Puasa Ramadhan Disempurnakan

Seperti Inilah Syariat Puasa Ramadhan Disempurnakan Adakah syariat puasa yang paling sempurna selain puasanya umat…

1 month ago

This website uses cookies.