Takut Lalu Gembira

Takut lalu gembira
Ilustrasi foto: bangkitmedia.com
Bagikan

Takut Lalu Gembira

Oleh: Ust.Deni Prasetio, SKM

Manusia itu kepo dengan urusan Tuhan. Rezeki itu Tuhan yang atur, tak ada satupun campur tangan mahluk didalamnya. Dulu Aa Gym kasi perumpamaan yang harus stres dengan rezeki adalah cicak. Cicak jalan di dinding sementara nyamuk terbang. Allah takdirkan nyamuk makanannya cicak padahal gak ada terminal buat ketemuan, bagaimana cicak bisa makan nyamuk ?

Ingat lagu anak2 ini :

?

Cicak cicak di dinding

Diam-diam merayap

Datang seekor nyamuk

Hap lalu ditangkap

?

Bukan cicak yang lompat menangkap nyamuk tapi nyamuk yang datang ke cicak. Subhanallah, liat bagaimana Allah mengatur rezeki mahlukNya.

Fokus kita adalah beribadah sebagaimana Allah perintahkan, bukan mikirin kapan gaji ke-13 turun atau mikirin kapan proyek gol. Kalo Dia memerintahkan kita untuk memenuhi panggilan adzan maka datanglah. Kalo Dia memerintahkan kita untuk ibadah malam maka bangunlah. Kemudian bungkus itu dengan kesabaran.

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.

(QS. Al-Baqarah: 45)

Jika ini sudah dilakukan maka Allah akan memenuhi janjiNya. Dia berjanji akan mengabulkan doa orang yang berdoa.

Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

(Al-Baqarah: 186)

Allah sudah berjanji dan Dia selalu menepati janjiNya. Yang percaya dengan janji Allah maka dia bersabar. Yang tidak yakin dia meninggalkan doanya.

“Doa seorang hamba akan senantiasa dikabulkan, selama dia berdo’a bukan untuk keburukan atau memutus tali silaturahim dan selama dia tidak tergesa-gesa dalam berdo’a. Kemudian seseorang bertanya, ‘Ya Rasulallah, apa yang dimaksud tergesa-gesa dalam berdo’a ?’. Kemudian Rasulullah menjawab, yaitu seseorang yang berkata, ‘Sungguh aku telah berdo’a dan berdo’a, namun tak juga aku melihat do’aku dikabulkan’, lalu dia merasa jenuh dan meninggalkan do’a tersebut”.

(HR Muslim)

Nabi ﷺ isyaratkan ada orang yang berdoa untuk keburukan dan ada pula yang berdoa untuk memutus silaturahim, itu sebabnya doa mereka tak terkabul. Ada yang berdoa minta mobil padahal selama ini dia tidak pernah menjaga sholat jamaah. Logika kita pasti keteteran nih sholatnya kalo uda punya mobil. Ada yang berdoa minta harta banyak padahal saat sekarang aja gak pernah infaq walau seratus perak. Dia berdoa kalo punya uang banyak bakal berinfaq. Ini uda kayak omongan orang pinjem duit, pas butuh ngomongnya manis tapi pas jatuh tempo malah ngilang. Anehnya dia berani ngomong begini kepada Zat Yang Maha Mengetahui ?  Tuhan qo mau ditipu.

Itu sebabnya berdoa harus diiringi dengan amal sebagai bukti nyata alasan kita meminta. Berdoa untuk menyelesaikan masalah bukan membuka masalah baru.

Jangan berdoa : “Ya Allah cukupkanlah rezekiku dan berilah aku kekayaan”.

Doa minta rezeki yang cukup maka benar2 cukup rezeki untuk keluarganya, tidak untuk orang lain sehingga dia tidak pernah bisa berbagi. Ini seperti berdoa minta hutang lunas maka lunaslah hutangnya tapi setelah itu tidak punya apa2. Itu karena dia membatasi doanya sendiri.

Ganti dengan doa : “Ya Allah, berilah aku kecukupan dengan rezeki yang halal, sehingga aku tidak memerlukan yang haram, dan berilah aku kekayaan dengan karuniamu, sehingga aku tidak memerlukan bantuan orang lain, selain diri-Mu.”

(HR Tirmidzi).

Doa ini mencakup arti yang luas. Maka perbaikilah doamu minta yang jelas dan dengan bahasa indah nan lembut. Liat bagaimana nabi Ibrahim berdoa saat meninggalkan anak istri di lembah tak berpenghuni

‘Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

(Ibrahim: 38).

Mekkah itu lembah panas dan bertandus. Logika kita yang pertama diminta adalah supaya tumbuh pepohonan agar lingkungan jadi sejuk. Namun jika Allah tumbuhkan pepohonan kebayang gak bagaimana seorang Hajar harus panjat pohon memetik buah sementara Ismail masih kecil. Jadi permintaan ini tidak realistis malah menimbulkan masalah baru. Itu sebabnya nabi Ibrahim meminta buah2an.

Paham ya.. jadi berdoa itu bukan sekedar asal ucap. Makanya saya selalu cek ulang kalo diminta doain agar apa yang dipanjatkan memang sesuai dengan yang dibutuhkan.

Kisah nabi Zakariya adalah bukti dari janji Allah. Bertahun2 berdoa dari rambut masih hitam sampe rambut uda putih, dari tulang masih perkasa hingga melemah, tak membuat keyakinan beliau melemah kepada Allah.

dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.

(Maryam : 4)

Yang membuat saya berkali2 memuji Allah adalah pertolongan Allah turun saat semua jalan telah tertutup. Allah tidak memberikan anak kepada Zakariya disaat beliau masih muda, masih bisa menggauli istrinya. Justru saat sudah tua, dimana hasrat sudah tiada di saat itulah apa yang dijanjikan terkabul. Maka tak heran nabi Zakariya bertanya bagaimana mungkin bisa punya anak kandung ?

Kalo Alim bisa punya anak masih wajar, masih muda (qo saya agak berat ya nulis kata muda ?). Sementara nabi Zakariya sudah tua, punya istri uda gak pernah disentuh. Seandainya disentuh pun istrinya mandul. “Demikianlah”, kata Tuhan menjawab keheranan.

Kelahiran Ishaq juga sama. Disambut rasa heran oleh Sarah. Jadi begini kisahnya, meneruskan materi sebelumnya yang tertunda gara2 si eneng nongol.

Pada satu malam, ingat ya malam. Peristiwa besar dan penting kejadiannya selalu malam. Malaikat datang ke rumah Luth saat matahari terbenam dan mengazab negeri Sodom juga di akhir malam, demikian kata mufassirin. Sementara malaikat bertamu ke rumah Ibrahim terjadi pada akhir malam, kata ust Adi Hidayat.

Kita gak usah bahas kalo gitu boleh dong bertamu malam2, gak penting bagi kita. Fokus kita adalah uda bangun belum di akhir malam ? bangun aja susah apalagi disuruh bertamu. Malaikat datang ke rumah Ibrahim di malam hari memberi kabar gembira. Kabar penting datangnya malam2.

Misal nih misal kalian dapet bonus 100 juta dari perusahaan dengan syarat harus ajukan RAB. Demi bonus 100 juta jangankan RAB, RAPBD juga bisa dikerjain. Kemudian bagian keuangan bilang kalian harus datang jam 3 dini hari buat ambil dananya. Coz direktur keuangan tanda tangannya jam segitu. Lalu apa yang kalian lakukan, mempertanyakan kebijakan kenapa harus dateng jam 3 atau langsung bangun dan dateng ? Pastilah dateng. 100 juta gitu lho…

Ini bukan misal tapi realita. Di akhir malam Allah mau kasih bonus spesial nilainya lebih dari 100 juta kepada kalian, mau minta apa aja dikasi, mau ampunan diampuni, asal dateng menghadapNya jam 3.  Lalu apa yang kalian lakukan ? Tidur… ??

Itu sebabnya peristiwa besar selalu luput dari kita. Banjir besar awal tahun baru teman saya cerita banyak barang di rumahnya yang kerendem termasuk kasur ikut basah. Abis banjirnya datang jam 3, kata teman. Lho berarti kamu gak bangun sholat malam dong, kata saya dalam hati. Cuma kan lagi musibah gak mungkinlah saya ngomong seperti itu. Kita memang malas bangun hingga tak menyaksikan perubahan alam. ?

Malaikat datang ke rumah Ibrahim dini hari. Ibrahim kaget karena ada tamu tak dikenal datang. Kagetnya bukan karena datang malam2 tapi karena sosok tamu asing. Bagi orang sholih, akhir malam adalah kehidupannya karena di waktu itulah turunnya rahmat dan berkah Allah.

(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaamun”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal”. (51 : 25)

Siapa orang asing ini begitu pertanyaan yang menggelayuti. Kalo pintu rumah kalian diketuk jam 3 malam dan terdengar ucapan assalamu ‘alaikum kira2 gimana reaksimu ? Jangan bilang biasa aja, berarti kalian belum pernah bangun malam.

Ini true story, beberapa waktu lalu sekitar jam 3 saya sedang sholat malam. Kenapa tau jam 3, karena masjid deket rumah selalu bangunin orang jika jam 3. Selain itu saya punya HP yg difungsikan sebagai jam, tinggal buka langsung nongol jamnya. Jadi ceritanya saya lagi baca surah al Waqiah, diakhir surah saya lupa. Tiba2 ada suara yang gak jelas dari sebelah kanan, kayak ingetin imam akan bacaan yang lupa.

Itu akhir malam semua suara kedengeran, napas istri saya terdenger bahkan jalannya kecoak pun terdengar. Tiba2 ada suara seperti gumaman pas bertepatan dengan lupanya saya baca ayat. Asli bikin bulu kuduk berdiri. Padahal nih padahal saya tau kisah para jin yang berkerumun mendengarkan Nabi ﷺ sholat malam.

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. (46 : 29)

Bisa jadi itu suara jin muslim yang ikut sholat atau lagi dengerin bacaan Al Quran tapi tetap aja saya merinding.

Maka begitulah kita memahami kekagetan nabi Ibrahim. Kemudian dijamulah tamu tersebut dengan hidangan anak sapi bakar, kalo sekarang steak. Namun makanan tersebut boro2 dimakan, disentuh aja tidak. Keruan saja nabi Ibrahim ketakutan. Sosok tak dikenal dateng malem2 dan tak menyentuh makanan, siapa yang punya nyali berhadapan dengan mereka ? Saya yang cuma denger suara aja uda merinding apalagi kalo berhadapan.

Mereka akhirnya memperkenalkan diri sebagai malaikat. Lha kenapa gak dari awal masbro…? Bikin takut aja, itu kalo saya yang jadi Ibrahim. Ternyata mereka ingin melihat amal nabi Ibrahim dalam menjamu tamu. Kalo sedari awal memperkenalkan diri sebagai malaikat tentu jamuannya bisa berbeda dengan jamuan bagi orang asing. Ternyata jamuan Ibrahim tak berbeda, sama aja. Beliau tetap menghargai seorang tamu meskipun asing dan meskipun datengnya malem2. Hebat ya… itu sebabnya amal beliau terdengar sampai ke langit.

Mengenai jamuan tamu ini Rasulullah ﷺ menyatakan:

Orang yang pertama kali memberi suguhan kepada tamu adalah Ibrâhîm. [Lihat ash-Shahîhah, 725].

Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Sesungguhnya memberi jamuan kepada tamu (dhiyâfah) termasuk sunnah (tradisi) Nabi Ibrâhîm yang Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Muhammad ﷺ dan umatnya untuk mengikuti millah (ajaran) beliau. Di sini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah ini sebagai pujian dan sanjungan bagi beliau”.

Maka tak mengherankan jika menjamu tamu sebagai bagian dari keimanan.

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya”

[HR al-Bukhâri dan Muslim]

Misalnya saya silaturahim ke jalan Bintara I No.60 A maka wajar jika Irma masak dan suaminya nyapu, eeh maksudnya suaminya yang masak dan Irma nyuci. Ups.. maksud saya wajar jika Irma dan suaminya menghidangkan makanan kepada saya, tak peduli siapapun yang masak. Namanya juga uda kenal lama. Grup ini aja uda berjalan 4 tahun lebih tapi tetep aja Eka Rahmat cuma komen sekali, eeh tiga kali deh dua kali minta izin share materi dan video yang terakhir komen gara2 diangkat sebagai menteri agama. Abdul Muthalib uda ghaib. Mustakim jarang komen, Teguh apalagi. Amirudin yang jadi admin malah gak pernah komen cuma japri koreksi Hariman Siregar bukan angkatan 66 di bulan September lalu. Saya nungguin bulan September ekonomi meroket malah dapet koreksian. Rudianto Basuki dan Muhyidin juga jarang komen, lebih sering duitnya yang bicara. Kalo yang ini baguslah. ?

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: